Islamedia – Di negara-negara berkembang, khususnya di negeri-negeri Muslim, penganut Kristen yang umumnya minoritas sering ngotot untuk mendirikan gereja. Padahal jumlah mereka sangat minim dibanding mayoritas warga setempat. Sehingga hal tersebut tidak jarang melahirkan ketegangan di tengah masyarakat, seperti yang terjadi beberapa hari lalu, atau di Indonesia dalam beberapa kejadian.
Kenyataan tersebut kontradiktif dengan apa yang kini berkembang di Eropa, wilayah yang notabene menjadi pusat aktifitas gereja sedunia. Majalah Al-Mujtama terbitan Kuwait dalam edisi 26 Syawal 1432 (30 September 2011) menurunkan berita, merangkum beberapa laporan media barat yang memberitakan fenomena semakin sedikitnya pengunjung gereja dan semakin banyaknya gereja yang dijual, sementara pertumbuhan masjid bertambah pesat.
Harian ‘Bild’ di Jerman merilis sebuah penelitian yang dilakukan oleh Bank Dresden Jerman. Hasilnya menjelaskan bahwa terjadi penurunan signifikan jumlah pengunjung gereja, dari 12 juta orang pada tahun 1950 menjadi hanya 4 juta orang saja pada tahun 2000M. Kondisi ini membuat banyak gereja ‘gulung tikar’ dan menyerahkan kembali bangunan tersebut kepada pemerintah.
Ternyata masalahnya bukan hanya kekurangan pengunjung. Kini bahkan semakin banyak orang Kristen yang sengaja menjauhi gereja untuk menghindari iuran yang ditetapkan gereja kepada mereka,sementara pada waktu yang bersamaan, kaum muslimin bahu membahu menyumbang sejumlah masjid yang hendak dibangun.
Di Denmark kondisinya tidak jauh berbeda. Walaupun daftar anggota yang terdata di gereja mencapai 82% dari jumlah penduduk, namun yang datang ke gereja hanya 8% saja. Hal ini menyebabkan Sekjen Gereja Denmark ‘Kay Bulman’ berkata, “Jika gereja tidak lagi digunakan untuk ibadah, sebaiknya digunakan untuk kandang babi saja.”
Hanya saja tokoh agama Kristen di sana menetapkan aturan untuk melarang menjual gereja kepada kaum muslimin, khawatir akan dijadikan masjid oleh mereka.
Harian ‘Politiken’ Denmark, melaporkan bahwa jumlah warga Denmark yang memeluk Islam bertambah dari hari ke hari. Paling tidak, setiap hari ada satu orang Denmark yang masuk Islam. Sejak disebarkannya karikatur yang menghina Rasulullah saw hingga kini, jumlah orang yang masuk Islam sudah mencapai 5000 orang. Ketika karikatur tersebut diedarkan kembali, jumlah yang masuk Islam semakin bertambah. Sebagian besarnya dari kalangan pemuda.
Di Belgia, harian Daily Teleghrap, Inggris, melaporkan bahwa sejumlah gereja di Belgia akan dirubah menjadi masjid karena kekurangan pengunjung. Sementara pada saat yang bersamaan, meningkat permintaan pendatang muslim yang menginginkan didirikannya tempat ibadah untuk mereka. Seorang dosen ilmu sosial di Universitas Katolik Bolvin, menyatakan bahwa kaum muslimin di Belgia pada 15-20 tahun akan menjadi mayoritas.
Adapun di Prancis, negara di Eropa yang paling banyak komunitas muslimnya, seorang politikus Prancis ‘Philip De Felrz’ salah seorang kandidat pada pemilihan presiden Prancis tahun 2007 yang masuk peringkat keenam dan dikenal permusuhannya terhadap Islam, dalam sebuah wawancara dia menjelaskan sebab perhatiannya untuk mencegah arus Islam di negaranya, karena menurutnya pada masa yang akan datang Prancis akan menyaksikan dirubahnya gereja-gereja menjadi masjid seiring dengan penyebaran Islam. Pandangan ini pula yang pernah dikemukan oleh Sarkozi dalam sebuah wawancara di istana Elizia.
Di Swedia, pertambahan populasi kaum muslimin juga sangat menarik perhatian. Sehingga menyebabkan harus didirikannya sejumlah masjid, bahkan di beberapa tempat sejumlah gereja dirubah menjadi masjid.
Di Inggris, sebuah Organisasi Kristen memprediksi bahwa jumlah warga Kristen Romawi yang mengunjungi gereja akan mengalami penurunan hingga 679 ribu orang pada tahun 2020 nanti. Sementara pada saat bersamaan jumlah kaum muslimin yang akan melakukan shalat Jumat nantinya akan bertambah mencapai 683 ribu orang.
Tampaknya sejarah akan berbalik, Eropa yang asalnya negeri Kristen, pernah ditundukkan kaum muslimin di Andalusia. Berabad-abad lamanya kaum muslimin berkuasa di sana hingga akhirnya setelah perang Salib kembali jatuh ke tangan Kristen pada abad ketujuh Hijriah. Saat itu banyak masjid yang mereka rubah menjadi gereja. Kini sedikit demi sedikit, gereja dirubah menjadi masjid. Hanya saja, kali ini tidak ada meriam dan timah panas yang dimuntahkan. Allahu Akbar.
(Al-Mujtama) – sumber Islamedia.co