Beberapa waktu lalu, dunia maya dihebohkan dengan berita tentang seorang tokoh Salafi Arab yang mengumumkan dirinya menjadi seorang ateis. Beliau adalah Ahmad Husain Harqan / أحمد حسين حرقان yang merupakan murid dari Syaikh Yasir Birhami, tokoh salafi besar di Mesir.
Lewat sebuah laman propaganda atheis Arab, Syaikh yang hafal Al-Qur’an itu menjelaskan alasan dirinya menjadi seorang atheis: yaitu karena menurutnya banyak sekali kotradiksi di dalam ayat-ayat al-Qur’an, misalnya saja -katanya- tentang penciptaan langit dan bumi (Silahkan lihat videonya di sini).
Peristiwa ini menjadikan Ahmad Harqan sebagai tokoh populer hingga ia menjadi perbincangan di media sosial dan banyak diwawancara di televisi Mesir dan Arab.
Memang, semenjak meletusnya revolusi mawar atau Arab Spring tahun 2011 lalu, dunia Arab mengalami perubahan cukup menarik perhatian, salah satunya terkait berkembangnya ideologi-ideologi anti-mainstream yang selama ini banyak terpendam.
Dunia arab yang selama ini identik dengan religiusme, di mana agama-agama besar lahir dan tumbuh di daerah ini, Yahudi, Nasrani dan Islam, maka pasca Arab Spring, atheisme tiba-tiba menjadi trend di kalangan anak-anak muda.
Laporan yang disampaikan oleh Deutsche Welle di akhir tahun 2014 menyebutkan bahwa dari hasil studi yang dilakukan Dar al-Ifta, Mesir, disebutkan bahwa ada sekitar 0,001 persen warga Mesir yang tak percaya adanya Tuhan. Sementara di Maroko diperkirakan ada sekitar 325 orang Atheis di tahun yang sama.
Bahkan, penelitian yang dilakukan Universitas Al Ashar lebih mengejutkan, di mana dari sekitar enam ribu anak muda yang dijadikan responden, 12,3 persen (866 orang) di antaranya mengaku tidak memiliki agama (tidak ingin beragama).
Harian Inggris The Guardian pernah mewawancarai seorang aktivis sekuler Mesir, Rabab Kamal, dan ia mengatakan bahwa angka-angka tersebut tidak akurat. Menurutnya, jumlah aties yang ada lebih besar dari itu.
Sementara diperkirakan di Irak terdapat 242 orang atheis, di Arab Saudi 178 orang, di Yordania 170 orang, di Sudan 70 orang, di Suriah 56 orang, di Libya 34 orang dan di Yaman 32 orang.
Disebutkan pula bahwa sekitar akhir bulan Desember 2014 lalu, disinyalir ada konferensi kaum ateis Arab di Mekah, yang dilaksanakan di sebuah hotel dekat Masjidil Haram secara diam-diam, meski sumber berita ini masih perlu diselidiki.
Gelombang atheisme di dunia Arab memang menarik untuk dikaji, apakah ini semata-mata propaganda atau fakta yang nyata-nyata ada.
Namun, di laman-lama internet, memang sangat banyak sekali laman web, forum, fanspage atau grup yang menjadi sarana dan corong kaum ateis Arab dalam menunjukkan eksistensi mereka. Sebut saja misalnya laman: www.arbatheisbroadcasting.com, www.il7ad.org, dan lain sebagainya.
Beberapa pemerintah di Arab juga telah menjatuhkan sanksi bagi para ateis yang melakukan propaganda. Januari lalu, seorang mahasiswa Mesir berusia 21tahun bernama Karim Al-Banna divonis tiga tahun penjara dengan tuduhan menghina Islam dan menyatakan diri sebagai seorang atheis di laman Facebook. Ayahnya sendiri bersaksi melawan dia.
Pada bulan Februari 2012, penulis asal Saudi, Hamza Kashgari dipenjara selama hampir dua tahun karena menulis tweet yang bernada anti agama dan menghina Nabi.
Bulan berikutnya, pengadilan Tunisia juga menghukum blogger Ghazi Beji dan Jabeur Mejri tujuh tahun dengan tuduhan melanggar moralitas, pencemaran nama baik dan mengganggu ketertiban umum setelah mereka memposting komentar satir dan kartun nabi Muhammad.
Tahun lalu, Raif Badawi, pendiri Free Saudi Liberal, sebuah blog yang mengkaji agama, dijatuhi hukuman sepuluh tahun penjara dan 1.000 kali cambukan. Dan Desember 2014 lalu, kolumnis Mauritania, Mohamed Ould Cheikh Mkhaitir juga dijatuhi hukuman mati karena menuliskan kritik terhadap sistem negaranya yang berasaskan Islam, meski saat ini ia mengajukan banding.
Menurut kolumnis Sami Al-Nishf, dalam sebuah tulisannya di laman Alarabiya, fenomena ateisme di kalangan orang Arab bukanlah hal baru. Menurutnya, di awal abad modern pun sudah bermunculan faham ateisme Arab seperti yang dilakukan oleh Dr. Ibrahm Adham yang mengumumkan dirinya athes sekitar tahun 1940 melalui bukunya berjudul ‘mengapa aku menjadi ateis?” (لماذا أنا ملحد).
Lagi menurut Sami, ada banyak faktor yang menjadi latar belakang hal ini, di antaranya adalah reaksi ketidaksenangan sebagian orang atas perilaku kekerasan dan terorisme yang dilakukan sebagian umat Islam sehingga muncul reaksi yang juga berlebihan berupa pengingkaran terhadap Tuhan dan agama
Sumber : http //www.putramelayu.web.id/2015/06/gelombang-atheisme-di-timur-tengah.html
Catatan :
Inilah akibatnya kalau mempelajari Al-Qur’an dan islam hanya dengan akal dan fikiran, buka n dengan hati. Memang kalau kita amati diantara saudara kita yang berfaham salafi banyak yang lebih cenderung hanya menggunakan dalil akal dan teks tertulis dari hadist maupun al Qur’an dalam berbagai tindakannya. Adakalanya mereka memahami teks secara membabi buta. Padahal di dalam Qur’an ada ayat yang jelas maknanya (muhkamat) ada pula yang samar (mutasabihat) . Akal dan fikiran memiliki kemampuan terbatas ,sedang hati manusia memiliki jangkauan yang jauh lebih luas daripada akal dan fikiran.
Mereka memahami islam dengan akal bukan dengan hati. Mereka sering menyerang umat islam lainnya yang tekun beribadah, berdzikir, mendekatkan diri pada Allah dengan hatinya.
Ketika akal dan fikiran mereka terbentur dalam memahami Al Qur’an , iman dan keyakinan mereka ,mulai goyah dan dapat menyebabkan mereka jadi murtad seperti yang dialami saudara Ahmad Husain Harqan diatas. Di Indonesia banyak orang yang mengalami hal seperti itu hingga mereka murtad dari islam seperti yang dialami seorang ustad Muhammadiyah dan mantan guru besar ma’had Az-zaitun di Indramayu , Saifudin Ibrahim yang murtad dari ustad menjadi seorang pendeta Nasrani. Demikian pula yang dialami saudara Lukman Idris salah seorang artis yang pindah agama dari Islam menjadi kristen.
Dalam mempelajari al Qur’an maupun Islam Allah selalu mengingatkan agar kita selalu berlindung pada Allah dari tipu daya setan terkutuk , sebagaimana diingatkan dalam surat an nahl 98:
98. Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk (An Nahl 98)
Hidayah dan petunjuk itu sepenuhnya kewenangan Allah . Dia memberi hidayah pada siapa yang dikehendaki dan membiarkan sesat siapa yang dikehendakiNya. Mereka yang kafir sesudah beriman akan mendapat kemurkaan dan azab yang besar dari Allah, sebagaimana disebutkan dalam surat An Nahl 106
106. Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.(An Nahl 106)
Pahamilah Islam dan Al Qur’an dengan hati yang bersih dan suci , jauh dari sifat ria sombong. Berendah dirilah dihadapan Allah dengan tawadhu, banyak berdzikir menyebut nama Allah baik dengan lisan maupun didalam hati. Insya Allah terlindung dari tipu daya setan yang menyesatkan hati dan fikiran.