Oleh : Achmad Siddik Thoha
Ini sebuah kisah nyata. Pelakunya adalah saya sendiri.. Anggap saja ini adalah testimony negaTif dari produk yang dijual oleh kelompok Jin (makhluk ghaib) dengan merek label Beladiri Isi. Ya, beladiri yang menjajikan pada yang berlatih memiliki kekuatan ekstra seperti bisa melihat sesuatu di balik tembok, bisa berjurus diluar yang dipelajarinya, kebal senjata, mementalkan orang yang menyerang, menarik orang yang sudah lari dan lain-lain.
Belajar ilmu itu merupakan sarana berteman dengan jin. Saya sudah merasakannya selama 5 tahun. Pertemanan saya dengan Jin tak harmonis dan akhirnya saya “remove” dia dari list pertemanan dalam hidup saya, selama-lamanya.
Anggap saja tulisan ini adalah bentuk pertobatan saya pada Allah, Tuhan Yang Maha Pengampun. Semoga ada manfaatnya bagi yang belum pernah tersentuh atau add friend dengan Jin. Kalau sudah confirm pertemanan dengan Jin, segera remove sebelum privacy Anda diusik dan ditelanjangi olehnya.
Saya yang ‘Keras’
Saya lahir dan tumbuh di lingkungan yang keras di sebuah daerah Tapal Kuda di Jawa Timur. Bukan keluarga saya yang mebuat saya keras, tapi dari lingkungan pergaulan. Hidup di lingkungan dengan budaya Madura yang dikelililingi oleh orang Arab membuat saya ikut berkarakter sama dengan dua etnik tersebut. Meski tidak semua orang Arab dan Madura keras, secara umum mereka dipersepsikan seperti itu.
Jadilah masa kecil saya penuh dengan pertarungan, dalam arti sesungguhnya alias perkelahian. Hal kecil seperti mengolok-olok bisa berujung pada perkelahain. Itu wajar terjadi karena semasa kecil perawakan saya ceking, namun keberanian saya di tempa di lingkungan yang keras itu. Dulu saya sering nekad menantang berkelahi teman yang berat badannya 5 kali lipat dari saya. Benar-benar Bonek, Bondo Nekad (Bekal nekad).
Awal Berhubungan dengan Jin.
Perkelahian yang kerap terjadi membuat hidup saya terasa terancam. Ancaman itu saya respon dengan mencari bekal untuk membela diri. Beberapa kali saya berusaha belajar beladiri namun tidak pernah disiplin. Akhirnya saya terdampar mempelajari beladiri ‘praktis’. Praktis artinya tidak perlu cape-cape berlatih, ilmu beladiri akan “menyusup” dan dalam sekejap kita sudah menguasainya.
Saya tahu, beladiri yang saya kuasai ini tidaklah normal. Meski sedikit diajari teknis dasar beladiri seperti kuncian dan patahan, namun aspek mistislah yang sangat dominan disini. Kesadaran tentang adanya ilmu ‘hitam’ yang sudah merasuk ke dalam diri saya hilang oleh kebanggaan bahwa saya sudah meiliki bekal cukup menghadapi ancaman.
Mulai “Diisi” Jin
Ayam Cemmani (ayam berdarah hitam) dengan harga Rp. 25.000 (harga tahun 1993-an) berhasil saya beli dari tabungan saya. Ini adalah salah satu syarat saya bisa berguru pada “Guru Beladiri Isi”(saya sebut saja begitu, karena tubuh saya diisi oleh kekuatan Jin).
Ritual pengisian berlangsung cepat. Saya diminta memakan hati Ayam Cemmani yang sudah digoreng. Setelah itu Sang “Guru” menghampiri saya dan menusukkan keris ke perut saya. Betapa kagetnya, saya ketika keris iu tertusuk ke perut, namun tidak menimbulkan sakit. Ya, tidak sakit karena keris itu ujungnya tumpul. Seiring keris ditusukkan, kekuatan luar dari jin itu telah resmi menyusup ke dalam tubuh saya. Sejak saat itu saya sudah “resmi” bermitra dengan Jin.
Memakai Jimat Sabuk dan Cincin
Sang “Guru” rupanya tak henti memberi “saran” agar kekuatan saya berlipat ganda. Saya disuruh oleh “Guru” memakai cincin batu kecubung dan sabuk yang katanya terbuat dari kulit rusa. Istilah kerennya Jimat. Tentu saja tidak gratis, saya harus membelinya dengan merengek-rengek pada orang tua terlebih dulu.
Dengan jimat dan cincin itu kepercayaan diri saya melejit naik. Saya tak pernah merasa takut dengan siapapun. Preman di terminal Semarang, Medan dan Surabaya bahkan pernah saya bentak-bentak dan dan saya tantang. Mungkin saat itu premannya masih kelas teri, jadi takut oleh bentakan, hehe.
Di kemudian hari, saya baru tahu bahwa saya dibohongi total oleh orang yang saya anggap “Guru” itu. Menurut pengakuan banyak orang yang tertipu,” guru” tersebut menawar-nawarkan jimat yang tak ada gunanya sama sekali. Dia hanya menipu agar memperoleh uang dari kebodohan saya dan orang lain.
Puasa Mutih
Tak puas menguras uang saya yang saaat itu saya masih baru lulus SMA, “Guru” itu menyuruh saya mengamalkan dzikir dan puasa mutih. Dzikir harus ditujukan ke salah satu “Guru Besar atau “Syekh” sebelum dilantunkan. “Guru Besar atau “Syekh” itu tak lain adalah Jin yang menemani saya (Berdasarkan konsultasi dengan ulama dan Ustadz). Dzikir berupa kalimat bahasa Arab dari asmaul’ husna yang dilafalkan 10,.000 kali setiap hari. Banyak banget, ya.
Ritual yang lumayan berat adalah puasa mutih. Saya harus berpuasa tiga hari berturut-turut dan tidak
boleh buka pada hari terakhir. Berbuka pun tidak boleh makan lauk pauk dari hewan. Pada Malamnya, di hari terakhir puasa, saya harus melafalkan dzikir atau mantra dengan hitungan sepuluh ribu dalam kondisi tidak boleh tidur sampai matahari terbit. Saya sempat beberapa kali mengalami halusisnasi saat berdzikir. Dulu saya anggap saya sudah bertemu “Syekh” yang akan memberi kekuatan pada saya. Hmmm dasar obsess banget saya saat itu.
Praktek Memanggil Jin dan Berjurus Beladiri
Usaha saya memang tidak sia-sia. Apa yang saya obsesikan bisa saya dapat. Kekuatan jin untuk menyatu dengan badan dan menyuruhnya menggerakkan jurus apa pun dari ilmu beladiri bisa dengan mudah saya lakukan. Dengan mantra tertentu, dalam hitungan detik, bulu kuduk saya merinding dan masuklah jin ke tubuh saya. Lalu saya tinggal “memesan” jurus apa saja.
Saya pernah menyuruh jin untuk menggerakkan saya menirukan gerakan Kungfu Jet Li, Samo Hung, Jacky
Che dan Jurus Pedang Ninja. Saya pun semakin yakin karena kawan-kawan “seperguruan” juga melakukan hal yang sama. Jurus yang “dipesan” itu benar-benar mirip dengan apa yang dilakukan oleh tokoh-tokoh yang ada dalam film. Meski tubuh kita kaku, gerakan “pesanan” itu bisa lentur. Bahkan gerakan Split (merentangkan kakli sampai kepala menyentuh tanah) bisa saya lakukan dalam kondisi “ditunggagi” jin. Semua ini berlangsung dalam kondisi tidak sadar.
Apa yang terjadi setelah sadar? Pastinya tubuh kita terasa nyeri, pegal dan kadang darah yang keluar mulai terasa sakit. Ya, pasti akan pegal dan nyeri karena jin itu sesudah keluar dan kita seperi diri sendiri lagi yang sebenarnya tak wajar melakukan geakan tanpa latihan. Untung saja tidak ada bagian tubuh saya yang rusak sampai saat ini.
Mulai Resah
Kekuatan yang saya miliki dan interaksi saya dengan Jin mulai meresahkan. Saya sering melakukan gerakan tanpa bisa saya control. Bahkan bisikan Jin itu menggiring saya melakukan hal-hal yang syirik, ingin menandangi kekuatan Tuhan. Astaghfirullah.
Saya mulai resah. Saya ingin hidup normal dan tidak bayang-banyangi oleh bisikan syetan. Saya bertekad menghilangkan ini.
Meminta Dihilangkan
Keresahan itu membuat saya datang lagi ke “guru”. Saya meminta doa-doa untuk bisa lepas dari kendali jin. Saya diberi doa singkat untuk lepas dari kendali jin oleh “Guru”
Entah karena ketepatan doa atau karena kesibukan saya yang sudah memasuki perkuliahan, pengaruh itu hilang. Saya juga sudah tidak lagi peduli dengandzikir dan mantra yang harus dibaca ribuan kali itu. Saya lebih peduli dengan kuliah, praktikum dan ujian di Kampus. Ilmu dan jin itu menghilang dengan sendirinya. Mungkin Jin nya gak tahan dengan jadwal kuliah yang padat dan materinya sulit. Tuhan selalu sayang dengan saya.
Belajar Beladiri
Obsesi menguasi beladiri akhirnya kesampaian juga. Saya bergabung di kelompok beladiri yang berlatar belakang agama. Gerakan Tai Chi yang lembut disertai pernafasan membuat saya tertarik. Sayang sekali, obsesi ini kandas. Setelah setahun belajar beladiri mirip Tai Chi ini, saya kecewa setelah melewati prosesi mirip ritual saat saya dulu disusupi jin. Batal Maning, Batal Maning…
Saya tidak putus asa. Meski usia saat itu memasuki limit 30 tahun, saya tetap mencari tempat beladiri. Akhirnya saya mendapatkan tempat yang tepat. Jauh dari ilmu jin dan membuat saya konsisten berlatih hingga saat ini. Saya pun dipercaya oleh Guru Beladiri saya sekarang untuk melatih orang lain beladiri Thifan Po Khan Tsufuk, rumpun ilmu beladriri Kungfu dari Cina.
Menyembuhkan Kesurupan
Alhamdulillah, apa yang saya alami dengan pertemanan (kaya’ FB dan Kompasiana) dengan Jin tetap membawa hikmah. Ini terjadi saat saya diminta untuk menangani kesurupan mahasiswa. Saya sungguh merasa kasihan melihat orang kesurupan. Mukanya pucat, pikirannya tidak sadar dan badannya kaku. Orang yang kesurupan sudah tidak lagi menjadi dirinya sendiri. Dia sudah menjelma Jin meski badannya manusia.
Saya awalnya gugup menangani ini. Namun berbekal pengalaman dulu mempermainkan jin keluar masuk badan saya, saya percaya saya bisa. Tentu saja atas pertolongan dan kekuatan-Nya. Sampai saat ini sudah empat kali saya bisa membantu orang yang kesurupan bisa sadar kembali. Memang tidak bisa sembuh total, namun dalam kondisi darurat kesadaran dirinya bisa kembali.
Apa Hikmahnya?
Sahabat, tak ada yang bemanfaat berkawan dengan jin dengan tujuan apapun. Mau kaya, Jin itu bukanlah pemodal yang memberikan kita uang banyak. Dia justru membuat kita bangkrut karena kita tersandera oleh kesesatan berpikir dan malas berusaha. Mau disukai lawan jenis, Jin itu bukan peñata rias wajah dan motivator yang bisa menyulap wajah dan kepribadian kita menjadi lebih baik. Malah sebaliknya, wajah kita kusut abis dan kepribadian kita yang sesungguhnya terenggut. Mau berwibawa. Jin itu bukan guru dan pembimbing yang mengajari kita soal kepemimpinan dan ketauladanan. Sebaliknya dia membuat kita lepas kendali dan melakukan hal-hal yang jauh dari agama. Mau jadi jawara dan gagah. Jin tak member kita ilmu melatih badan yang benar, sehat dan berkembang. Jin justru menjerumuskan kita pada pola hidup tidak sehat dan mengobarkan api kemarahan dalam diri kita.
Jadi, mengapa saya tidak lagi berteman Jin. Itulah ceritanya. Apakah sahabat mau mencoba-coba. Sebaiknya tidak, karena saya masih beruntung bisa normal lagi. Banyak teman saya yang sampai saat ini tidak bisa kembali ke dunia normal bahkan mati masih dalam pengaruh jin. Kita berlindung pada Tuhan dari hal buruk seperti itu.
Salam pertemanan, (bukan dengan Jin, ya )
http://www.kompasiana.com/achmadsiddikthoha/mengapa-saya-tidak-lagi-berteman-dengan-jin_550da051a333118a1b2e3daf