Oleh Fadhil ZA
Tanggal 1 Desember 2013 saya diundang oleh sebuah pesantren Tahfiz Qur’an berbasis agrobisnis di Temanggung untuk memberikan pelatihan shalat khusuk dan tadabbur Qur’an pada pengajian bulanan yang diadakan setiap ahad wage disana. Jamaahnya cukup banyak kurang lebih 600 orang memadati Aula masjid An Nida hingga sampai keluar masjid .
Sejak jam 6.00 pagi jemaah dari sekitar masjid dan kota Temanggung mulai berdatangan. Jam 7.00 acara dimulai dibuka oleh Bapak M Thobig , sementara jemaah sudah melimpas sampai kehalaman masjid . Hari itu saya menyampaikan materi shalat khusuk selama dua jam dilanjutkan dengan materi tadabbur Qur’an sampai masuk waktu shalat dhuhur.
Ketika memasuki materi praktek tadabbur Qur’an secara berjemaah banyak diantara peserta yang tidak kuasa menahan tangisnya. Hati dan tubuh mereka bergetar merasakan dahsyatnya keagungan dan kebesaran Allah. Mereka menangis karena takutnya pada Allah. Berbahagialah orang yang meneteskan airmatanya karena takut pada Allah. Banyak hadist yang menyatakan keutamaan menangis karena takut pada Allah , antara lain dari abu Umamah Rasulullah bersabda “ Tidak ada tetesan air yang dicintai Allah melebihi setetes air mata karena takut pada Allah ta’ala atau setetes darah yang tertumpah di jalan Allah yang maha suci dan maha tinggi (HR Tarmudzi)
Tadabbur Qur’an adalah salah satu metode menghayati ayat ayat Qur’an dengan cara mentadabburinya. Pada metode tadabbur yang diutamakan adalah kedalaman dan penghayatan dari satu ayat yang dibaca, bukan berapa banyak jumlah ayat yang dibaca. Pada puncak tadabbur biasanya hati dan tubuh akan bergetar dan peserta tidak bisa menahan isak tangisnya. Keadaan mereka sama seperti yang disebutkan dalam surat al Israak ayat 107-109
107. Katakanlah: “Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, 108. dan mereka berkata: “Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi .109. Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’ (Al Israak 107-109)
Orang yang melaksanakan tadabbut Qur’an setiap hari karakter dan perilakunya akan dibentuk oleh ayat yang ditadaburinya, sehingga ia akan menjadi manusia yang berahlak dan berjiwa qur’ani. Mereka yang bisa merasakan hatinya bergetar ketika membaca atau mendengar ayat ayat Qur’an , termasuk orang yang mendapat limpahan rahmat sebagaimana disebutkan dalam surat maryam ayat 58 :
58. Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. (Maryam 58)
Kondisi seperti itu hanya bisa dicapai oleh orang yang mau membaca atau mendengar Qur’an sambil menghayati dan memahami makna ayat tersebut. Mereka yang membaca qur’an dengan tergesa gesa dan tidak memikirkan atau menghayati ayat tersebut tidak akan bisa mencapai derajat seperti itu.
Pesantren tahfiz qur’an berbasis agrobisnis
Pesantren Nida’Al Qur’an di dusun Paladan desa Tegalsari –Kedu , Temanggung dibangun pada tahun 2011 . Pembangunan pesantren Tahfis Qur’an berbasis agrobisnis ini di rintis oleh Bapak Drs Hasyim Afandi yang ketika itu masih menjabat sebagai Bupati Temanggung. Bangunan pesantren untuk santri pria terdiri atas 6 lokal yang masing masing lokal mampu menampung 46 santri.
Pesantren menerima siswa tamatan SD yang akan dididik selama 6 tahun menjadi hafiz Qur’an 30 Juz . Disamping hafidz qur’an 30 Juz mereka juga diberi keterampilan agrobisnis seperti bertani, beternak ayam, kambing, sapi , ikan juga keterampilan bisnis lainnya. Diharapkan setelah menyelesaikan pendidikan selama 6 tahun mereka sudah menjadi hafiz Qur’an yang mampu mandiri, dan berdakwa tanpa menggantungkan hidupnya pada pihak lain. Pesantren yang dibangun ditengah lingkungan persawahan ini memiliki lahan sawah untuk praktek pertanian, juga ada peternakan ayam, kambing dan sapi.
Saat ini hingga tahun 2013 jumlah santri baru ada dua kelas yaitu kelas satu dan dua , masih butuh 4 tahun lagi sehingga semua lokal bisa digunakan untuk kelas satu sampai enam. Untuk tahun 2014 diharapkan sudah bisa menerima santri wanita, dimana bangunannya saat ini sedang dikerjakan pembangunannya insya Allah sudah bisa digunakan pada tahun ajaran baru 2014 nanti .
Dasar pemikiran bapak Hasyim mendirikan pesantren berbasis agrobisnis ini adalah dari pengalaman beliau selama bekerja di Departemen agama, beliau memperhatikan banyak santri tamatan pesantren yang hafiz Qur’an bekerja bukan pada bidangnya. Karena desakan hidup ada yang jadi tukang ojek, tukang batu dan pekerjaan lain yang tidak sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Ia ingat pesan Kyai Hudori pemimpin salah satu pesantren di Jawa tengah, kalau mau jadi kyai ekonomi harus mapan dulu. Jangan jadi kyai hanya mengharap belas kasihan dari orang lain.
Menjadi hafiz dan menjaga agar hafalan qur’an pada dirinya sebanyak 30 juz itu tetap terpelihara bukanlah pekerjaan mudah. Agar hafalan tetap terpelihara maka perilaku, ahlak, budi pekerti juga harus terpelihara baik, makanan dan pakaian yang dipakai harus dari sumber yang bersih dan halal. Di Arab Saudi para hafiz yang bertugas sebagai Imam masjid di gaji oleh pemerintah, sehingga mereka tidak perlu cemas untuk masalah kehidupan mereka.
Di Indonesia para hafiz harus berusaha untuk hidup mandiri dengan bekerja dari hasil keringat sendiri, sehingga jika ada diantara mereka yang tidak kuat imannya dan tidak memiliki keterampilan menjalani hidup bukan tidak mungkin diantara mereka ada yang terpeleset menjalani profesi yang keliru, dan menjadikan ayat ayat qur’an yang dihafalnya untuk kepentingan pribadi atau memperturutkan nafsunya. Rasulullah sudah mengingatkan ini 1400 tahun yang lalu.
Ali bin Thalib r.a. berkata bahawa beliau mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Kelak akan muncul di antara umatku suatu kaum yang membaca Al-Quran bukan seperti lazimnya kamu membaca, dan sembahyangmu jauh berbeda dengan cara mereka bersembahyang. Mereka membaca Al-Quran dengan mengira bahawa Al-Quran itu sebagai alat propaganda mereka, padahal Al-Quran itu berisi peringatan yang harus mereka junjung. Bacaan mereka itu tidak melebihi kerongkongnya (tidak sampai meresap ke dalam hati). Mereka itu sebenarnya keluar dari Islam, bagaikan anak panah yang lepas dari busurnya.” (Riwayat Muslim)
Dewasa ini banyak bermunculan rumah rumah tahfiz untuk mencetak para penghafal Qur’an. Sebaiknya peringatan Rasulullah diatas juga jadi acuan dalam membina rumah tahfiz, sehingga didapatkan para penghafal Qur’an yang berkualitas dan mampu hidup mandiri. Bukan penghafal qur’an yang menyesatkan umat, seperti yang dikuatirkan Rasulullah. Pesantren An Nida ‘ di dusun Paladan Tegalsari Temanggung berusaha menjawab tantangan ini.
Bagi mereka yang berminat memasukan putra putrinya ke Pesantren Nida’Al Qur’an ini bisa menghubungi ust Altof di 08121666351 atau ustad Fatkhul Habib di 085228098069. Misi dan visi Pesantren Nida’ Al Qur’an di Dusun Paladan Tegalsari Temanggung dapat di baca pada web “Wakhidasolikhah pada link ini”