Oleh Hannan Putra
REPUBLIKA.CO.ID,
Surga yang dalam bahasa Arab disebut al-Jannah diambil dari ungkapan al-hadiqah zatusy-syajar (kebun atau taman yang terdiri dari berbagai macam pepohonan). Ini untuk menggambarkan pada benak orang Arab ketika itu bahwa ada suatu tempat yang sangat indah nan diliputi berbagai macam kenikmatan luar biasa. Kontras sekali dengan wilayah Jazirah Arab yang kering kerontang dari hamparan padang pasir.
Keistimewaan surga dan kenikmatan yang ada di dalamnya digambarkan Allah SWT dalam hadis qudsi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, “Aku (Allah) telah menyediakan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh suatu balasan (surga) yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terlintas di dalam hati.” (HR Bukhari).
Setelah Rasulullah SAW menggambarkan surga, Beliau SAW kemudian membaca ayat Alquran, “Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS as-Sajadah [32]: 17).
Kenikmatan yang diberikan Allah SWT di dalam surga bersifat kekal, tidak pernah habis, dan banyaknya tak terhitung. Dari semua kenikmatan tersebut, nikmat yang paling tinggi yang akan dirasakan penghuni surga ialah menyaksikan Allah SWT. Seperti diterangkan dalam firman-Nya:
“Wajah-wajah (orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Memandang Tuhannya.” (QS al-Qiyamah [75] :22-23).
Luas surga digambarkan seluas langit dan bumi. Seperti diterangkan Alquran, “Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. (QS Ali Imran [3]: 133). Disebutkan pula, di dalamnya mengalir sungai-sungai yang bermacam-macam dan diberi nama sesuai dengan keadaan dan sifat airnya.
Ada sungai air jernih, yaitu airnya selalu dalam keadaan jernih, tidak berubah rasa dan baunya. Ada pula sungai susu karena airnya terdiri atas air susu yang juga tidak berubah rasanya. Kemudian, ada juga sungai arak (khamar), yaitu airnya terdiri atas khamar yang sangat lezat rasanya, tapi tidak memabukkan. Selanjutnya, ada pula sungai madu, yang airnya terdiri atas madu yang disaring. (QS Muhammad [47]: 15).
Perhiasan yang diberikan kepada penghuni surga terdiri atas emas, mutiara, serta pakaian yang terbuat dari sutra. (QS Fathir [35]: 33), baik sutra yang halus tipis maupun tebal. (QS ad-Dukhan [44]: 53). Sedangkan, makanan dan minuman mereka terdiri atas berbagai macam jenis, terserah apa saja yang mereka inginkan, semuanya tersedia. (QS az-Zukhruf [43]: 71).
Penghuni surga benar-benar dimanjakan. Piring-piring dan gelas-gelas mereka saja semuanya terbuat dari emas. Di samping peralatan dari emas, ada pula peralatan yang terbuat dari perak dan kristal (QS al-Insan [76]: 15). Di samping itu, penghuni surga dilayani pelayan-pelayan muda bagaikan mutiara yang bertaburan dengan pakaian sutra yang sangat indah dan menyedapkan pandangan mata. Mereka tetap tinggal muda dan tidak pernah berubah menjadi tua. (QS al-Insan [76]: 19-21).
Di dalam surga juga tidak ada lagi permusuhan, tidak ada perasaan dengki antarsesama penghuninya. Hidup mereka rukun dan damai bagaikan saudara-saudara kandung. Mereka tidak pernah merasa penat, lelah, atau letih. (QS al-Hijr [15] :45-48).
Penduduk surga juga tidak pernah melakukan perkataan dusta, omong kosong, apalagi yang bersifat dosa. Seluruh yang keluar dari lisan mereka hanyalah perkataan kedamaian dan kebaikan. (QS al-Waqi’ah [56] : 25-26). Di samping itu, penduduk surga juga tidak mengenal adanya usia tua dan muda. Umur para penghuninya sebaya dan tidak pernah bertambah tua. Semua mereka dalam keadaan sehat dan tidak pernah dihinggapi penyakit.
Penduduk surga atau mereka yang akan memasukinya disebut dengan ahlul jannah atau ashabul jannah. Mereka adalah orang yang bertakwa kepada Allah SWT. Tapi, bukan berarti orang mukmin yang belum mencapai derjat mutakin (takwa) tidak bisa masuk ke dalamnya. Setiap orang mukmin di akhirat kelak akan ditimbang amal baik dan buruknya. Allah SWT bersikap sangat adil dalam hal ini. Jika amal baik lebih berat dan lebih banyak dari amal yang jahat, ia akan dimasukkan ke dalam surga. Tapi, sebaliknya, jika amal yang jahat lebih banyak, ia akan dimasukkan ke dalam neraka.
Hukuman yang diberikan Allah SWT di dalam neraka setimpal dengan kejahatan yang dilakukan orang tersebut. Setelah habis masa hukuman itu, ia akan dimasukkan ke dalam surga dalam keadaan tubuh dan jiwa yang sudah suci. Karena itu, tidak ada orang mukmin yang akan kekal dalam neraka.
Seberat-beratnya siksa yang dideritanya, pada akhirnya ia akan dikeluarkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga.
Seperti diterangkan Rasulullah SAW dalam hadis dari Abu Sa‘id al-Khudri :
“Para penghuni surga akan masuk ke surga dan penghuni neraka akan masuk ke dalam neraka. Kemudian, Allah berfirman, ‘Keluarkanlah dari neraka itu orang yang ada di dalam hatinya iman sekalipun sebesar biji sawi’. Mereka lalu dikeluarkan dari neraka dalam keadaan tubuh yang hitam hangus dan kemudian dimasukkan ke dalam nahr al-hayah (sungai kehidupan). Kemudian, mereka tumbuh seperti tumbuhnya benih di samping tanah yang terkena banjir. Tidaklah engkau tahu bahwa benih itu akan keluar kekuning-kuningan dan berseri-seri.” (HR Bukhari, Muslim, dan an-Nasa’i).
Orang-orang yang berdosa juga bisa mendapatkan syafaat dari Rasulullah SAW di akhirat kelak. Di samping memberikan syafaat ‘uzma (besar), Rasulullah SAW juga memberikan syafaat yang lain setelah mendapat izin dari Allah SWT. Dengan demikian, bisa saja orang Mukmin yang berdosa besar mendapat syafaat dari Rasulullah SAW sehingga dikeluarkan dari neraka.
ed: Hafidz Muftisany
(Sumber Harian Republika 6 Februari 2014- dialog jum’at )