Oleh  Hj. Irena Handono (mantan biarawati)

 

Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. (Al An Aam 125) 

 

Aku dibesarkan dalam keluarga yang rilegius. Ayah dan ibuku merupakan pemeluk Katholik yang taat. Sejak bayi aku sudah dibaptis, dan sekolah seperti anak-anak lain. Aku juga mengikuti kursus agama secara privat. Ketika remaja aku aktif di organisasi gereja.

Sejak masa kanak-kanak, aku sudah termotivasi untuk masuk biara. Bagi orang Katholik, hidup membiara adalah hidup yang paling mulia, karena pengabdian total seluruh hidupnya hanya kepada Tuhan. Semakin aku besar, keinginan itu sedemikian kuatnya, sehingga menjadi biarawati adalah tujuan satu-satunya dalam hidupku.

Kehidupanku nyaris sempurna, aku terlahir dari keluarga yang kaya raya, kalau diukur dari materi. Rumahku luasnya 1000 meter persegi. Bayangkan, betapa besarnya. Kami berasal dari etnis Tionghoa. Ayaku adalah seorang pengusaha terkenal di Surabaya, beliau merupakan salah satu donator terbesar gereja di Indonesia. Aku anak kelima dan perempuan satu-satunya dari lima bersaudara.

Aku amat bersyukur karena dianugrahi banyak kelebihan. Selain materi, kecerdasanku cukup lumayan. Prestasi akademikku selalu memuaskan. Aku pernah terpilih sebagai ketua termuda pada salah satu organisasi gereja. Ketika remaja aku layaknya remaja pada umumnya, punya banyak teman, aku dicintai oleh mereka, bahkan aku menjadi faforit bagi kawan-kawanku.

Intinya, masa mudaku kuhabiskan dengan penuh kesan, bermakna, dan indah. Namun demikian aku tidak larut dalam semaraknya pergaulan muda-mudi, walalupun semua fasilitas untuk hura-hura bahkan foya-foya ada. Keinginan untuk menjadi biarawati tetap kuat. Ketika aku lulus SMU, aku memutuskan untuk mengikuti panggilan Tuhan itu.

Tentu saja orang tuaku terkejut. Berat bagi mereka untuk membiarkan anak gadisnya hidup terpisah dengan mereka. Sebagai pemeluk Katholik yang taat, mereka akhirnya mengikhlaskannya. Sebaliknya dengan kakak-kakaku, mereka justru bangga punya adik yang masuk biarawati.

Tidak ada kesulitan ketika aku melangkah ke biara, justru kemudahan yang kurasakan. Dari banyak biarawati, hanya ada dua orang biara yang diberi tugas ganda. Yaitu kuliah di biara dan kuliah di Instituit Filsafat Teologia, seperti seminari yang merupakan pendidikan akhir pastur. Salah satu dari biarawati yang diberi keistimewaan itu adalah saya.

Dalam usia 19 tahun Aku harus menekuni dua pendidikan sekaligus, yakni pendidikan di biara, dan di seminari, dimana aku mengambil Fakultas Comparative Religion, Jurusan Islamologi.

Di tempat inilah untuk pertama kali aku mengenal Islam. Di awal kuliah, dosen memberi pengantar bahwa agama yang terbaik adalah agama kami sedangkan agama lain itu tidak baik. Beliau mengatakan, Islam itu jelek. Di Indonesia yang melarat itu siapa?, Yang bodoh siapa? Yang kumuh siapa? Yang tinggal di bantaran sungai siapa? Yang kehilangan sandal setiap hari Jum’at siapa? Yang berselisih paham tidak bisa bersatu itu siapa? Yang jadi teroris siapa? Semua menunjuk pada Islam. Jadi Islam itu jelek.

Aku mengatakan kesimpulan itu perlu diuji, kita lihat negara-negara lain, Philiphina, Meksiko, Itali, Irlandia, negara-negara yang mayoritas kristiani itu tak kalah amburadulnya. Aku juga mencontohkan negara-negara penjajah seperti terbentuknya negara Amerika dan Australia, sampai terbentuknya negara Yahudi Israel itu, mereka dari dulu tidak punya wilayah, lalu merampok negara Palestina.

Jadi tidak terbukti kalau Islam itu symbol keburukan. Aku jadi tertarik mempelajari masalah ini. Solusinya, aku minta ijin kepada pastur untuk mempelajari Islam dari sumbernya sendiri, yaitu al-Qur’an dan Hadits. Usulan itu diterima, tapi dengan catatan, aku harus mencari kelemahan Islam.

Ketika pertama kali memegang kitab suci al-Qur’an, aku bingung. Kitab ini, mana yang depan, mana yang belakang, mana atas mana bawah. Kemudian aku amati bentuk hurufnya, aku semakin bingung. Bentuknya panjang-panjang, bulat-bulat, akhirnya aku ambil jalan pintas, aku harus mempelajari dari terjemah.

Ketika aku pelajari dari terjemahan, karena aku tak mengerti bahwa membaca al-Quran dimulai dari kiri, aku justru terbalik dengan membukanya dari kanan. Yang pertama kali aku pandang, adalah surat Al Ihlas.

Aku membacanya, bagus surat Al-Ikhlas ini, pujiku. Suara hatiku membenarkan bahwa Allah itu Ahad, Allah itu satu, Allah tidak beranak, tidak diperanakkan dan tidak sesuatu pun yang menyamai Dia. “Ini ‘kok bagus, dan bisa diterima!” pujiku lagi.

Pagi harinya, saat kuliah Teologia, dosen saya mengatakan, bahwa Tuhan itu satu tapi pribadinya tiga, yaitu Tuhan Bapak, Tuhan Putra dan Tuhan Roh Kudus. Tiga Tuhan dalam satu, satu Tuhan dalam tiga, ini yang dinamakan trinitas, atau tritunggal. Malamnya, ada yang mendorong diriku untuk mengaji lagi surat Al-Ihklas. “Allahhu ahad, ini yang benar,” putusku pada akhirnya.

Maka hari berikutnya terjadi dialog antara saya dan dosen-dosen saya. Aku katakana, “Pastur (Pastur), saya belum paham hakekat Tuhan.”

“Yang mana yang Anda belum paham?” tanya Pastur. Dia maju ke papan tulis sambil menggambar segitiga sama sisi, AB=BC=CA. Aku dijelaskan, segitiganya satu, sisinya tiga, berarti tuhan itu satu tapi pribadinya tiga. Tuhan Bapak sama kuasanya dengana Tuhan Putra sama dengan kuasanya Tuhan Roh Kudus. Demikian Pastur menjelaskan.

“Kalau demikian, suatu saat nanti kalau dunia ini sudah moderen, iptek semakin canggih, Tuhan kalau hanya punya tiga pribadi, tidak akan mampu untuk mengelola dunia ini. Harus ada penambahnya menjadi empat pribadi,” tanyaku lebih mendalam.

Dosen menjawab, “Tidak bisa!” Aku jawab bisa saja, kemudian aku maju ke papan tulis. Saya gambar bujur sangkar. Kalau dosen saya mengatakan Tuhan itu tiga dengan gambar segitiga sama sisi, sekarang saya gambar bujur sangkar. Dengan demikian, bisa saja saya simpulkan kalau tuhan itu pribadinya empat. Pastur bilang, tidak boleh. Mengapa tidak boleh? Tanya saya semakin tak mengerti.

“Ini dogma, yaitu aturan yang dibuat oleh para pemimpin gereja!” tegas Pastur. Aku katakan, kalau aku belum paham dengan dogma itu bagaimana?

“Ya terima saja, telan saja. Kalau Anda ragu-ragu, hukumnya dosa!” tegas Pastur mengakhiri.

Walau pun dijawab demikian, malam hari ada kekuatan yang mendorong saya untuk kembali mempelajari surat Al-Ikhlas. Ini terus berkelanjutan, sampai akhirnya aku bertanya kepada Pastur, “Siapa yang membuat mimbar, membuat kursi, meja?” Dia tidak mau jawab.

“Coba Anda jawab!” Pastur balik bertanya. Dia mulai curiga. Aku jawab, itu semua yang buat tukang kayu.

“Lalu kenapa?” tanya Pastur lagi. “Menurut saya, semua barang itu walaupun dibuat setahun lalu, sampai seratus tahun kemudian tetap kayu, tetap meja, tetap kursi. Tidak ada satu pun yang membuat mereka berubah jadi tukang kayu,” saya mencoba menjelaskan.

“Apa maksud Anda?” Tanya Pastur penasaran. Aku kemudian memaparkan, bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dan seluas isinya termasuk manusia. Dan manusia yang diciptakan seratus tahun lalu sampai seratus tahun kemudian, sampai kiamat tetap saja manusia, manusia tidak mampu mengubah dirinya menjadi Tuhan, dan Tuhan tidak boleh dipersamakan dengan manusia.

Malamnya, kembali kukaji surat Al-Ikhlas. Hari berikutnya, aku bertanya kepada Pastur, “Siapa yang melantik RW?” Saya ditertawakan. Mereka pikir, ini ‘kok ada suster yang tidak tahu siapa yang melantik RW?.

“Sebetulnya saya tahu,” ucapku. “Kalau Anda tahu, mengapa Anda Tanya? Coba jelaskan!” tantang mereka. “Menurut saya, yang melantik RW itu pasti eselon di atasnya, lurah atau kepala desa. Kalau sampai ada RW dilantik RT jelas pelantikan itu tidak syah.” “Apa maksud Anda?” Mereka semakin tak mengerti.

Saya mencoba menguraikan, “Menurut pendapat saya, Tuhan itu menciptakan alam semesta dan seluruh isinya termasuk manusia. Manusia itu hakekatnya sebagai hamba Tuhan. Maka kalau ada manusia melantik sesama manusia untuk menjadi Tuhan, jelas pelantikan itu tidak syah.”

Malam berikutnya, saya kembali mengkaji surat Al-Ikhlas. Kembali terjadi dialog-dialog, sampai akhirnya saya bertanya mengenai sejarah gereja.

Menurut semua literratur yang saya pelajari, dan kuliah yang saya terima, Yesus untuk pertama kali disebut dengan sebutan Tuhan, dia dilantik menjadi Tuhan pada tahun 325 Masehi. Jadi, sebelum itu ia belum menjadi Tuhan, dan yang melantiknya sebagai Tuhan adalah Kaisar Constantien kaisar Romawi.

Pelantikannya terjadi dalam sebuah conseni (konferensi atau muktamar) di kota Nizea. Untuk pertama kali Yesus berpredikat sebagai Tuhan. Maka silahkan umat kristen di seluruh dunia ini, silahkan mencari cukup satu ayat saja dalam injil, baik Matius, Markus, Lukas, Yohanes, mana ada satu kalimat Yesus yang mengatakan ‘Aku Tuhanmu’? Tidak pernah ada.

Mereka kaget sekali dan mengaggap saya sebagai biarawati yang kritis. Dan sampai pada pertemua berikutnya, dalam al-Quran yang saya pelajari, ternyata saya tidak mampu menemukan kelemahan Al-Qur’an. Bahkan, saya yakin tidak ada manusia yang mampu.

Kebiasaan mengkaji al-Qur’an tetap saya teruskan, sampai saya berkesimpulan bahwa agama yang hak itu cuma satu, Islam. Subhanaallah.

Saya mengambil keputusan besar, keluar dari biara. Itu melalui proses berbagai pertimbangan dan perenungan yang dalam, termasuk melalui surat dan ayat. Bahkan, saya sendiri mengenal sosok Maryam yang sesungguhnya dari al-Qur’an surat Maryam. Padahal, dalam doktrin Katholik, Maryam menjadi tempat yang sangat istimewa. Nyaris tidak ada doa tanpa melalui perantaranya. Anehnya, tidak ada Injil Maryam.

Jadi saya keluar dengan keyakinan bahwa Islam agama Allah. Tapi masih panjang, tidak hari itu saya bersyahadat. Enam tahun kemudian aku baru mengucapkan dua kalimah syahadat.

Selama enam tahun, saya bergelut untuk mencari. Saya diterpa dengan berbagai macam persoalan, baik yang sedih, senang, suka dan duka. Sedih, karena saya harus meninggalkan keluarga saya. Reaksi dari orang tua tentu bingung bercampur sedih.

Sekeluarnya dari biara, aku melanjutkan kuliah ke Universitas Atmajaya. Kemudian aku menikah dengan orang Katholik. Harapanku dengan menikah adalah, aku tidak lagi terusik oleh pencarian agama. Aku berpikir, kalau sudah menikah, ya selesai!

Ternyata diskusi itu tetap berjalan, apalagi suamiku adalah aktifis mahasiswa. Begitu pun dengan diriku, kami kerap kali berdiskusi. Setiap kali kami diskusi, selalu berakhir dengan pertengkaran, karena kalau aku mulai bicara tentang Islam, dia menyudutkan. Padahal, aku tidak suka sesuatu dihujat tanpa alasan. Ketika dia menyudutkan, aku akan membelanya, maka jurang pemisah itu semakin membesar, sampai pada klimaksnya.

Aku berkesimpulan kehidupan rumah tangga seperti ini, tidak bisa berlanjut, dan tidak mungkin bertahan lama. Aku mulai belajar melalui ustadz. Aku mulai mencari ustadz, karena sebelumnya aku hanya belajar Islam dari buku semua. Alhamdulillah Allah mempertemuka saya dengan ustadz yang bagus, diantaranya adalah Kyai Haji Misbah (alm.). Beliau ketua MUI Jawa Timur periode yang lalu.

Aku beberapa kali berkonsultasi dan mengemukakan niat untuk masuk Islam. Tiga kali ia menjawab dengan jawaban yang sama, “Masuk Islam itu gampang, tapi apakah Anda sudah siap dengan konsekwensinya?”

“Siap!” jawabku. “Apakah Anda tahu konsekwensinya?” tanya beliau. “Pernikahan saya!” tegasku.
Aku menyadari keinginanku masuk Islam semakin kuat. “Kenapa dengan perkawinan Anda, mana yang Anda pilih?” Tanya beliau lagi. “Islam” jawabku tegas.

Akhirnya rahmat Allah datang kepadaku. Aku kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat di depan beliau. Waktu itu tahun 1983, usiaku 26 tahun. Setelah resmi memeluk Islam, aku mengurus perceraianku, karena suamiku tetap pada agamanya. Pernikahanku telah berlangsung selama lima tahun, dan telah dikaruniai tiga orang anak, satu perempuan dan dua laki-laki. Alhamdulillah, saat mereka telah menjadi muslim dan muslimah.

Setelah aku mengucapkan syahadat, aku tahu persis posisiku sebagai seorang muslimah harus bagaimana. Satu hari sebelum Ramadhan tahun dimana aku berikrar, aku langsung melaksanakan shalat.

Pada saat itulah, salah seorang kakak mencari saya. Rumah cukup besar. Banyak kamar terdapat didalamnya. Kakakku berteriak mencariku. Ia kemudian membuka kamarku. Ia terkejut, ‘kok ada perempuan shalat? Ia piker ada orang lain yang sedang shalat. Akhirnya ia menutup pintu.

Hari berikutnya, kakakku yang lain kembali mencariku. Ia menyaksikan bahwa yang sedang shalat itu aku. Selesai shalat, aku tidak mau lagi menyembunyikan agama baruku yang selama ini kututupi. Kakakku terkejut luar biasa. Ia tidak menyangka adiknya sendiri yang sedang shalat. Ia tidak bisa bicara, hanya wajahnya seketika merah dan pucat. Sejak saat itulah terjadi keretakan diantara kami.

Agama baruku yang kupilih tak dapat diterima. Akhirnya aku meninggalkan rumah. Aku mengontrak sebuah rumah sederhana di Kota Surabaya. Sebagai anak perempuan satu-satunya, tentu ibuku tak mau kehilangan. Beliau tetap datang menjenguk sesekali. Enam tahun kemudian ibu meninggal dunia. Setelah ibu saya meninggal, tidak ada kontak lagi dengan ayah atau anggota keluarga yang lain sampai sekarang.

Aku bukannya tak mau berdakwah kepada keluargaku, khususnya ibuku. Walaupun ibu tidak senang, ketegangan-ketegangan akhirnya terjadi terus. Islam, baginya identik dengan hal-hal negatif yang saya contohkan di atas. Pendapat ibu sudah terpola, apalagi usia ibu sudah lanjut.

Tahun 1992 aku menunaikan rukun Islam yang kelima. Alhamdulillah aku diberikan rejeki sehingga bisa menunaikan ibadah haji. Selama masuk Islam sampai pergi haji, aku selalu menggerutu kepada Allah, “kalau Engkau, ya Allah, menakdirkanku menjadi seorang yang mukminah, mengapa Engkau tidak menakdirkan saya menjadi anak orang Islam, punya bapak Islam, dan ibu orang Islam, sama seperti saudara-saudaraku muslim yang kebanyakan itu. Dengan begitu, saya tidak perlu banyak penderitan.
Mengapa jalan hidup saya harus berliku-liku seperti ini?” ungkapku sedikit kesal.

Di Masjidil-Haram, aku bersungkur mohon ampun, dilanjutkan dengan sujud syukur. Alhamdulillah aku mendapat petunjuk dengan perjalan hidupku seperti ini. Aku merasakan nikmat iman dan nikmat Islam. Padahal, orang Islam yang sudah Islam tujuh turunan belum tentu mengerti nikmat iman dan Islam.

Islam adalah agama hidayah, agama hak. Islam agama yang sesuai dengan fitrah manusia. Manusia itu oleh Allah diberi akal, budi, diberi emosi, rasio. Agama Islam adalah agama untuk orang yang berakal, semakin dalam daya analisis kita, insya Allah, Allah akan memberi. Firman Allah, “Apakah sama orang yang tahu dan tidak tahu?”

Sepulang haji, hatiku semakin terbuka dengan Islam, atas kehendak-Nya pula aku kemudian diberi kemudahan dalam belajar agama tauhid ini. Alhamdulillah tidak banyak kesulitan bagiku untuk belajar membaca kitab-kitab.

Allah memberi kekuatan kepadaku untuk bicara dan berdakwah. Aku begitu lancar dan banyak diundang untuk berceramah. Tak hanya di Surabaya, aku kerap kali diundang berdakwah di Jakarta. Begitu banyak yang Allah karuniakan kepadaku, termasuk jodoh, melalui pertemuan yang Islami, aku dilamar seorang ulama. Beliau adalah Masruchin Yusufi, duda lima anak yang isterinya telah meninggal dunia. Kini kami berdua sama-sama aktif berdakwah sampai ke pelosok desa. Terjun di bidang dakwah tantangannya luar biasa. Alhamdulillah, dalam diri ini terus menekankan bahwa hidupku, matiku hanya karena Allah. (Kisah Irene Handono)

( Sumber : islamislogic.wordpress.com )

26 thoughts on “KISAH IRENA HANDONO : HIDAYAH DI BIARA”
  1. Sdri Hj Irena H. Sungguh berbahagialah menjadi seorang Muslimat/mukminat, Allah bersamamu, jaga dan rawat agar tidak lepas petunjuk Allah secara Haq.dan gunakan serta manfaatkan pengalaman selama dalam kekafiran karena itu adalah ilmu Allah dalam memperteguh keimanan kita, hingga pengampunan Allah selalu pada diri kita. yang paling mudah strategi Iblis dalam menggoda dan merayu selalu mengedepankan Agama, sementara isi Tauhid dan kebajikan agar manusia tidak sadar untuk memusyrikkan Allah dan dalam berbuat berlaku Ria. ini berlaku kepada siapapun uamt ini, hingga kita terkecoh menganggap sudah benar dalam melaksanakan perintah Allah.strategi ini sedang dilaksanakan oleh suku Nashrani dan suku Yahudi, contoh adanya Sekularisme dan propaganda orientalis. Tetapi ingat selama ada orang-orang yang sholeh dibumi ini, kita tidak perlu takut, asal kita yang mengaku beriman tetap apa yang harus kita perbuat untuk menjadikan kebajikan menjadi hobi dan idola kita, pasti Allah menolong kita, karena memang petunjuk Allah AlQuran sedikit sekali manfaatnya jika hanya dibaca tetapi minim pelaksanaan perbuatan kebajikannya. dan terus terang Iblis paling senang kepada orang yang baca atau hafal Quran, tetapi tidak mengerti bagaimana aplikasi AlQuran untuk dilaksanakan, hingga statis dan vacum, bagaikan pemain bola hanya bertahan tetapi tidak menyerang, pasti kebobolan gawangnya. nah itulah saat ini kebanyakan yang mengaku beragama Islam. hingga mudah diombang ambingkan iblis yang berkedok manusia. demikian marilah kita bersama untuk menjadikan POla Fikir kita menjadi POla Fikir Qurani, trima kasih dan Allah tetap bersama kita amin.

  2. Membaca kisah nyata ibu Irena Handono, saya merasa tersentuh cukup mendalam….karena sangatlah jarang dalam perjalanan hidup manusia pada umumnya mendapatkan bimbingan sedemikian rupa dari Allah SWT……kesempatan untuk berfikir, mencicipi, mencerna, dan menyelami. serta menyadari sedemikian dalam….tentang apa-apa petunjuk serta kasih sayang Allah SWT….yg sesungguhnya selalu Allah diberikan-di setiap saat dan setiap waktu bagi setiap manusia….. yg mayoritas tidak mengerti, tdk memahami, tdk menyadari bahkan tidak peduli….akan tanda-tanda dari-Nya. Terlebih dari itu ada pula dengan mengatasnamakan ‘aturan’, dalil, atau dogma…..bersedia membohongi diri sendiri….. Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang2 yang diselamatkan-Nya, aamiin YRA. Terima kasih Ibu Irena Handono yg telah menyampaikan kisah nyatanya….yg menambahkan lecutan di hati…untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT…..membangun semangat hidup yg sebenarnya….**Perjalanan Mengenal dan Menuju Kembali Kepada- NYA**

    *
    (Jika pengelola/admin/webmaster berkenan saya menitipkan salam hormat saya kepada beliau….terima kasih.)

  3. SubhanaLLAH…. Kakek saya dari pihak bapak & ibu ustad. Tapi saya tidak mampu merasakan hakekat yg ibu Hj Irene rasakan. Saya malu sekali. Semoga ibu Hj Irene selalu dicintai ALLAH SWT. Amin yra.

  4. Menarik dan haru menyaksikan perjuangan ibu h. irene handono,betapa Maha Kuasa nya tuhan dalam membimbing hamba-Nya yang berkeinginan besar mendalami islam walau badai datang menghadang terus berjuang tanpa kenal putus asa….. Mudah2an kisah ini menjadi insirasi, motivasi saya untuk lebih mendalami islam secara kaffah dan benar.

    terima kasih ibu hj irene handono terus berjuang dalam menegakkan kalimah Alloh saya berdo;a smg senantiasa ada dalam lindungan Alloh Yang Maha Kuasa. Amiin.

  5. Menarik dan mengharukan..membaa kisah perjuangan ibu h. irene handono,betapa Maha Kuasa nya tuhan dalam membimbing hamba-Nya.sesuai dg janji Alloh..Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.. Mudah2an kisah ini menjadi inspirasi, motivasi saya untuk lebih mendalami islam secara kaffah dan benar.

  6. Goblog dipiara. Hanya karena otak tak mampu memahami trinitas, jadi masuk islam? Ga gabung ke Zoroasterian sekalian? Kan penemu monotheism pertama?

    1. Sdr Diki Candra,
      kamu yang goblok!!! manusia menyembah manusia!!! aku juga tersadar, bahwa ISLAM adalah agama yang benar!!! aku salut kepada Bunda Hj IRENE HANDONO!!! saya juga akan mengikuti jejak beliau….. ALLAHU AKBAR!!!!

    2. Yth. Sdr Dicky Candra , semoga laknatulah kepada Anda dan seluruh keluargamu yang telah menfitnah dengan keji

    3. Terimakasih atas hujatan dan caciannya Diki Candra Ganteng, mudah2an hidayah menghampiri Diki Candra Ganteng dan keluarganya..Amin

  7. Subhaanalloh…..
    Semoga kita selalu ada dalam rahmat ALLOH..
    ibu Irena… do’akan saya.. semoga saya ada dalam rahmat ALLOH..

  8. Membaca kisah ini pertanyaan yang timbul :
    1. Benarkah anda mantan biarawati ? Soalnya Anda tidak menyebut Anda dari konggregasi mana sebagaimana lazimnya biarawati selalu ada konggregasi nya.
    2. Kok semua yang berhubungan dengan Anda pada mati semua, mulai dari yang mengajari Anda Islam pertama sampai anggota keluarga Anda ?
    3. Mengapa mantan suami Anda tidak pernah bicara di media ?
    4. Sepertinya Anda pernah sebagai seorang calon biarawati/aspiran…merujuk pada istilah untuk para calon-calon biarawati tahun pertama,
    5. Anda mengatakan kuliah di biara dan kuliah di sekolah tinggi filsafat theologi, sepengetahuan saya tidak ada kuliah di biara, dan untuk para calon biarawati biasanya diberi tugas-tugas tangan, dapur dan pengenalan konggregasi.
    6. Anda pernah kuliah di Atmajaya ? Fakultas dan jurusan apa ya ????? Jangan2 hanya untuk meyakinkan bahwa Anda benar2 Katolik.
    7. Sepertinya suasana kuliah yang Anda katakan di sekolah tinggi filsafat itu sepertinya bukan tradisi kuliah di sekolah tinggi filsafat, jauh dari metode berpikir filsafati…..

    Kesimpulannya…..
    Eksistensi dan tujuan promosi Anda sangat meragukan….baik bagi dunia Katolik maupun dunia Islam…….say khawatir Anda hanya seorang marketing yang sedang mencari pangsa pasar untuk meningkatkan penghasilan. Karena fakta orangtua Anda sebagai pengusaha dan berkecukupan dan sebagai donatur gereja sama sekali tak dapat dibuktikan.

    1. Denpasar, 201402826
      Islam adalah agama logika, scientific…, Bacalah dan kajilah terjemahannya. Kalau anda mendapatkan petunjuk, anda akan menemukan kebenarannya.
      Islam di mata orang non-Islam, yang membenci dan mengingkari, yang dikatakan mereka hanyalah keburukan2nya, kebengisannya (terrorisme – sy berpendapat, orang2 yg terroris ini hanyalah orang2 yang salah menafsirkan Qur’an dan ajaran2nya.
      Keburukan2 yang ada adalah pada sebagian besar pemeluk Islam, orang2 yg mengaku beragama Islam, SALAH MENAFSIRKAN AJARAN dan berlaku tidak sesuai dengan ajaran Islam.
      Bacalah kisah2 mualaf, orang2 yang masuk Islam, baik orang2 Barat dan Timur akan sangat berbeda dengan orang Islam yang keluar dari Islam (murtad) masuk ke agama Kristen dan lainnya.

      Let’s think, Brother.
      rafacoltd@yahoo.com, Denpasar, Bali

  9. Subahanallah….Islam yg sesungguhnya tidaklah menjelek2kan agama lain,tapi Islam yang baik adalah Islam yg menunjukkan segala keindahan dan kemuliaannya.
    Org yg bijak dpt dgn mudah menilai bahwa kisah anda ini adalah BOHONG.
    Mungkin suatu saat nanti anda akan belajar agama yg lain,tertarik dan pindah Agama dan tentu saja anda akan memburuk2 kan Islam. Jelas sy sbg Umat Muslim tidak akan terima jika Islam dijelek2kan.
    Sebagai gambaran untuk anda;
    1.Seorang Istri yang menikah untuk kedua kalinya,tentu saja akan memburuk2kan Suaminya yang Pertama.
    2.Apakah anda akan memuji suami pertama anda di depan suami anda yg kedua?
    3. Suami anda yg kedua tentu tidak akan percaya begitu saja akan keburukan Suami anda yang pertama,…atau bisa jadi anda lah sumber keburukan itu.

  10. Perempuan ini sudah sakit,,,iman nya yg kuat lihat laki laki,,hahahahaha…dasar kegatalan pingin punya laki banyak

  11. Terimakasih bunda Hj. Irena Handono atas inspirasinya, mudah2an kami dan keluarga saya lebih meningkatkan keimanan kepada Allah SWT. Amin.
    Terimakasih bunda Hj. Irena Handono, itulah Islam banyak yang menghujat dan mencaci tapi akhirnya orang yang menghujat dan mencaci sewaktu-waktu akan diberi Hidayah untuk mengenal Allah SWT dan Islam.. Amin.

  12. Response to Anton:
    April 16, 2013 at 10:50 pm

    Denpasar, 201402826
    Islam adalah agama logika, scientific…, Bacalah dan kajilah terjemahannya. Kalau anda mendapatkan petunjuk, anda akan menemukan kebenarannya.
    Islam di mata orang non-Islam, yang membenci dan mengingkari, yang dikatakan mereka hanyalah keburukan2nya, kebengisannya (terrorisme – sy berpendapat, orang2 yg terroris ini hanyalah orang2 yang salah menafsirkan Qur’an dan ajaran2nya.
    Keburukan2 yang ada adalah pada sebagian besar pemeluk Islam, orang2 yg mengaku beragama Islam, SALAH MENAFSIRKAN AJARAN dan berlaku tidak sesuai dengan ajaran Islam.
    Bacalah kisah2 mualaf, orang2 yang masuk Islam, baik orang2 Barat dan Timur akan sangat berbeda dengan orang Islam yang keluar dari Islam (murtad) masuk ke agama Kristen dan lainnya.

    Let’s think, Brother.
    rafacoltd@yahoo.com, Denpasar, Bali

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *