Oleh Fadhil ZA
Banyak manusia yang menyangka bahwa kehidupan dunia ini adalah kehidupan yang sebenarnya. Mereka tidak yakin dengan kehidupan akhirat. Mereka merasa kehidupan akhirat itu hanyalah hayalan dan rekaan saja . Kepercayaan dan keyakinan seperti ini menyebabkan mereka berjuang sekuat tenaga untuk meraih sukses dan kemenangan dunia dengan menghalalkan berbagai caya . Tidak perduli halal dan haram, mereka tidak takut akan ancaman di hari akhirat, karena mereka tidak percaya dengan adanya kehidupan akhirat itu.
Banyak manusia yang tertipu dan lebih mengutamakan kehidupan dunia daripada akhirat. Padahal kehidupan dunia itu tidak ada artinya jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat. Perbandingan kehidupan dunia dengan akhirat seperti air yang melekat ditelunjuk seseorang dibandingkan dengan air laut disamudra luas sebagaimana disebutkan Rasulullah dalam salah satu hadistnya :
Demi Allâh! Tidaklah dunia dibandingkan akhirat melainkan seperti salah seorang dari kalian mencelupkan jarinya ke laut, -(perawi hadits ini yaitu)Yahya memberikan isyarat dengan jari telunjuknya- lalu hendaklah dia melihat apa yang dibawa jarinya itu?( HR. Muslim, no. 2858)
Dalam hadist Rasulullah yang di riwayatkan oleh Muslim dikisahkan bahwa kehidupan dunia ini lebih hina dari bangkai anak kambing yang cacat.
Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berjalan melewati pasar sementara banyak orang berada di dekat Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Beliau berjalan melewati bangkai anak kambing jantan yang kedua telinganya kecil. Sambil memegang telinganya Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa diantara kalian yang berkenan membeli ini seharga satu dirham?” Orang-orang berkata, “Kami sama sekali tidak tertarik kepadanya. Apa yang bisa kami perbuat dengannya?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kalian mau jika ini menjadi milik kalian?” Orang-orang berkata, “Demi Allâh, kalau anak kambing jantan ini hidup, pasti ia cacat, karena kedua telinganya kecil, apalagi ia telah mati?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Demi Allâh, sungguh, dunia itu lebih hina bagi Allâh daripada bangkai anak kambing ini bagi kalian [ HR. Muslim, no. 2957]
Kehidupan dunia ini dinamakan dunia karena rendah dan hina, karena dunya artinya paling rendah atau hina. Kehidupan dunia yaitu sesuatu yang sedikit dan kecil, kehidupan yang penuh dengan syahwat dan fitnah. Akhir dari dunia adalah kefanaan dan kemusnahan. Allâh Azza wa Jalla berfirman dalam surat At Taubah 38 :
Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. [At-Taubah/9:38]
Dalam hadist lainnya Rasulullah menyatakan bahwa dunia ini tidak lebih berharga dari sehelai sayap nyamuk
Rasulullah bersabda ,seandainya dunia di sisi Allâh sebanding dengan sayap nyamuk, maka Dia tidak memberi minum sedikit pun darinya kepada orang kafir (HR. At-Tirmidzi, no. 2320)
Walaupun demikian pada kenyataannya sebagian besar manusia didunia lebih tertarik pada kehidupan dunia daripada akhirat. Sebagian besar manusia dalam keadaan tertipu. Setan telah mempedaya mereka dan memperlihatkan bahwa dunia jauh lebih indah dan berharga daripada kehidupan akhirat. Kecenderungan manusia seperti itu digambarkan Allah didalam surat ali Imran 14
14. Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga) (Ali Imran 14)
Orang yang tidak beriman dan tidak percaya dengan kehidupan akhirat menganggap dunia inilah kehidupan yang sebenarnya, mereka mengerahkan seluruh energy dan kekuatan mereka untuk meraih kesuksesan dan kemenangan dunia. Mereka tidak tertarik dan tidak perduli dengan kehidupan akhirat. Mereka berada dalam keadaan lalai dan tertipu. Mereka baru menyadari kekeliruannya itu kelak jika sudah datang ajalnya. Mereka terkejut ketika datang kematian. Mereka tidak siap menghadapi kehidupan dialam barzakh , mereka menjerit minta dikembalikan hidup didunia sebagaimana disebutkan didalam surat al Mukminuun ayat 99-100:
99. (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) 100. agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan (Al Mukminuun 99-100)
Kita hidup didunia ini seperti orang yang sedang mimpi ketika tidur, kita tidak tahu kalau kita sedang bermimpi . Kita baru tahu bahwa kita hanya bermimpi ketika sudah bangun dari tidur. Datangnya kematian seperti membangunkan manusia dari mimpi yang indah tentang dunia. Ketika datang kematian mereka baru tahu bahwa dunia itu bukan kehidupan yang sebenarnya. Mereka panic dan minta agar dikembalikan hidup kedunia untuk memperbaiki semua perbuatan mereka.
Kematian bukanlah akhir dari segalanya, kematian bukanlah akhir dari kehidupan ini. Justru kematian adalah awal dari perjalanan panjang yang tidak ada akhirnya. Banyak manusia yang tidak siap dan memiliki perbekalan cukup untuk menempuh perjalanan panjang yang melelahkan itu. Mereka tidak pernah mempersiapkan bekal untuk itu, karena mereka tidak percaya adanya kehidupan sesudah mati. Mereka itulah orang yang lalai dan tertipu oleh kehidupan dunia yang hina.
Didunia kita hidup dalam keadaan serba terbatas. Kita hidup dalam kurun waktu yang tertentu dari 1 jam sampai usia mendekati 100 tahun. Fisik kitapun terbatas jika usia bertambah maka fisik kitapun akan menjadi semakin lemah. Kemampuan kita menikmati berbagai makanan juga terbatas. Kita tidak bisa memakan semua makanan yang dihidangkan dimeja makan. Walaupun punya rumah banyak kita tidak bisa menikmati semuanya sekali gus . Demikmian pula kendaranan yang banyak tidak bisa kita kendarai semua secara bersamaan.
Orang yang beriman dan berilmu lebih mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia. Mereka hanya menikmati hidup ala kadarnya tidak berlebih lebihan. Mereka lebih mengutamakan menyiapkan perbekalan untuk menempuh kehidupan tak terbatas sesudah datangnya kematian. Setiap langkah dan tindakan mereka terukur, jika merugikan bagi kehidupan akhirat mereka tidak mau melakukannya. Mereka memiliki kemampuan mengendalikan diri dan syahwatnya sehingga tidak tertipu oleh kehidupan dunia yang penuh tipu daya dan kebohongan.
Hati hati dan waspadalah dengan kehidupan dunia, jangan sampai kita tertipu dan lalai dari mempersiapkan diri untuk menempuh kehidupan akhirat yang kekal dan abadi.