Oleh Fadhil ZA
Setelah satu persatu manusia yang ada di Padang Mahsyar menghadap Allah untuk bersoal jawab dan menerima buku catatan amal masing masing , datanglah saatnya manusia untuk ditimbang amal baik dan amal buruk nya. Mereka yang berat timbangan kebaikannya maka ia berada dalam kehidupan yang menyenangkan didalam taman taman syurga yang penuh kenikmatan. Mereka yang ringan timbangan kebaikannya atau berat timbangan keburukannya maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyyah, yaitu api yang amat panas membakar sampai ke ubun ubun. Allah menyebutkan peristiwa menimbang amal kebaikan dan keburukan ini didalam surat al Qoriah.
6. Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, 7. maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. 8. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, 9. maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. (Al Qori’ah 6-9)
Allah akan memasang timbangan yang tepat dan memiliki akurasi tinggi , sehinga seseorang dihari itu tidak akan dirugikan sedikipun. Sekecil apapun amal baik atau amal buruk seseorang walaupun hanya sebesar telur kutu miscaya tidak akan luput dari timbangan itu. Allah menyebutkan peristiwa itu dalam surat Al Anbiya’ 47
47. Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan. (Al Anbiya’ 47)
Barang siapa yang berbuat kebaikan walaupun seberat atom pasti akan menemui balasannya, demikian pula barang siapa yang berbuat keburukan walaupun seberat atom pasti akan menemukan balasannya pula
7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya 8. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (Al Zalzalah 7-8)
Ketika semua amalan manusia ditimbang maka manusia akan terbagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama mereka yang timbangan kebaikannya lebih berat dari timbangan keburukannya, mereka itulah para calon penghuni Syurga. Kelompiok kedua mereka yang timbangan keburukannya lebih berat daripada kebaikannya, mereka itulah calon penghuni Neraka. Dan kelompok ketiga mereka yang timbangan amal kebaikannya sama dengan amal keburukannya, mereka ditempatkan diatas dinding al A’Raaf yang berada diantara Syurga dan Neraka. Mereka butuh sedikit amal tambahan untuk mendorong mereka memasuki Syurga. Mereka akan tetap berada ditempat itu sampai ada keputusan Allah untuk memasukan mereka kedalam Syurga.
Hasil timbangan amal itulah yang akan menentukan apakah seseorang ditempatkan di Syurga, di Neraka ataukah diatas al A ‘raaf yaitu suatu tempat yang ada diantara syurga dan neraka.
Mereka yang ditempatkan di atas Al “Araaf
Diriwayatkan oleh Khaitsamah bin Sulaiman dalam Musnad Khaitsamah dari Jabir bin Abdulllah bahwa Rasulullah bersabda” Pada hari kiamat nanti setelah dipasang timbangan, lalu ditimbanglah amal amal keburukan dan amal kebajikan. Barang siapa yang bobot amal kebaikannya lebih berat dari pada amal amal keburukannya meskipun hanya selisih sebutir telur kutu saja , niscaya ia masuk Syurga. Dan barang siapa yang bobot amal keburukannya lebih berat dari pada amal kebaikannya walaupun selisih sebutir telur kutu saja , niscaya ia mauk Neraka”. Seorang sahabat bertanya “ Wahai Rasulullah bagaimana orang yang bobot kebajikannya sama dengan bobot keburukannya”?. Beliau menjawab “ Mereka itulah orang yang disebut Ashabul A‘Raaf . “Mereka tidak masuk Syurga , kendatipun mereka sangat menginginkannya. “.
Kisah tentang mereka yang ada diatas Al A’raaf ini disebutkan dalam surat Al A’Raaf ayat 46-47.
46. Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas A’raaf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. Dan mereka menyeru penduduk surga: “Salaamun ‘alaikum.” Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya). 47. Dan apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang zalim itu (Al A’Raaf 46-47)
Mereka yang ada diatas Al A’Raaf itu bisa melihat keadaan didalam Neraka dan Syurga dengan jelas. Ketika wajah mereka dihadapkan kearah Neraka mereka ketakutan dan mohon pada Allah agar jangan dimasukan kedalam Neraka itu. Ketika wajah mereka dihadapkan kearah Syurga mereka merasa gembira dan mohon pad Allah agar segera dimasukan kedalam syurga itu. Mereka terkatung katung diantara syurga dan Neraka. Mereka hanya membutuhkan sedikit tambahan amal kebajikan agar bisa memenuhi timbangan untuk masuk kedalam syurga.
Karena itu agar kita tidak terkatung katung diantara syurga dan neraka perbanyaklah timbangan kebaikan ketika masih hidup didunia ini. Kalimat dzikir seperti tahlil, tasbih, tahmid , takbir dan istighfar merupakan amalan yang dapat menambahkan timbangan kebaikan.
Dari Abu Malik al-Asy’ari r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Bersuci itu adalah separuh keimanan, bacaan Alhamdulillah itu adalah memenuhi beratnya timbangan -di akhirat, sedang Subhanallah dan Alhamdulillah itu memenuhi apa yang ada diantara langit dan bumi.” (Riwayat Muslim)
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Dua kalimat yang ringan untuk diucapkan, tetapi berat dalam timbangan dan disukai oleh Allah Yang Maha Pengasih, yaitu: Subhanallah wabihamdi , subhanallahil adzim “Maha Suci Allah dengan segala pujian-Nya dan Maha Suci Allah Tuhan Yang Maha Agung”. (Shahih Muslim No.4860)
Berbagai amal sunah yang berupa kalimat dzikir dan tasbih itu amat membantu bagi seseorang di hari penimbangan amal. Ketika timbangan amal buruk seseorang ternyata lebih berat dari amal baiknya , maka kalimat dzikir dan tasbih ini akan menambah timbangan kebaikan sehingga amal baiknya lebih berat dari amal buruknya. Demikian pula jika terjadi amal baik dan buruknya seimbang, maka kalimat dzikir dan tasbih yang diucapkannya itu akan memenuhi timbangan kebaikannya, sehingga ia terdorong masuk Syurga .
Orang yang Bangkrut di hari berhisab
Ketika hari berhisab kelak ada orang yang datang dengan amal seperti gunung tihamah. Ia merasa bangga dengan amal kebaikan yang memenuhi buku catatan amalnya. Dia yakin bahwa ia akan lulus saat dihisab dan masuk kedalam syurga.
Namun setelah dilakukan hisab dan tanya jawab semua amal kebaikannya itu habis digunakan untuk membayar kejahatan dan kedzoliman yang pernah dilakukannya terhadap orang lain. Hingga semua kebaikannya yang terlihat seperti gunung itu habis digunakan untuk membayar kedzolimannya pada orang lain tersebut. Setelah kebaikannya habis ternyata ia masih mempunyai banyak sangkutan pada orang lainya sedang ia sudah tidak punya amal lagi untuk membayarnya. Akhirnya dosa orang lain itu dikurangi dan ditambahkan pada dosanya. Al hasil ia datang ketempat penimbangan amal tanpa membawa amal kebaikan sedikitpun
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?”
Mereka menjawab : “Orang yang bangkrut di kalangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak pula memiliki harta/barang.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun ia juga datang dengan membawa dosa kedzaliman. Ia pernah mencerca si ini, menuduh tanpa bukti terhadap si itu, memakan harta si anu, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang itu. Maka sebagai tebusan atas kedzalimannya tersebut, diberikanlah di antara kebaikannya kepada si ini, si anu dan si itu. Hingga apabila kebaikannya telah habis dibagi-bagikan kepada orang-orang yang didzaliminya sementara belum semua kedzalimannya tertebus, diambillah kejelekan/kesalahan yang dimiliki oleh orang yang didzaliminya lalu ditimpakan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim no. 6522)
Persiapan mengadapi saat berhisab (timbangan amal)
Saat berhisab itu pasti terjadi , itu adalah saat yang menentukan apakah kita akan masuk syurga, Neraka atau terkatung katung diantara syurga dan Neraka berada diatas dinding Al A’Raaf yang memisahkan syurga dan Neraka.
Pada dasarnya mereka yang berat timbangan kebaikannya maka mereka akan dimasukan kedalam syurga, dan mereka yang berat timbangan keburukannya maka tempat mereka adalah di neraka jahanam.
Agar terpilih menjadi penghuni Syurga usahakanlah timbangan kebaikan lebih berat dari pada timbangan keburukan. Beberapa kiat untuk mendapatkan timbangan kebaikan yang banyak antara lain:
- Jauhkan diri dari melakukan perbuatan dosa dan maksiat yang dapat menambah timbangan keburukan.
- Perbanyak Istighfar mohon ampun pada Allah untuk mengurangi dan menghapuskan dosa yang terlanjur dilakukan
- Perbanyak amal soleh dan amal ibadah untuk menambah timbangan kebaikan
- Perbanyak berdzikir mengagungkan Allah dengan mengucapkan tasbih, tahlil, tahmid , takbir, membaca Qur’an untuk menambah timbangan kebaikan.
- Jauhi perbuatan menyakiti dan mendzolimi orang lain yang dapat jadi masalah kelak diakhirat. Dosa terhadap Allah bisa diampuni oleh Allah namun dosa terhadap seseorang harus diselesaikan dengan orang yang bersangkutan.
Orang yang bijak dan arif akan berusaha sekuat tenaga melaksanakan beberapa kiat diatas untuk menambah berat timbangan kebaikan, hingga ia bisa melalui saat berhisab dengan mudah dan masuk Syurga tanpa banyak mengalami halangan dan rintangan.
Assalamu alaikum pak ustadz, mohon izin baca dan copy artikelnya, terimakasih
Maka barang siapa yang berat timbangan amal kebaikannya, dia ditempatkan dalam surga yang memuaskan (Al Qariah). Semoga termasuk kita semua. Aamiin.
Sudah jelas di situ kita masuk surga atau neraka.
Tapi banyak di kampung2 bahkan kota sekalipun mengadakan tahlil, itu bermaksud apa atau bermanfaat apa untuk orang yg baru meninggal? Mohon penjelasannya