Ustaz Fathul Bari Mat Jahya
Soalan: Saya tidak pasti tentang tawassul. Bertawassul ini boleh atau tidak? Kalau boleh, bagaimana caranya?
Jawaban:
Pertama sekali kita perlu tahu apa maksud tawassul. Tawassul berasal dari perkataan Arab وسيلة (wasiilah: perantara). Tawassala-yatawassalu-tawassulan. Yakni menjadikan sesuatu sebagai perantara di dalam kita berdoa. Kita tetap meminta daripada Allah, tetapi kita meletakkan perantara di tengah.
Di sana ada tawassul yang masyru’ (syar’i) dan ada tawassul yang mamnu’ (dilarang).
TAWASUL YANG DISYARIATKAN
Tawassul yang disyariatkan oleh Allah dan Rasul adalah berdalilkan hadis-hadis Nabi shallallahu’alaihiwasallam tentang bagaimana baginda mengajarkan kepada kita cara bertawassul.
Pertama, bertawassul dengan menggunakan nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Firman Allah di dalam Al-Quran,
“Dan Allah memiliki nama-nama yang indah, maka berdo’alah kepada-Nya dengan nama-nama-Nya tersebut.” (surah Al-A’raf: 180)
Contoh berdoa dengan nama Allah adalah kita meminta dengan lafaz “Ya Ghaffar, ighfir li”. Wahai yang Maha Pengampun, ampunilah aku. Iaitu dengan menyeru Nama Allah terlebih dahulu; Ya Razzaq, kurniakanlah rezki kepadaku, Wahai yang Maha Pengasih, kasihilah aku. Ya Rahman, Ya Rahim, irhamni – Wahai yang Maha Pemurah, wahai yang Maha Pengasih, kasihanilah aku.
Sebut Nama-nama Allah terlebih dahulu, jadikan nama-Nya sebagai perantara untuk kita berdoa dan memohon atau meminta sesuatu daripada-Nya. Itu salah satu kaedah tawassul yang syar’i.
Kedua, bertawassul dengan doa orang saleh yang masih hidup. Iaitu berjumpa dengan orang-orang saleh yang amal ibadatnya bertepatan dengan Al-Quran dan As-Sunnah, para ulama dan sesiapa sahaja orang saleh yang masih hidup dan meminta orang yang shaleh itu mendoakan untuk kita.
Perkara ini berlaku di dalam petunjuk Nabi SAW di mana para sahabat meminta agar Nabi berdoa. Adapun setelah kewafatan Nabi shallallaahu’alaihiwasallam, Umar Al-Khatthab radhiyallaahu’anhu pergi bertemu dengan Abbas bin Abdul Muthalib, bapa saudara Nabi dengan Umar menyatakan bahawasanya “Dulu ketika Nabi masih hidup, kami bertawassul dengan Nabi. Sekarang apabila Nabi telah tiada, orang yang paling mulia di kalangan kami adalah kamu, wahai Abbas. Maka berdoalah kamu untuk kami.” (lihat Sahih Bukhari)
Peristiwa ini terjadi ketika Madinah dilanda kemarau panjang. Umar meminta Abbas radhiyallaahu’anhu berdoa dan Abbas radhiyallaahu’anhu pun berdoa. Tidak lama setelah itu, Allah pun menurunkan hujan kepada mereka.
Lagi tentang kisah doa orang yang saleh adalah peristiwa Uwais Al-Qarni. Nabi shallallaahu’alaihiwasallam tidak pernah berjumpa dengannya dan dia pun tidak pernah bertemu Nabi shallallaahu’alaihiwasallam. Tetapi Nabi shallallaahu’alaihiwasallam menceritakan tentang keberadaan dan kewujudannya. Nabi menceritakan tentang ciri-cirinya kepada para sahabat. Nabi menyuruh kepada sahabat, sekiranya bertemu dengan Uwais, mintalah agar dia berdoa. Maka setiap tahun pada musim haji para sahabat mencari Uwais bin Amir Al-Qarni melalui kabilah yang datang dari Yaman untuk mengerjakan haji.
Dari Usair bin Jabir ia berkata: Umar bin al-Khatthab jika datang sepasukan dari Yaman akan berkata: ‘Apakah di antara kalian ada Uwais bin Amir’? (Demikian seterusnya) sampai datang Uwais. Beliau bertanya: Apakah engkau Uwais bin Amir? Dia menjawab: Ya. Umar bertanya: dari Murod, kemudian ke Qoron? Dia berkata: Ya. Umar bertanya: Apakah engkau dulu memiliki penyakit (semacam) kusta kemudian sembuh, kecuali sebesar dirham. Dia berkata: Ya. Umar bertanya: Apakah engkau memiliki ibu? Ia berkata: Ya. Umar berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallaahu’alaihiwasallam bersabda: Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama sepasukan penduduk Yaman dari Murod kemudian Qoron, dulunya dia memiliki penyakit (semacam) kusta kemudian dia sembuh, kecuali sebesar dirham, dia memiliki ibu yang dia berbakti kepadanya. Kalau dia bersumpah atas nama Allah, nescaya Allah perkenankan. Jika engkau bisa meminta agar dia memohon ampunan untukmu, lakukanlah. Maka (wahai Uwais) mohonkan ampun untukku. Kemudian Uwais memohonkan ampunan untuk Umar. (riwayat Muslim)
Dalam riwayat lain, Nabi memerintahkan kepada para sahabat secara umum : ”perintahkanlah dia agar beristighfar untuk kalian.”
Dari Umar bin al-Khatthab beliau berkata, “Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallaahu’alaihiwasallam bersabda, Sesungguhnya sebaik-baik tabi’in adalah seorang laki-laki yang disebut Uwais, dia memiliki ibu dan dia memiliki tanda putih. Maka perintahkanlah dia agar beristighfar untuk kalian.” (riwayat Muslim)
Bertawassul dengan doa orang yang saleh yang masih hidup, itu yang diajar oleh Nabi shallallaahu’alaihiwasallam. Dan cara bertawassul dengan orang saleh yang masih hidup adalah melalui doanya, bukan melalui jasadnya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan,
“Adapun yang dimaksud tawasul dengan Nabi shallallaahu’alaihiwasallam dalam perkataan para sahabat radhiyallaahu’anhum adalah bertawasul dengan doa dan syafaat Nabi. Adapun tawasul dengan doa dan syafaat sebagaimana yang dilakukan ‘Umar adalah bertawasul dengan doa, bukan bertawasul dengan zat Rasulullah shallallaahu’alaihiwasallam. Seandainya itu merupakan tawasul dengan zat beliau, maka tentu bertawasul kepada Nabi shallallaahu’alaihiwasallam lebih utama daripada dengan ‘Abbas radhiyallaahu’anhu. Ketika mereka berpaling dari bertawasul dengan Rasulullah shallallaahu’alaihiwasallam, namun mereka bertawasul dengan ‘Abbas, maka dari sini kita ketahui bahawa bertawasul dengan Nabi shallallaahu’alaihiwasallam hanya berlaku ketika baginda masih hidup dan terlarang setelah wafatnya baginda.”
Ketiga, bertawassul dengan amalan saleh.
Iaitu bertawassul dengan amalan saleh yang pernah kita lakukan. Hadis yang selalu dijadikan contoh adalah hadis tiga orang lelaki yang terperangkap di dalam gua. Seorang berdoa kepada Allah dengan mengatakan bahawa dia telah taat kepada ibu bapanya, seorang lagi mengatakan dia hampir berzina tetapi dia tinggalkan zina kerana takutkan azab Allah, orang yang ketiga pula berdoa dengan menyebut bahawa dia orang yang amanah, memegang amanah yang diberikan kepadanya dan mengembalikan kepada pemiliknya. Maka dengan amalan saleh itu mereka berdoa kepada Allah agar dibukakan pintu gua yang tertutup sehingga memerangkap mereka di dalamnya.
Ketika orang pertama berdoa, batu yang menutupi gua itu terbuka sedikit, sehinggalah cukup doa ketiga-tiga mereka, barulah batu itu berbuka sehingga mereka dapat keluar daripadanya. (lihat Sahih Bukhari)
Ini menunjukkan keberkesanan bertawassul dengan amalan saleh, yakni menjadikan amalan saleh sebagai perantara di dalam doa kita, kesannya itu cepat. Mudah-mudahan, insyaAllah.
Tiga jenis tawassul di atas adalah tawassul yang syar’i.
TAWASUL YANG DILARANG
Adapun tawassul yang dilarang ada banyak. Antaranya meminta daripada berhala, pokok, binatang, memuja makhluk, keterlaluan dalam meminta kepada makhluk sehingga lupa kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala, meminta kepada makhluk dan percaya bahwa makhluk tersebut mengabulkan permintaannya, dan tidak meminta kepada Allah.
Begitu juga bertawassul dengan orang yang telah mati yang telah dibincang panjang oleh ahli ilmu. Seruan kepada orang mati, seruan kepada Nabi Muhammad shallallaahu’alaihiwasallam sedangkan baginda telah wafat. Mereka berdalilkan dengan peristiwa-peristiwa di mana kesemuanya adalah daripada hadis-hadis dha’if dan tidak membawa pengertian bahawasanya Nabi shallallaahu’alaihiwasallam bertawassul dengan Nabi-nabi yang telah wafat sebelumnya. Tidak ada pendalilan dan penghujahannya.
Hal ini dijelaskan oleh para ulama. Ada satu kitab berkaitan dengan tawassul; Al-Tawassul Baina Masyru’i wal Mamnu’ (Tawassul antara yang disyariatkan dan yang dilarang), seingat saya ditulis oleh Syaikh Abdullah bin Abdul Hamid Al-Atsari.
Beliau membahaskan secara detil penghujahan dan bantahan terhadap orang-orang yang berhujah dengan mengatakan boleh bertawassul dengan orang yang telah mati dengan cara menyerunya. Contohnya, menyeru “Ya Syaikh fulan bin fulan, doakan untuk kami…” dan mereka ini mengharuskan bertawassul di tanah perkuburan orang saleh atau pun menyeru di dalam majlis mereka dan menyeru dari tempat-tempat lain. Itu antara cara yang mereka lakukan bertawassul dengan orang mati termasuk dengan Nabi shallallaahu’alaihiwasallam.
Hal-hal seperti ini tidak diamalkan dan tidak dipraktikkan oleh sahabat-sahabat Nabi radhiyallaahu’anhu berasaskan dan berdalilkan hadis-hadis dan riwayat-riwayat yang sahih yang jelas daripada mereka, seperti mana perbuatan Umar bin Al-Khatthab yang disebutkan tadi, di mana beliau tidak bertawassul kepada Nabi sebaliknya mencari Abbas bin Abdul Muthalib. Dan beliau sendiri yang membuat permisalan dan menyebut bahawa “dulu ketika masih ada Nabi, kami bertawassul dengan Nabi, tetapi sekarang apabila Nabi telah tiada, kami bertawassul dengan Abbas.”
Itu gambaran umum dan ringkas tentang tawassul. Maka dianjurkan untuk kita bertawassul dengan ketiga-tiga perkara yang jelas disyariatkan berdalilkan fakta-fakta dan hadis-hadis yang sahih. Adapun selainnya adalah terlarang.
Wallaahua’lam.
Teks disediakan berdasarkan rakaman berikut:
[youtube SzbhEKqoIQU]
Sumber :ustazfathulbari.wordpress.com/2013/02/15/tawassul-yang-disyariatkan-dan-tawassul-yang-dilarang/
Video berikut ini menunjukan doa tawasul yang dilarang yaitu bertawasul dengan orang yang sudah meninggal dunia seperti Nabi Muhammad, Ali , Hasan , Husen , Fatimah, …..ini biasa dilakukan oleh orang syiah , bertawasul dengan para imam mereka yang sudah wafat. Bacaannya cukup menyentuh hati yang mendengar.
[youtube Nq4yKqDB2Z8]
Berikut video kaum syiah yang mengagungkan Husen secara berlebih lebihan, ini sudah mengarah pada mempersekutukan Allah dengan Husen, Na’udzubilah mindzalik , jangan sampai anda tertipu oleh keindahan irama dan bacaannya.
[youtube 0o5GIBfxStM]
Asalamualaykum
Tanya pk ustad klo membaca umul kur’an yg d khususkan kpada nabi muhamad saw.. Syekh abdulqodir zailani dan para wali jg ahli kubur itu termasuk tawasul apa bkan? Dan gmn hukumnya
Wa alaikum salam
Al fatihah atau ummul Qur’an itu adalah doa, mengirim doa bagi Para Nabi, orang sholih yang sudah wafat tidak ada larangannya dalam Qur’an. Salah satu contoh doa untuk orang yang sudah meninggal antara lain dalam surat Ibrahim ayat 41:
41. Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).”
Yang dilarang adalah mendoakan orang munafik yang sudah meninggal seperti yang disebutkan dalam surat At Taubah 84:
84. Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik
Mengucapkan salam dan sholawat kepada Rasulullah ada perintahnya didalam surat Al Ahzab 56:
56. Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi[1229]. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya
Mendoakan para ulama, orang soleh, para wali tidak ada larangannya , yang dilarang adalah meminta berkah dan keselamatan kepada beliau yang sudah meninggal itu. Mendoakan mereka merupakan amal sholeh yang insya Allah akan mendapat balasan kebaikan dari Allah.
tαwαssul MELALUI wαsilαh.
wαsilαh sirαthαl mustαqim
Qs 5:35…cαrilαh jαlαn (wαsilαh) yαng mendekαtkαn diri KEPADA-Nyα…
Qs 7:190…bermohonlαh KEPADA-Nyα DENGAN (wαsilαh) menyebut αsϻαυɭ hυsɳα…
Qs 17:57…yαng merekα seru itu…jαlαn (wαsilαh) KEPADA Rαbb…yαng lebih DEKAT (kepαdα λɭɭαɧ)…
Qs 3:45…ɳαϻαnγα λɭ-Ϻαsiɧ ‘Isα puterα Ϻαrγαm, seorαng terkemulα di ϑυηiα DAN di αkɧirαʈ…yαng DIDEKATKAN (kepαdα λɭɭαɧ),
Dαri Abdullαh rα, sαw bersαbdα: “Berdo’αlαh MELALUI wαsilαh yαng lebih DEKAT KEPADA λɭɭαɧ.“ (HR.Muslim,5357,5358)
فقال له يسوع: “أنا هو الطريق والحق والحياة ليس أحد يأتي إلى الآب إلا بي.
Yᴏhαnes 14:6. Kαtα Yesυs keραϑαnγα: “λƙυlαɧ ȷαlαƞ (wαsilαh) DAN ƙ℮ƅ℮nαrαƞ DAN ɧiϑυρ. TIDAK ADA seᴏrαnɡρυn γαnɡ ϑαtαnɡ KEPADA βαρα, kαlαυ TIDAK ϻ℮lαlυi λƙυ.“
1 Ƭimotiυs 2:5. Kαrenα λɭɭαɧ itu Ξsα DAN Ξsα pulα Diα yαng MENJADI pengαntαrα (wαsilαh) ANTARA λɭɭαɧ DAN mαnusiα, yαitu ϻαηυsiα Kriѕʈυѕ Yesυs,
1 Yohαnes 2:1…kitα mempunyαi seorαng pengαntαrα (wαsilαh) PADA βαρα, yαitu Yesυs Kriѕʈυѕ, yαng αdil.
Bertαwαssul yg diαnjurin αdαlαh melαlui wαsilαh dαri nαmα dαn sifαt-sifαt Allαh.
Yesus αdαlαh αsmα Allαh sebαgαi Wαsilαh
1 Petrυs 4:16…λɭɭαɧ DALAM ɳαϻα Kriѕʈυѕ…
Yᴏhαnes 17:1, 5-6, 11…kαtα Yesυs…yα βαρα…λkυ telαh menyαtαkαn ɳαϻα-Ϻυ KEPADA semuα orαng…ɳαϻα-Ϻυ yαng telαh Ξnɡkαυ berikαn KEPADA-Kυ…
Yᴏhαnes 15:16…αpα yαng kαmu mintα KEPADA βαρα DALAM ɳαϻα-Kυ, diberikαn-Ɲγα KEPADAMU.
Yᴏhαnes 14:14. Jikα kαmυ memintα sesυαtu KEPADA-Kυ DALAM ɳαϻα-Kυ, λkυ αkαn melαkukαnnyα.“
Qs 17:110…serulαh λɭɭαɧ ATAU serulαh Ar-Rαhmαn. DENGAN ɳαϻα yαng mαnα sαjα kαmu seru, Diα MEMPUNYAI λɭ-λsϻαυɭ Hυsɳα…
1 Korintυs 1:2…berseru KEPADA ɳαϻα Ƭυhαη kitα Yesυs Kriѕʈυѕ…