Oleh Fadhil ZA

dunia 2dunia 4

Banyak orang yang tidak menyadari bahwa kehidupan dunia ini penuh dengan tipuan , kebohongan dan kepalsuan. Apa yang terlihat indah belum tentu indah dijalani demikian pula apa yang terlihat buruk belum tentu buruk ketika dijalani.

Banyak orang yang tertipu dalam  menjalani kehidupan dunia ini  akhirnya hidup dalam penderitaan, kemelut dan stress berkepanjangan yang tidak pernah berakhir

Dalam Al-Qur’an Allah telah mengingatkan pada  kita tentang tipuan dan kepalsuan kehidupan dunia ini, agar kita hati hati dan waspada menghadapinya. Antara lain dalam surat Al Hadit ayat 20 :

20. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.      (Al Hadit 20)

Kehidupan dunia hanya permainan

Dalam surat Al Hadit ayat 20 diatas Allah menegaskan bahwa kehidupan dunia ini hanyalah perrmainan, senda gurau , perhiasan dan berlomba banyak tentang harta dan anak anak. Perumpamaannya seperti tanam tanam yang tumbuh subur menghijau mengagumkan para petani, kemudian menjadi kuning layu dan hancur. Kehidupan yang sebenarnya adalah kehidupan akhirat, kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan sementara , kesenangan fatamorgana.

Kehidupan dunia ini diperlihatkan indah bagi orang yang kafir dan tidak beriman pada Allah dan kehidupan akhirat. Orang yang kurang ilmunya, dan condong mengikuti hawa nafsunya , lebih mengutamakan kehidupan dunia daripada akhirat. Mereka asyik dengan permainan dan kesenangan dunia yang bersifat hanya sementara ini. Mereka tidak peduli dengan kehidupan akhirat. Umumnya mereka baru menyadari kekeliruannya jika nyawa sudah sampai di tenggorokan.

Dunia tempat singgah  sementara

Banyak orang yang tidak menyadari bahwa kehidupan dunia ini hanyalah kehidupan sementara. Kehidupan yang sebenarnya adalah kehidupan diakhirat kelak. Kehidupan dunia dibandingkan kehidupan akhirat tidaklah ada artinya. Rasulullah mengatakan perbandingan kehidupan dunia dengan akhirat diumpamakan seperti seorang yang pergi ketepi pantai kemudian mencelupkan telunjuknya kedalam air laut. Maka air yang melekat ditelunjuknya  itulah perumpamaan hidup didunia, dan air yang tertinggal dilautan itulah perumpamaan  kehidupan  akhirat. Sungguh perbandingan yang amat mencolok.

Kita hidup di  dunia dibatasi oleh ruang dan waktu, mulai sejak dilahirkan dan berakhir sampai kita  wafat,  paling lama 90 atau 100 tahun. Kemampuan kitapun amat terbatas semakin tua kita semakin lemah. Sedang kehidupan akhirat dimulai sejak kita wafat sampai waktu yang tidak ada akhirnya (abadi)

Walaupun demikian sedikit sekali orang yang memahami hal itu, sebagian besar penduduk dunia ini lebih mengutamakan kehidupan dunia dari pada akhirat. Seluruh hidupnya tercurah untuk mencari harta, kekayaan , kesenangan dan kenikmatan  hidup dunia, mereka tidak peduli dengan kehidupan akhirat. Mereka menganggap kehidupan akhirat hanyalah hayalan kosong saja. Allah menjelaskan hal ini dalam surat Al Insan 27

27. Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat).     (Al Insan 27)

Sebagian besar manusia lebih tertarik mengumpulkan harta dan kekayaan sebanyak banyaknya daripada mengumpulkan amal ibadah untuk kehidupan akhirat. Mereka mencari harta dan kekayaan dengan menghalalkan segala cara tidak peduli halal dan haram. Mereka tidak peduli dengan kehidupan akhirat. Mereka inilah kelompok orang yang tertipu oleh kehidupan dunia. Sikap kehati hatian Rasulullah dalam menghadapi kehidupan dunia bisa kita lihat dari beberapa riwayat berikut ini

Suatu ketika Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidur di atas selembar tikar. Ketika bangkit dari tidurnya tikar tersebut meninggalkan bekas pada tubuh beliau. Berkatalah para shahabat yang menyaksikan hal itu, “Wahai Rasulullah, seandainya boleh kami siapkan untukmu kasur yang empuk!” Beliau menjawab:

Ada kecintaan apa aku dengan dunia? Aku di dunia ini tidak lain kecuali seperti seorang pengendara yang mencari teteduhan di bawah pohon, lalu beristirahat, kemudian meninggalkannya.” (HR. At-Tirmidzi no. 2377, dishahihkan Asy-Syaikh Al- Albani rahimahullahu dalam Shahih At-Tirmidzi)

Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu pernah menangis melihat kesahajaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai beliau hanya tidur di atas selembar tikar tanpa dialasi apapun. Umar radhiyallahu ‘anhu berkata:

Aku melihat bekas tikar di lambung/rusuk beliau, maka aku pun menangis, hingga mengundang tanya beliau, “Apa yang membuatmu menangis?” Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, sungguh Kisra (raja Persia, –pent.) dan Kaisar (raja Romawi –pent.) berada dalam kemegahannya, sementara engkau adalah utusan Allah [2].” Beliau menjawab, “Tidakkah engkau ridha mereka mendapatkan dunia sedangkan kita mendapatkan akhirat?” (HR. Al-Bukhari no. 4913 dan Muslim no. 3676)

Dalam kesempatan yang sama, Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata kepada Nabinya:

Mohon engkau wahai Rasulullah berdoa kepada Allah agar Allah memberikan kelapangan hidup bagi umatmu. Sungguh Allah telah melapangkan (memberi kemegahan) kepada Persia dan Romawi, padahal mereka tidak beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Rasulullah meluruskan duduknya, kemudian berkata, “Apakah engkau dalam keraguan, wahai putra Al-Khaththab? Mereka itu adalah orang-orang yang disegerakan kesenangan (kenikmatan hidup/rezeki yang baik- baik) mereka di dalam kehidupan dunia [3] ?” (HR. Al-Bukhari no. 5191 dan Muslim no. 3679)

Demikianlah nilai dunia, bagi orang yang beriman . Orang yang bertakwa mengarungi dunia dengan hati hati mereka enggan untuk tenggelam di dalamnya, mereka sadar bahwa dunia ini hanyalah  tempat hidup sementara, persinggahan  atau tempat penyeberangan………. Di ujung sana menanti  kehidupan yang abadi  yang keutamaannya tidak bisa dibandingkan dengan kehidupan dunia.

Pada hari berbangkit nanti manusia merasa bahwa mereka hanya tinggal didunia sebentar saja. Kehidupan didunia terasa amat singkat seperti sekejap mata saja dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang kekal dan abadi .  Hal ini dinyatakan dalam surat An Naziat  46 :

46. Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari (An Naziat 46)

Orang yang beriman lebih mementingkan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia. Mereka selalu awas dan waspada terhadap berbagai jebakan dan tipuan dunia , yang dapat menghancurkan  kehidupan mereka di akhirat nanti.

Keyakinan yang menipu

Sebuah kebohongan dan kebathilan jika sudah tertanam didalam fikiran bawah sadar seseorang , sulit untuk dikoreksi. Dibutuhkan usaha ekstra ketat dan ulet untuk membongkar kekeliruan itu. Mereka yang tidak mau berfikir dan menggunakan akalnya dengan baik akan terus terlena dalam kebohongan dan kebathilan itu.

Apa yang tertanam didalam fikiran bawah sadar merupakan kebenaran mutlak bagi setiap orang. Terlepas apakah paham mereka itu salah atau benar, baik atau buruk . Bagi mereka apa yang diyakini dalam bawah sadar itulah kebenaran yang harus dibela dan dipertahankan. Disinilah munculnya keyakinan yang menipu. Sangat sulit menyadarkan manusia dari keyakinan yang keliru dan menipu ini. Tanpa hidayah dan bimbingan Allah seseorang tidak akan bisa keluar dari keyakinannya yang keliru itu.

Seseorang yang sudah ditanamkan keyakinan bahwa Yesus adalah anak Tuhan dan merupakan  bagian tak terpisahkan dari Tuhan , atau seorang penyembah berhala dan Tuhan tuhan lainnya selain Allah amat sulit untuk keluar dari keyakinannya itu. Bagi setiap orang apa yang sudah tertanam didalam alam bawah sadarnya adalah kebenaran  mutlak, tidak peduli apakah keyakinannya itu benar atau salah.

Ayah nabi Ibrahim Azar ,  yakin bahwa patung yang dibuatnya itulah Tuhan yang harus disembah. Keyakinan ini sudah tertanam didalam fikiran bawah sadarnya sejak masa kanak kanak. Ketika Nabi Ibrahim mengingatkan bahwa keyakinannya itu keliru , ia marah besar pada Nabi Ibrahim. Azar tidak bisa menerima keyakinan Ibrahim yang mengatakan bahwa Tuhan yang harus disembah itu adalah Allah, bukan patung patung yang dibuat oleh ayahnya itu.

Orang Quraiys Abu Jahal, Abu lahab dan yang lainnya yakin bahwa Tuhan yang disembah itu adalah Lata, Uzza dan Manna . Didalam Ka’bah penuh berbagai macam patung dan berhala yang dianggap sebagai Tuhan oleh orang Quraiys. Mereka tidak bisa menerima ajaran Nabi Muhammad yang menyampaikan bahwa Tuhan yang patut disembah itub adalah Allah yang maha Esa.

Demikianlah didunia ini mereka yang sudah memeluk satu keyakinan seperti umat Nasrani, Budha, Hindu, konghucu, majusi ,Sinto, Atheis dan para penyembah dewa ,  amat sulit untuk keluar dari keyakinannya itu. Mereka tidak bisa menerima ajaran yang mengatakan bahwa agama yang benar itu adalah Islam, Tuhan yang patut disembah itu adalah Allah. Mereka tetap kukuh dengan pendirian dan keyakinan mereka.

Mereka baru menyadari kekeliruan mereka nanti setelah datang kematian , dan tersingkaplah semua hijab yang menutup hati dan fikiran mereka selama ini. Ketika itu mereka berseru mohon pada Allah agar dikembalikan hidup kedunia kembali, agar mereka bisa memperbaiki kekeliruan mereka selama ini, seperti disebutkan dalam surat Al Mukminun 99-100:

99. (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) 100. agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan(Al Mukminuun 99-100)

Hanya orang yang mau berfikir dan  menggunakan akalnya dengan baik dan benar yang bisa keluar dari  keyakinan yang menipu itu. Agama Islam adalah agama bagi orang yang berakal dan mau berfikir. Salah satu keluhan orang kafir diakhirat nanti adalah seperti yang disebutkan dalam surat al Mulk ayat 10

10. Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Al Mulk 10)

Masih banyak jumlah umat manusia yang belum mengenal Islam didunia ini, 80% penduduk dunia yang berjumlah hampir 7 milyar ini masih tertipu oleh keyakinan yang mereka anut turun temurun dari nenek moyang mereka. Mereka menyangka apa yang mereka yakini itu sebagai kebenaran mutlak yang tidak bisa digugat lagi. Mereka hanya mengikuti tradisi dan kepercayaan leluhur mereka secara membabi buta. Hati mereka tertutup untuk menerima kebenaran Islam. Walaupun seruan dakwah sudah sampai kepada mereka.  Banyak juga diantara mereka yang menerima informasi yang keliru tentang islam , akhirnya malah kejangkitan Islam phobia . Mereka semakin jauh dari hidayah dan petunjuk.  Inilah tantangan dakwah bagi umat Islam dewasa ini.

Kemewahan dunia yang menipu

Dalam perjalan Israak Mi’raj Rasulullah melihat seorang nenek tua yang bersolek memanggil manggilnya. Beliau bertanya pada Malaikat jibril siapakah wanita tua yang bersolek itu?. Malaikat Jibril menjelaskan itulah Dunia, semakin tua ia kelihatan semakin menarik , banyak manusia yang tertipu olehnya.

Kemewahan dan kesenangan  hidup dunia sekarang ini betul betul amat menggoda. Banyak orang yang tertipu , mereka ingin menikmati hidup selama lamanya. Mereka yang sudah merasakan kenikmatan dunia umumnya lupa pada kehidupan akhirat. Rata rata mereka cinta dunia dan takut  dengan kematian. Padahal Allah telah mengingatkan dalam surat al Hadit ayat 20 :”….Tiadalah kehidupan dunia ini melainkan kesenangan tipuan (palsu)”

Bagi orang yang beriman pada Allah dan kehidupan akhirat kehidupan dunia ini tidak lebih berharga daripada bangkai seekor anak kambing yang sudah rusak. Rasulullah mengumpamakan kehidupan dunia ini seperti bangkai anak kambing yang tidak berharga. Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma berkisah, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati pasar sementara orang-orang ada di sekitar beliau. Beliau melintasi bangkai seekor anak kambing yang kecil atau terputus telinganya (cacat). Beliau memegang telinga bangkai tersebut seraya berkata:

Siapa di antara kalian yang suka memiliki anak kambing ini dengan membayar seharga satu dirham?” Mereka menjawab, “Kami tidak ingin memilikinya dengan harga semurah apapun. Apa yang dapat kami perbuat dengan bangkai ini?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata, “Apakah kalian suka bangkai anak kambing ini menjadi milik kalian?” “Demi Allah, seandainya pun anak kambing ini masih hidup, tetaplah ada cacat, kecil/terputus telinganya. Apatah lagi ia telah menjadi seonggok bangkai,” jawab mereka. Beliau pun bersabda setelahnya, “Demi Allah, sungguh dunia ini lebih rendah dan hina bagi Allah daripada hinanya bangkai ini bagi kalian.” (HR. Muslim no.7344)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun pernah bersabda:

 Seandainya dunia punya nilai di sisi Allah walau hanya menyamai nilai sebelah sayap nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberi minum kepada orang kafir seteguk airpun.” (HR. At-Tirmidzi no. 2320, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 686)

Tatkala orang-orang yang utama, mulia lagi berakal mengetahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menghinakan dunia, mereka pun enggan untuk tenggelam dalam kesenangannya. Apatah lagi mereka mengetahui bahwa Nabi mereka Shallallahu ‘alaihi wa sallam hidup di dunia penuh kezuhudan dan memperingatkan para shahabatnya dari fitnah dunia. Mereka pun mengambil dunia sekedarnya dan mengeluarkannya di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebanyak- banyaknya. Mereka ambil sekedar yang mencukupi dan mereka tinggalkan yang melalaikan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berpesan kepada Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, sambil memegang pundak iparnya ini:

 Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau bahkan seperti orang yang sekedar lewat (musafir).” (HR. Al-Bukhari no. 6416)

Banyak manusia yang tertipu oleh kehidupan dunia, mereka berfoya foya menghabiskan harta dan waktunya untuk menimati kehidupan dunia , dan mereka lupa pada kehidupan akhirat. Seluruh waktu dan fikirannya tercurah untuk mendapatkan kekayaan dan harta dunia, mereka tidak punya waktu untuk beribadah dan mengerjakan amal saleh bagi kehidupan akhirat.

Mereka sudah menghabiskan semua rezekinya didunia ini untuk memuaskan hawa nafsunya, dan diakhirat mereka tidak mendapat apa apa selain azab neraka sebagaimana disebutkan dalam surat Al –Ahqaf 20

“Dan ingatlah hari ketika orang-orang kafir dihadapkan ke neraka, kepada mereka dikatakan, ‘Kalian telah menghabiskan kesenangan hidup (rezeki yang baik-baik) kalian dalam kehidupan duniawi saja dan kalian telah bersenang-senang dengannya. Maka pada hari ini kalian dibalas dengan adzab yang menghinakan karena kalian telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa haq dan karena kalian berbuat kefasikan’.” (Al-Ahqaf: 20)

Orang yang tidak percaya pada kehidupan akhirat , menganggap kita hidup dan mati hanya karena proses alam saja. Setelah datang kematian maka selesailah semua masalah, karena itu mereka berusaha menikmati hidup ini sepuas puasnya. Mereka merasa rugi kalau tidak bisa meraih sukses, kemenangan , kemuliaan dan kekayaan berlimpah didunia ini. Mereka mengerahkan semua energi dan kekuatannya untuk meraih sukses dan kemenangan dunia, dengan menghalalkan segala cara. Mereka tidak takut dengan dosa dan kesalahan , karena mereka tidak percaya akan adanya kehidupan akhirat.

Jangan tertipu kehidupan dunia

Allah telah banyak mengingatkan dalam Al Qur’an agar kita hati hati dan waspada terhadap tipu daya kehidupan dunia yang melalaikan, salah satunya dalam surat Fathir ayat 5

5. Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah (Fathir 5)

 Hiduplah didunia secara sederhana jangan berlebih lebihan dalam kemewahan. Karena kemewahan dan kesenangan yang dinikmati itu bisa mematikan hati dan jiwa. Perbanyaklah ibadah dan dzikir pada Allah, kumpulkan  bekal untuk kehidupan akhirat sebanyak banyaknya dengan mengerjakan amal amal soleh dan pekerjaan yang diridhoi Allah.

Jauhkan diri dari perbuatan dosa dan hal yang dimurkai Allah, perbanyak istighfar mohon ampun atas berbagai dosa dan kesalahan. Ingat kehidupan akhirat lebih utama daripada kehidupan dunia. Dunia ini penuh kepalsuan dan kebohongan. Kehidupan dunia hanya kebidupan sementara dalam waktu yang terbatas sedangkan kehidupan akhirat adalah kehidupan abadi yang tidak ada batas akhirnya.

Bentengi diri dari tipu daya kehidupan dunia dengan berusaha memahami ajaran Islam secara benar. Perbaiki mutu shalat dengan berusaha untuk mengerti dan paham setiap ayat dan kalimat yang dibaca dalam shalat. Baca Al Qur’an secara rutin setiap hari dengan berusaha memahami kandunga n ayat ayat tersebut. Perbanyak amal ibadah dzikir dan tasbih untuk mendekatkan diri pada Allah , agar Allah memberikan pandangan batin yang luas dan dalam sehingga mampu membedakan antara yang haq dan bathil secara tepat.

Disamping tipu daya kehidupan dunia yang melalaikan kita juga berhadapan dengan ajaran ajaran yang menyesatkan. Banyak dukun, paranormal berbaju kyai atau ustad. Muncul aliran yang mengatas namakan islam padahal kegiatannya tidak islami. Waspadalah dengan ajaran yang mengatas namakan Islam namun ajarannya menyimpang dari Al Qur’an dan sunah, seperti aliran Syi’ah, Ahmadiyah , LDII, NII,  Kelompok Islam Radikal yang mengkafirkan orang yang tidak sepaham dengan mereka, dan lain sebagainya. Berpegang teguhlah pada al Qur’an dan sunah. Karena kelompok yang menyesatkan ini tidak akan pernah lenyap sampai hari kiamat, bahkan jumlahnya akan semakin membesar.

Orang yang beriman dan bertawakkal serta berpegang teguh pada al Qur’an merupakan  kelompok minoritas di bumi ini. Jumlah umat Islam didunia hanya 20 % dari populasi manusia didunia ini, itupun yang sungguh sungguh beriman dan bertakwa amatlah sedikit  Sebagaimana banyak disebutkan dalam Al Qur’an:

Qoliilan maa tu’minuun…………….sedikit sekali kamu yang beriman

Qoliilan maa tasykurun…………… sedikit sekali kamu yang bersukur

Qoliilan maa tadzakkaruun ……..sedikit sekali kamu  mengambil pelajaran

Faqoliilan maa yu’minuun………..maka sedikit sekali mereka yg beriman

Sebagian besar manusia dalam keadaan tertipu dan tidak beriman pada Allah sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an. Jangan heran jika melihat sebagian besar manusia yang ada dibumi ini tidak beriman pada Allah. Lebih 80% penduduk bumi yang berjumlah  7 milyar ini  menyembah berhala, patung dan mempersekutukan Allah.

Wa lakinna aktsaronnasi laa ya’lamuun…..kebanyakan manusia tidak tahu

Aktsaronnaasi laa yasykurun…………kebanyakan manusia tidak bersyukur

Aktsaronnasi laa yu’minuun ………..kebanyakan manusia tidak beriman

Aktsarohum laa ya’qiluun……..kebanyakan mereka tidak paham

Hati hatilah menghadapi tipu daya kehidupan dunia, masuklah kedalam kelompok minoritas , jangan tertarik pada kelompok mayoritas yang sebagian besar tertipu oleh kehidupan dunia.

Jangan tertarik dan kagum pada kekayaan berlimpah, kemewahan dan kekuasaan  yang diberikan Allah pada orang orang yang tidak beriman itu, mereka itu semuanya berada dalam keadaan tertipu sebagaimana diingatkan Allah dalam surat Thaha 131,

131. Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal. (Thaha 131)

Orang yang beriman pada Allah dan kehidupan akhirat paham betul dengan sifat dunia yang menipu. Mereka tidak tertarik pada kemewahan dan keindahan dunia. Mereka lebih mengutamakan mencari keridhaan Allah dengan mematuhi perintah dan larangannya. Mereka rela mengorbankan kehidupan dunianya untuk mendapatkan  kehormatan dan kemuliaan hidup di akhirat

 

10 thoughts on “TIPUAN , KEBOHONGAN DAN KEPALSUAN KEHIDUPAN DUNIA”
  1. ass.
    Saya ingin bertanya ustadz..Didalam surat al imran ayat 28 allah melarang orang mukmin mengambil orang kafir sebagai wali, dan secara tegas allah mengancam orang yang berbuat demikian. Ahli tafsir berpendapat wali diartikan sebagai pemimpin, teman dekat atau penolong. Yang ingin saya tanyakan adalah bagaimana halnya dengan orang mukmin yang menafkahi keluarganya dengan bekerja kepada orang non muslim, sebagai karyawan sebuah perusahaan milik tionghoa misalnya …
    mohon penjelasannya ustadz..

    1. Wa alaikum salam

      Al Qur’an merupakan bimbingan dan pedoman hidup bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan didunia ini. Aturan dalam Qur’an diberikan untuk bermacam macam kondisi yang mungkin dihadapi umat Islam. Ada kondisi umat Islam dalam keadaan tertindas dan terjajah, kondisi damai dan bercampur dengan bermacam agama dan aliran, kondisi perang dan terancam, kondisi umat Islam dalam keadaan berkuasa dan mayoritas. Ayat diatas berlaku untuk kondisi umat islam diancam dan ditindas oleh orang kafir. Maka janganlah menjadikan kelompok mereka sebagai pemimpin dan panutan.

      Dalam kondisi damai untuk masalah duniawi tidak ada masalah kita berkerja sama dengan orang non muslim , namun untuk masalah keyakinan dan agama tidak ada toleransinya. Dalam hal ini berlaku lakum diinukum , waliyadin seperti disebutkan dalam surat al kafirun.

      Dalam kondisi damai dan kita hidup ditengah keyakinan yang beraneka ragam ,dalam keadaan terpaksa tidak masalah kita bekerja dengan non muslim , tapi kita tidak boleh mengikuti agama dan keyakinan mereka. Usahakanlah bergaul dan bekerja dengan orang yang se iman.

  2. assalamualaikum
    pak kiyai saya mw tanya jika rezeki seseorang itu sedikit atau seret, yg diberikan
    oleh Allah SWT kepada makhluknya, apakah itu takdir dari Allah swt ataukah Allah itu sedang menghinakan kita?
    mohon jawabanya pa kiyai jika pertanyaan saya ada yg salah saya mohon maaf yg sebesar-besarnya?
    trima ksh

    1. Wa alaikum salam

      Allah telah menyatakan dalam Al Qur’an surat al ankabut ayat 2-3. bahwa Ia tidak akan membiarkan seseorang mengatakan bahwa ia telah beriman sebelum Dia menguji yang bersangkutan hingga jelas baginya siapa yang benar beriman dan siapa yang tidak. Dalam surat al anbiya 35 Allah mengatakan bahwa Dia akan nmenguji manusia dengan kejadiahn yang buruk dan yang baiki.

      Rezeki seret dan sempit merupakan ujian dari Allah. Orang yang beriman akan berusaha mengatasinya dengan giat berusaha dan minta tolong pada Allah dengan sabar dan shalat. Orang yang lemah iman nya mungkin akan jadi putus asa , mmeninggalkan agama , murtad , melakukan perbuatan sirik atau menghalalkan segala cara untuk mendapatkan harta dan kekayaan.

  3. Assalamu alaikum …
    Ustadz … Saya mempunyai seorang putri yang sekarang masih berusia 1 tahun, saya berniat menjadikan putri saya menjadi penghafal alqur’an … Bagaimana cara yang tepat ustadz, atau apakha ada trik khusus .. Mohon penjelasannya ustadz

    1. Wa alaikum salam

      Biasakan agar dia sering mendengar suara bacaan Qur’an. Jika sampai waktunya nanti bisa dimasukan pendidikan penghafal Qur’an yang banyak tumbuh pads dewasa ini. Salah satunya yang dibimbing ust Yusuf Mansyur.

  4. Dari Tsauban radliyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Akan datang suatu masa, di mana bangsa-bangsa akan mengeroyok kalian seperti orang-orang rakus memperebutkan makanan di atas meja.

    Ada seorang yang bertanya, ‘Apakah karena pada saat itu jumlah kami sedikit?’

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: ‘Tidak, bahkan kamu pada saat itu mayoritas, akan tetapi kamu seperti buih di atas permukaan air laut. Sesungguhnya Allah telah mencabut rasa takut dari musuh-musuh kalian, dan telah mencampakkan penyakit al wahan pada hati kalian’.

    Seorang sahabat bertanya: ‘Ya Rasulallah, apa penyakit al wahan itu?.’

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: ‘Al Wahan adalah penyakit cinta dunia dan takut mati’ “. (HR. Abu Dawud, Ahmad, dan lainnya)
    – See more at: http://www.voa-islam.com/read/jihad/2010/04/09/4920/wabah-wahan-penyakit-mematikan-di-akhir-zaman/#sthash.OgTT6UdR.dpuf

  5. Assalamualaikum Ustadz, saya ingin menanyakan apa pendapat Bapak mengenai bekerja di sebuah Bank?
    Apakah rezeki yang diperoleh dari bekerja di bank tidak barokah? Apakah seorang yang bekerja di bank termasuk sebagai perantara terjadinya riba’?
    Mohon penjelasannya pak, sebelumnya saya ucapkan terima kasih.

    1. Wa alaikum salam

      Bekerja di bank termasuk masalah khilafiah ada yang membolehkan ada yang mengharamkan. Apa yang dilakuan bank jelas riba karena membungakan uang, hanya saja sistim bank sudah demikian menggurita tidak ada satu sitim yang bebas dari perbangkan ini. Negara sepenuhnya terlibat dengan bank. Orang yang berhati hati berusaha menghindar dari terlibat dengan bank ini. Umumnya hampir setiap orang yang hidup dikota besar terlibat dengan bank, baik hanya sekedar menyimpan uang saja atau memang betul untuk kegiatan bisnis. Penggunaan ATM sudah hampir merata oleh setiap orang, itu juga produk perbankan.

      Yang tegas dilarang dizaman Rasulullah adalah perbuatan rentenir , membungakan uang oleh pribadi atau perorangan unutk keuntungan pribadi. Bank dilakukan oleh badan hukum dan pemerintah, karena itu jadi masalah khilafiah, ada yang membolehkan ada yang tegas menolaknya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *