Seperti serempak, kelima anaknya bermimpi ayah mereka, Pak Zakaria, ingin bertemu mereka, sedang mereka sudah bertempat tinggal sendiri-sendiri dan letaknya jauh dari rumah orangtua mereka. Karena penasaran, kelimanya datang ke rumah orangtua mereka untuk mengetahui, ada gerangan apakah. Kelima anak itu pun heran, sebab merekabisa tiba bersamaan di rumah ayah mereka dengan alasan yang sama. Lebih mengherankan lagi, ternyata ayah mereka sudah menyambut kedatangan kelima anaknya itu dl ruang utama, seperti acara formal menyambut tamu. Satu per satu, kepada anaknya, urut dari yang tua hingga yang muda, Pak Zakaria menyampaikan pesannya.
“Nak, Ayah selama Ini telah mengasuh kalian. Karena itu mungkin ada kesalahan yang sengaja atau tidak sengaja Ayah lakukan. Ayah minta maaf. Dan kewajiban yang belum Ayah laksanakan. Ayah mohon disebutkan, semoga hal itu tidak akan menjadi ganjalan kalian dan Ayah di kemudian hari.”
Anak-anaknya menangis. Mengapa ayah mereka berkata begitu, dan meminta maaf lagi. Anak-anak itu justru merasa, merekalah yang belum bisa membalas dan memuliakan ayahnya, yang telah merawat mereka dengan kasih sayang. Namun untuk memenuhi permintaan ayahnya yang tulus itu, mereka mengiyakan, dan balik juga minta maaf karena selama ini mereka belum bisa membalas kasih sayang dan memuliakan orangtua mereka “Tidak usah dipikirkan. Yang diminta agama, jadilah anak shalih, yang berbakti kepada orangtua dan mendoakannya,”ujar Pak Zakaria.
Sehari kemudian, Pak Zakaria mengunjungi tetangga dekat rumahnya, khususnya yang berada di dalam RT-nya. “Kita bertahun tahun bertetangga, mungkin ada kesalahan saya yang sengaja atau tidak sengaja saya lakukan, saya khususnya beserta keluarga mohon maaf.” Para tetangga juga heran, mereka merasa justru merekalah yang kurang sepadan dalam menghormati Pak Zakaria, yang dikenal baik dan tidak pernah menyusahkan para tetangga. Bagi para tetangga, ia dikenal sebagai orang tua yang rajin beribadah dan suka ringan tangan menolong keperluan tetangga. Dengan agak malu, para tetangga menerima maaf Pak Zakaria dan balik minta maaf juga kalau ada kesalahan.
Hari ketiga, Pak Zakaria melakukan hal serupa, tetapi kepada kenalan dan kerabat yang jauh dari rumahnya. Mereka yang lama tidak bertemu dengannya sangat kangen dan ingin berlama-lama untuk berbincang dengannya, tetapi keinginan itu urung karena dia segera berpindah ke tempat lain untuk keperluan serupa, yaitu meminta maaf kalau ada kesalahan.
Pada hari keempat, tiba-tiba Pak Zakaria jatuh sakit dan kemudian dibawa ke Rumah Sakit Islam Jakarta, karena penyakitnya sangat gawat, dia harus masuk ke Unit Gawat Darurat. Istrinya terus mendampingi suaminya di rumah sakit. Suatu saat, Pak Zakaria Ingin buang air kecil tapi tidak bisa menahan, terpaksa ngompol, sehingga mengotori pakaiannya. “Ummi, maaf ya merepotkan. Saya tidak kuat betul menahan pipis, sehingga menyusahkan Ummi,” katanya. Ummi hanya tersenyum untuk menyenangkan suaminya, dan menganggap bahwa sudah kewajibannya sebagai istri melayani suaminya, apalagi dalam keadaan sakit parah seperti ini. Lalu dibawanya suaminya yang masih di atas ranjang beroda itu ke toilet untuk dibersihkan. Usai diganti pakaiannya dengan yang bersih, dibawa kembali masuk ke kamar UGD. Namun sebelum melalui pintu masuk UGD, Pak Zakaria memegang tangan istrinya. “Ummi, yang menjemput saya sudah datang. Maaf ya sampai di sini,” dia menutup mata sambil mengucapkan kalimat syahadat, “Laa ilahaillallah.” Dan, Pak Zakaria pergi dengan tenang. Ummi langsung memeluknya erat dan menangisi jenazah suaminya itu.
Kisah ini membuat Drs. H. Ahmad Zaini, seorang muballigh di Jakarta, menjadi takjub, sehingga bertanya kepada Ummi tentang rahasia kehidupan Pak Zakaria, mengapa bisa mendapatkan husnul khatimah yang didambakan setiap kaum muslimin itu. Sebab, barang siapa yang meninggal menyebut nama Allah,dia akan masuk surga, sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi SAW. Sebenarnya Ummi tidak ingin menceritakan hal itu kepada orang lain, takut dianggap riya’. Namun karena yang bertanya adalah seorang muballigh yang sangat dikenalnya, diceritakanlah, dengan harapan hal itu menjadi teladan bagi orang lain. “Pak Zakaria adalah suami yang sangat baik kepada istrinya, beliau tidak pernah mencela masakan yang Ummi buat. Kalaupun tidak suka, beliau hanya menyingkirkan. Begitu juga, selama beliau hidup, tidak pernah memukul istri ataupun anak-anaknya, dan beliau adalah orang yang sangat santun.” “Apakah cuma itu, Ibu?” tanya Ahmad Zaini penasaran. “Oh, ada lagi. Beliau tidak pernah berhenti mendirikan shalat Tahajjud. Kalaupun sakit, beliau masih mengerjakannya dengan cara duduk,” tutur Ummi.
Ahmad Zaini baru paham sekarang. Amalan yang istiqamah dan ikhlas inilah yang mengantar Pak Zakaria tahu gejala akan dipanggil oleh Allah SWT, dan membuatnya menghadap Tuhannya dengan tenang. Insya Allah dia mendapatkan karunia husnul khatimah.
Dalam sebuah majelis pengajian, Drs. H. Ahmad Zaini menjelaskan, pernah suatu ketika Rasulullah SAW mengabarkan bahwa akan datang seorang calon penghuni surga di tengah mereka. Hebatnya, orang tersebut kurang dikenal oleh para sahabat. la bukan seorang tokoh atau pembesar. Para sahabat merasa penasaran, apa sebenarnya keistimewaan orang itu hingga Rasulullah SAW menjulukinya sebagai calon penghuni surga. Salah seorang sahabat, Abdullah bin Amr, berniat memantau dari dekat orang itu agar lebih jelas mengetahui apa keistimewaannya. Abdullah lalu meminta izin untuk menginap di rumah orang tersebut selama tiga hari. Selama itu Abdullah mengawasi amal tuan rumah, gerak-geriknya, tutur katanya, dan cara ibadahnya. Hampir-hampir la tidak tidur karena takut kalau ada amal tuan rumah yang tidak dapat disaksikan. Namun, Abdullah tidak melihat amal yang istimewa. Amalannya biasa-biasa saja, tidak ada yang menonjol dibanding dengan sahabat-sahabat lainnya.
Sebelum pulang, Abdullah pun bertanya langsung, gerangan apakah amalan istimewa tuan rumah sehingga la dianggap sebagai calon penghuni surga. Jawabnya, “Wahai Sahabat, seperti yang kau lihat dalam kehidupan sehari-hariku, aku hanyalah seorang muslim biasa dengan amalan biasa pula. Namun ada satu kebiasaanku yang bisa kuberitahukan kepadamu.”
“Setiap menjelang tidur, aku berusaha membersihkan hatiku. Kumaafkan orang-orang yang menyakltiku dan kubuang semua dengki, dendam, dan perasaaan buruk kepada semua saudaraku sesama muslim. Hingga aku tidur dengan tenang dan hati bersih serta ikhlas. Barangkali itulah yang menyebabkan Rasul menyebutku sebagai calon penghuni surga”.
Dikutip Oleh: Tim Sarkub (www.sarkub.com) dari Majalah ALKISAH NO. 25/4 ■ 17 DES. 2006