oleh Fadhil ZA
Dewasa ini kita sering mendengar orang yang mendatangi paranormal untuk mendapatkan khadam atau penolong (pembantu) dari golongan Jin. Pada beberapa media cetak juga kita dapatkan iklan yang menawarkan untuk mendapat khadam atau pelindung dari golongan Jin. Untuk mendapatkan khadam tersebut seseorang tidak segan mengeluarkan uang dalam jumlah yang besar dan menjalankan ritual yang diminta oleh orang yang menawarkannya.
Usaha seperti ini sudah ada sejak zaman dahulu , bahkan Allah mengingatkannya dalam surat Jin ayat 6:
6. Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.
Orang yang berIman dan percaya pada Allah tidaklah memerlukan khadam dari golongan jin, karena Allah telah memberikan khadam baginya dari golongan Malaikat. Allah menyatakan hal tersebut dalam surat Fushilat ayat 30-31:
30. Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu. 31. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. (Fushilat 30-31)
Khadam dari golonga Malaikat ini jelas jauh lebih kuat dari pada khadam dari golongan Jin. Allah memberi kekuatan yang tak terbatas kepada tentara Malaikat yang ditugaskan menolong orang Mukmin.
Tentara Malaikat dalam Perang Badar
Ketika terjadi perang Badar Allah telah mengirim bantuan lima ribu tentara Malaikat untuk menolong tentara Muslimin yang jumlahnya hanya sepertiga dari tentara kaum Musyrikin Mekah. Tentara kaum muslimin ketika itu hanya 300 orang dengan perlengkapan perang seadanya, berhadapan dengan tentara kaum Musyrikin Quraisy yang berjumlah 1000 orang dengan perlengkapan perang yang lengkap.
Secara menakjubkan tentara kaum Muslimin yang langsung dipimpin Rasululah bisa memukul mundur tentara Quraisy yang jumlahnya jauh lebih banyak. Bantuan tentara malaikat ini disebutkan Allah dalam Al Qur’an surat Al Anfal ayat 9-10 dan Ali Imran ayat 123-125 :
9. (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.” (Al Anfal 9)
123. Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya. 124. (Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin: “Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?” 125. Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda (Ali Imran 123-125)
Tentara kaum muslimin yang berjumlah hanya 300 orang bertempur dengan gagah berani, menimbulkan rasa gentar dan takut didalam hati tentara Quraisy yang jumlahnya jauh lebih besar sekitar 1000 orang . Sungguh aneh tentara Qurasy yang mengendarai kuda yang terampil dan memiliki persenjataan lengkap dibuat kucar kacir oleh tentara kaum Muslimin yang berjalan kaki. Kurang lebih 70 orang pasukan Qurais termasuk salah seorang pemimpinnya Abu jahal tewas dalam pertempuran itu. Sementara dari kaum Muslimin yang gugur syahid ada 14 orang.
Melihat banyaknya kurban yang gugur dari pihak mereka , pasukan Quraisy menjadi gentar . Mereka mundur dan akhirnya lari kucar kacir meninggalkan medan perang. Demikianlah Allah memberikan pertolongan kepada tentara Muslimin yang jumlahnya lebih sedikit dengan tentara Malaikat yang tidak terlihat.
Pertolongan Allah dalam perang Khandak
Dalam perang khandak (parit) atau dikenal dengan perang Ahzab, kota Madinah dikepung oleh pasukan gabungan kaum Musyrikin Qurais dan orang yahudi bani Nadir. Kaum Muslimin membuat Parit disekitar Madinah sebagai benteng pertahanan. Pasukan Gabungan kaum Musyrikin Quraisy dan Yahudi Bani Nadir mengepung pasukan Muslimin selama beberapa bulan. Selama pengepungan kelompok yahudi Bani Quraidah yang selama ini tinggal di Madinah pun berkhianat memihak pasukan Kaum Musyrikin Mekah .
Kaum Muslimin berada dalam keadaan terdesak , hampir saja Rasulullah mengadakan perdamaian dengan sebagian pasukan Ahzab, namun ditentang oleh para sahabat. Rasulullah terus berdoa mohon pertolongan pada Allah, untuk mengalahkan musuh yang demikian besar.
Dalam saat kritis pada suatu malam datanglah pertolongan Allah kepada kaum Muslimin yang terkepung. Tenda pasukan Ahzab diporak porandakan oleh hujan dan badai gurun yang dingin. Pasukan ahzab ketakutan dan akhirnya mereka semua lari menyelamatkan diri dari terjangan badai yang mengamuk itu.
Pagi harinya pasukan kaum muslimin tercengang melihat tenda pasukan musuh yang telah porak poranda dan berantakan, mereka tidak menemukan seorang pasukan musuhpun yang masih tinggal disana. Pasukan Muslimin mendapat kemenangan tanpa melakukan peperangan. Rasulullah berkata :” Sejak hari ini mereka tidak akan berani lagi berperang dengan kita, insya Allah tiba masanya nanti kita akan menaklukan mereka di kota Mekah”. Demikianlah Allah menolong tentara Muslimin dengan tentara-Nya yang tidak terlihat.
Tentara Malaikat di Ghaza.
Pada zaman sekarang ini juga banyak diceritakan adanya tentara Malaikat yang ikut berperang melawan pasukan musuh kaum Muslimin. Ketika perang kemerdekaan melawan Belanda dahulu kita juga banyak mendengar kisah ini dari orang tua kita yang ikut bertempur di medan perang. Dalam perang Bosnia, Palestina, Checnia dan lain lain banyak diceritakan kisah tentang tentara malaikat yang ikut berperang. Di Ghaza Palestina banyak dikisahkan tentang tentara malaikat yang berseragam putih yang menyerang tentara Israel
Sudah lama Israel “bernafsu” menguasai wilayah ini. Sudah banyak cara yang mereka lakukan untuk menundukkan kota kecil ini. Israel membuat pelbagai sekatan supaya rakyat Gaza kesulitan memperolehi bahan makanan, ubat-ubatan, dan senjata, telah dilakukan sejak 2006 hingga kini. Namun, penduduk Gaza tetap bertahan, bahkan perlawanan Gaza atas penjajahan Zionis semakin menguat.Namun, sekali lagi, negara yang tergolong memiliki militer terkuat di dunia ini tidak mampu menguasai Gaza.
Dunia juga menyaksikan bagaimana kapal-kapal bantuan dari negara lain dihalang dari memasuki Gaza. Umat Islam yang peka risau tetapi negara-negara kuasa veto buat tak tahu malah bersengkokol dengan Israel. Pemimpin-pemimpin negara Islam juga seperti malu-malu alah dengan Amerika kecuali dua Perdana Menteri yang lantang menyelar Israel dan Amerika iaitu Mahmoud Ahmadinejad, PM Iran dan yang terkini PM Turki, Recep Tayyip Erdogan.
Di atas kertas, kemampuan senjata AK 47, roket anti tank RPG, ranjau, serta beberapa jenis roket buatan lokal yang biasa dipakai para mujahidin Palestin, tidak akan mampu menghadapi pasukan Israel yang didukung kereta kebal Merkava yang dikenali terhebat di dunia. Apalagi menghadapi pesawat tempur canggih F-16, helikopter tempur Apache, serta ribuan tan “bom canggih” buatan Amerika Syarikat.
Akan tetapi di sana ada “kekuatan lain” yang membuat para Mujahidin mampu membuat “kaum pengganas” itu tidak dapat menguasai Gaza, walau mereka hanya dengan berbekalkan senjata-senjata “kuno”.
Itulah pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan kepada para pejuangnya yang taat dan ikhlas. Kisah tentang munculnya “pasukan lain” yang ikut bertempur bersama para mujahidin, semerbak harum jasad para syuhada, serta beberapa peristiwa “aneh” lainnya selama pertempuran, telah beredar di kalangan masyarakat Gaza, ditulis para wartawan, bahkan disiarkan para khatib Palestin di khutbah-khutbah Jumat mereka.
Pasukan “Berseragam Putih” di Gaza
Ada “pasukan lain” membantu para mujahidin Palestina. Pasukan Israel sendiri mengakui adanya pasukan berseragam putih itu.
Suatu hari di penghujung Januari 2009, sebuah rumah milik keluarga Dardunah yang berada di antara Jabal Al Kasyif dan Jabal Ar Rais, tepatnya di jalan Al Qaram, didatangi oleh sekelompok pasukan Israel.
Seluruh anggota keluarga diperintahkan duduk di sebuah ruangan. Salah seorang anak lelaki disoal siasat mengenai ciri-ciri para pejuang al-Qassam.
Saat disoal siasat, sebagaimana ditulis laman Filisthin Al Aan (25/1/2009), mengutip cerita seorang mujahidin al-Qassam, lelaki itu menjawab dengan jujur bahwa para pejuang al-Qassam mengenakan baju hitam-hitam. Akan tetapi tentera Israel itu malah marah dan memukulnya hingga pemuda malang itu pengsan.
Selama tiga hari berturut-turut, setiap ditanya, lelaki itu menjawab bahwa para pejuang al-Qassam memakai seragam hitam. Akhirnya, tentera itu naik pitam dan mengatakan dengan keras, “Wahai pembohong! Mereka itu berseragam putih!”
Cerita lain yang disampaikan penduduk Palestin di laman milik Brigade Izzuddin al-Qassam, Multaqa al-Qasami, juga menyebutkan adanya “pasukan lain” yang tidak dikenali. Awalnya, sebuah ambulan dihentikan oleh sekelompok pasukan Israel. Pemandunya ditanya apakah dia berasal dari kelompok Hamas atau Fatah? Pemandu malang itu menjawab, “Saya bukan kelompok mana-mana. Saya cuma pemandu ambulan.”
Akan tetapi tentera Israel itu masih bertanya, “Pasukan yang berpakaian putih-putih dibelakangmu tadi, dari pasukan mana?” Si pemandu pun kebingungan, kerana ia tidak melihat seorangpun yang berada di belakangnya. “Saya tidak tahu,” jawapan satu-satunya yang ia miliki.
Suara Tak Bersumber
Ada lagi kisah karamah mujahidin yang kali ini disebutkan oleh khatib masjid Izzuddin Al Qassam di wilayah Nashirat Gaza yang telah ditayangkan oleh TV channel Al Quds, yang juga ditulis oleh Dr Aburrahman Al Jamal di laman Al Qassam dengan judul Ayaat Ar Rahman fi Jihad Al Furqan (Ayat-ayat Allah dalam Jihad Al Furqan).
Khatib bercerita, seorang pejuang telah menanam sebuah periuk api yang telah disiapkan untuk menyambut pasukan Zionis yang melalui jalan tersebut.
“Saya telah menanam sebuah ranjau. Saya kemudian melihat sebuah helikopter menurunkan sejumlah besar pasukan disertai tank-tank yang beriringan menuju jalan tempat saya menanam periuk api” kata pejuang tadi.
Akhirnya, sang pejuang memutuskan untuk kembali ke markas kerana mengira periuk api itu tidak akan bekerja seoptimanya. Maklum, jumlah musuh amat ramai.
Akan tetapi, sebelum beranjak meninggalkan lokasi, pejuang itu mendengar suara “Utsbut, tsabatkallah” yang maknanya kurang lebih, “tetaplah di tempat maka Allah menguatkanmu.” Ucapan itu ia dengar berulang-ulang sebanyak tiga kali.
“Saya mencari sekeliling untuk mengetahui siapa yang mengatakan hal itu kapada saya. Akan tetapi saya malah terkejut, karena tidak ada seorang pun yang bersama saya,” ucap mujahidin itu, sebagaimana ditirukan sang khatib.
Akhirnya sang mujahid memutuskan untuk tetap berada di lokasi. Ketika sebuah kereta kebal melewati periuk api yang tertanam, sesuatu yang “ajaib” terjadi. Periuk api itu tiba-tiba meledak amat dahsyat. Kereta kebal yang berada di dekatnya turut hancur. Ramai tentera Israel meninggal terus. Sebahagian dari mereka terpaksa diangkut oleh helikopter. “Sedangkan saya sendiri dalam keadaan selamat,” kata mujahid itu lagi, melalui lidah khatib.
Cerita yang disampaikan oleh seorang penulis Mesir, Hisyam Hilali, dalam situs alraesryoon.com, ikut mendukung kisah-kisah sebelumnya. Abu Mujahid, salah seorang pejuang yang melakukan ribath (berjaga) mengatakan, “Ketika saya mengamati gerakan tank-tank di perbatasan kota, dan tidak ada seorang pun di sekitar, akan tetapi saya mendengar suara orang yang bertasbih dan beritighfar. Saya berkali-kali mencoba untuk memastikan asal suara itu, akhirnya saya memastikan bahwa suara itu tidak keluar kecuali dari bebatuan dan pasir.”
Cerita mengenai “pasukan tidak dikenal” juga datang dari seorang penduduk rumah tersusun wilayah Tal Islam yang hendak meninggalkan rumah bersama keluarganya untuk menyelamatkan diri dari serangan Israel.
Di tangga rumah ia melihat beberapa pejuang menangis. “Kenapa kalian menangis?” tanyanya.
“Kami menangis bukan karena khuatir keadaan diri kami atau takut dari musuh. Kami menangis kerana bukan kami yang bertempur. Di sana ada kelompok lain yang bertempur memporak-porandakan musuh, dan kami tidak tahu dari mana mereka datang,” jawabnya
Saksi Tentera Israel
Cerita tentang “serdadu berseragam putih” tak hanya diungkap oleh mujahidin Palestin atau warga Gaza. Beberapa tentera pasukan Israel sendiri menyatakan hal serupa.
Laman Al-Qassam memberitakan bahwa TV Channel 10 milik Israel telah menyiarkan seorang anggota pasukan yang ikut serta dalam pertempuran Gaza dan kembali dalam keadaan buta.
“Ketika saya berada di Gaza, seorang tentara berpakaian putih mendatangi saya dan menaburkan pasir di mata saya, hingga saat itu juga saya buta,” kata anggota pasukan ini. (sumber: satuumat.blogspot.com)
Tentara Allah turun di kampung Melayu selambo Deli serdang
Jakarta (voa-islam) – Pagi itu, waktu Dhuha, pukul 10.00 WIB, usai menggarap ladang, 20 petani Kampung Melayu Selambo, Deli Serdang, Sumatera Utara yang tengah rehat di teras Masjid Al Barakah, tiba-tiba diserang sekitar 300 lebih kelompok preman bersenjata tajam. Sambil mengacungkan golok, linggis, kelewang, dan batu, kelompok itu meneriakkan: “Bunuh, cincang saja orang Islam teroris, di Jakarta kalian bisa menang, tapi jangan coba-coba disini.”
Bukan hanya mengacungkan senjata, tapi juga melempari atap masjid tersebut dengan batu, sampai atapnya bocor di sana-sini. Kejadian itu terjadi, Sabtu, 30 Oktober 2010 lalu. Hingga masuk waktu Zuhur, petani yang semuanya muslim itu bertahan di dalam masjid. Di tengah situasi yang mencekam dan dipenuhi rasa takut itu, para petani mengumandangkan azan. Usai azan, mereka meneriakkan takbir “Allohu Akbar”. Lalu apa yang terjadi, para penyerang itu lari terbirit-birit.
Banyak saksi mata, baik di pihak penyerang maupun para kuli bangunan yang sedang bekerja di sekitar masjid, menyaksikan dan melihat langsung pasukan berjubah putih, berpakaian ala Romawi dan Ninja. Kata seorang warga yang bekerja sebagai kuli bangunan kepada Pengurus FUI Sumatera Utara, ia seperti menonton film dari atas balkon saja. Bahkan ia melihat para penyerang yang berjumlah ratusan orang itu saling berkelahi sendiri.
Lantas siapakah pasukan berpakaian ala Romawi, berjubah putih dan bergaya Ninja seperti yang disaksikan banyak mata? Bukan tidak mungkin, Tentara Allah datang memberi pertolongan kepada umat Islam di Kampung Melayu Selambo – Deli Serdang yang terkepung dalam keadaan tak berdaya.Wallahu’alam bishshowab.
Subhanallah, aneh bin ajaib, meski warga muslim yang hanya berjumlah 20 orang ini dalam posisi diserang, tapi yang jatuh korban, justru berada di pihak penyerang. Dikabarkan, empat orang penyerang terluka, dua diantaranya kritis dan harus diopname di sebuah rumah sakit di Medan.
Bayangkan, 300 melawan 20. Logikanya, yang sedikit akan dikalahkan yang banyak. Sedangkan, menurut pengakuan Sabarudin, dirinya bersama rekannya tidak melakukan perlawanan, dengan alasan takut dan tidak punya senjata. Setelah mengepung warga muslim di Masjid Al Barakah itu, akhirnya para penyerang mundur ke belakang dan membakar tujuh unit rumah warga.
Diantara penyerang itu, kata Sabarudin Sagala, salah seorang petani yang diserang itu, mengenali beberapa wajah yang ternyata sebagian berasal dari warga setempat. “Kelompok penyerang itu sepertinya terorganisir. Diantara mereka, ada yang saya kenal,” ujarnya.
Tak lama kemudian, aparat kepolisian mulai melakukan pengamanan di sekitar masjid. Keanehan kembali terjadi, sekitar pukul 14.00 WIB, ketika salah seorang aparat bermarga Manurung sedang rebahan di ruang majelis Masjid Al Barkah. Tiba-tiba saja, kaki bagian kirinya seperti ada yang terangkat. Begitu terbangun, polisi itu melihat makhluk berukuran tinggi besar dan mengerikan. Believe or not, wajah makhluk gaib itu terlihat hingga di ujung langit.
..Subhanallah, aneh bin ajaib, meski warga muslim yang hanya berjumlah 20 orang ini dalam posisi diserang, tapi yang jatuh korban, justru berada di pihak penyerang. Dikabarkan, empat orang penyerang terluka, dua diantaranya kritis dan harus diopname di sebuah rumah sakit di Medan.
Melapor Malah Ditahan
Kepada wartawan, Sabarudin Segala yang bergabung sebagai anggota Himpunan Tani d wilayahnya itu itu mengatakan, sejak Subuh, ia bersama rekannya sesama warga Kampung Melayu Selambo, Deli Serdang, Sumatera Utara, memang terbiasa berkumpul di teras masjid, tak jauh dari ladang, tempat mereka menanam Palawijaya. “Kami biasa ngopi di teras masjid.”
Seingat Sabarudin, Dari 20 petani yang bertahan di Masjid Al Barkah, diantaranya adalah bernama Thamrin, Midun, Amal Limbong, Andri Pasi, Thoriq, Nasrin Limbong, Darto, Tenang, Kholid, Rosyid, Sapriyadi, Sobri dan Ilyas.
Kasus penyerangan, kata Sabarudin, bukanlah yang pertama, sebelumnya, lahan milik warga juga sempat dibabat seorang preman bayaran.” Motifnya adalah agar kami terusir dari lahan tersebut. Ada mafia tanah yang ingin merebut lahan petani yang kesemuanya muslim. Hingga saat ini pelaku pembabat lahan petani Kp Melayu Selambo itu belum ditetapkan sebagai tersangka. Warga meyakini, ada indikasi oknum polisi ikut bermain dan terlibat konspirasi.
Pernah, petani yang dibabat lahannya itu menemukan mesin pembabat yang ditinggalkan pelaku di ladang mereka. Ketika petani melapor pada aparat, justru sang pelapor itu yang dituduh mencuri mesin milik sang pembabat. Konyolnya lagi, polisi malah menahan Ridho Limbong, warga dan petani yang melapor, selama 11 hari. Karena tidak terbukti, akhirnya Ridho Limbong dikeluarkan dari tahanan.
FUI Sumatera Utara (FUI SU) yang dipimpin oleh Ustadz Sudirman Timsar Zubil yang mendampingi korban petani muslim Kp Melayu Selambo-Deli Serdang ini, telah berupaya menjembatani berbagai pihak berwenang untuk membantu menyelesaikan masalah.
Bukan hanya itu FUI SU juga telah mengupayakan, agar tujuh unit rumah yang dibakar para penyerang, termasuk atap masjid yang dirusak itu, kembali dibangun dan direnovasi kembali. Namun, karena police line belum dicabut di TKP (Tempat Kejadian Peristiwa), ia belum berani melakukan pembangunan. Karena khawatir dituduh menghilangkan alat bukti. Padahal bahan materiilnya sudah tersedia sebagian.
Bagi umat Islam yang ingin menyumbangkan sebagian rezekinya, untuk memberi bantuannya memperbaiki bagunan rumah mereka yang dibakar, hubungi FUI SU (Ustadz Sudirman Timsar Zubil atau hubungi voa-islam.
Hingga saat ini petani muslim Kp Melayu Selambo masih mengalami trauma untuk kembali ke ladang. Dari tanah garapan masyarakat seluas 425 hektar, kini tinggal 10 hektar, karena telah direbut mafia tanah yang melibatkan oknum aparat dan pejabat setempat. Anehnya, ketika ditagih warga untuk mengusut dan menangkap pelaku pembakaran rumah warga, pihak kepolisian selalu bilang,. “Sulit. Menangkap pelakunya seperti menemukan jarum di atas tumpukan jerami,” kata warga menirukan ucapan polisi. ● Desastian
Malaikat penolong dalam kehidupan sehari hari
Orang yang ikhlas , istiqomah dan selalu berdzikir mengingat Allah tidak pernah sepi dari pertolongan para Malaikat Allah dalam perjalanan hidupnya . Ini banyak dialami para ustadz dan dai yang bertugas secara mandiri didaerah terpencil sebagaimana halnya yang dialami ustadz Ahmad MS berikut ini
Pernah berdakwah di berbagai daerah. Betul-betul terjun bebas, tak ada dana, begitu juga kenalan. Namun, karena panggilan dakwah, maka tetap dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab
Belum lama Ahmad MS bertugas di cabang Hidayatullah Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur dia harus dipindahtugaskan. Hal itu dia ketahui saat Raker Hidayatullah se-Indonesia di Gunung Tembak tahun 2000.
“Gimana Ahmad, Lampung membutuhkan tenaga, Anda dipindahtugaskan ke sana,” ujar Ahmad menirukan perintah Ustadz Abdurrahman Muhammad, Pimpinan Umum Hidayatullah ketika itu.
Meski awalnya ragu, tapi akhirnya Ahmad menerima penugasan tersebut. Sebab, di dalam dirinya telah tertanam bahwa tugas adalah amanah yang harus dijalankan. “Waktu itu, saya hanya bisa menjawab insya Allah siap,” ungkapnya.
Ahmad tahu, pindah tugas dengan membawa anak dan istri bukanlah hal yang gampang, perlu adaptasi dan materi. Namun, karena ini tugas dakwah, maka hal itu dikesampingkan Ahmad. “Insya Allah, di tempat yang baru, Allah pasti akan menolong saya,” ujar Ahmad.
Akhirnya, Ahmad pun berangkat menuju medan dakwah. Berbekal uang hanya Rp 50 ribu dan akomodasi secukupnya, Ahmad beserta seorang temannya berangkat ke Bandar Lampung. Di Lampung, suami dari Nurfaizah ini betul-betul terjun bebas. Tak ada dana, begitu juga kenalan. Pasalnya, Hidayatullah di Lampung pun saat itu masih tahap perintisan.
Saat tiba di Lampung, Ahmad menginap di Masjid Al Firdaus, Kedaton dekat makam pahlawan. Selama tiga hari di Masjid Al Firdaus, Ahmad semaksimal mungkin bersilaturahim ke sejumlah tokoh. Tujuannya, mencari dukungan untuk membuka lembaga pendidikan (pesantren, red).
Menyusun Program
Suatu ketika, Ahmad ditanya seorang tokoh masyarakat, “Punya uang berapa kok ingin membangun lembaga pendidikan.” Ahmad hanya bisa diam. Lalu ia berusaha menjawab, ”Kami memang tak punya dana, tapi kami percaya bahwa Allah Maha Kaya dan memiliki banyak dana,” tegas pria kelahiran Pare-Pare, 4 Juni 1970 ini.
Hari kedua, Ahmad bersilaturahim kepada seorang dermawan yang pernah menyumbang Hidayatullah di Manggala Lampung, yakni Zainul Hamzah. Ibarat gayung bersambut. Ternyata, Zainul bersedia secara gratis meminjamkan rumahnya untuk ditempati. “Betul-betul tak disangka, ketika sedang membutuhkan, Allah langsung memberinya,” ujar Ahmad.
Dari rumah kontrakan itulah, Ahmad menyusun sejumlah program. Mulai dari mengajar ngaji warga sekitar, sosialisasi Hidayatullah di Bandar Lampung, dan mengadakan pesantren kilat, serta tabligh akbar. Usaha Ahmad ternyata membuahkan hasil. Di antara program tersebut yang paling banyak menyedot perhatian masyarakat adalah tabligh akbar.
Respon masyarakat sangat tinggi. Jamaah yang hadir ratusan, bahkan terkadang hingga meluber ke luar masjid. Pelan-pelan, Hidayatullah dikenal masyarakat. Hingga suatu hari tiba-tiba ada seorang jamaah menawarkan rumahnya untuk dijadikan markas dakwah. “Allah memang tidak pernah tidur,” tutur ayah lima anak ini dengan penuh syukur.
Sejak itu, pertolongan Allah seolah tak ada habisnya. Pada tahun 2003, ada hamba Allah yang menyerahkan losmennya agar digunakan sebagai markas dakwah. Ahmad pun tak menyia-nyiakannya. Lalu, ia memboyong seluruh ‘pasukannya’ ke markas baru itu. Dari losmen itulah seluruh kegiatan dakwah Ahmad di seluruh Lampung dikoordinasikan.
Waktu pun terus berputar. Seiring dengan tumbuhnya kepercayaan dari masyarakat, maka banyak pula harapan yang perlu diwujudkan, di antaranya membuka program TK, TPA, dan juga butuh tempat untuk acara pengajian.
Ternyata, tak lama kemudian impian itu terwujud. Lagi-lagi Allah SWT memberikan pertolongannya. Seorang ibu menyerahkan masjid yang cukup representatif miliknya untuk dikelola. Dulu, kata Ahmad, di masjid itu tak ada shalat Jumat, padahal di sekitarnya banyak masyarakat. Kini, setiap Jumat, masjid tersebut ramai oleh jamaah. Bahkan, santri TPA-nya hingga 90-an.
Meski masyarakat Lampung terkenal memiliki jiwa temperamental, namun hal itu jarang dihadapi Ahmad. Justru menurutnya, berdakwah di Lampung mengasyikkan. “Dengan adanya perbedaan budaya dan karakter, membuat kita harus pandai menginovasikan metode dakwah,” jelas Ahmad.
Dalam hal ekonomi, Ahmad tidak serta merta mengandalkan bantuan masyarakat. Untuk persoalan itu, dia berusaha sendiri. Di awal dakwah di Bandar Lampung dia sempat berjualan roti berkeliling kampung. Juga pernah membuka warung coto Makassar. Hingga kini, Ahmad masih aktif berjualan obatan-obatan herbal, madu, dan habbatussauda.
Ingin Jadi Dai Sejak Kecil
Sejak SMP, Ahmad becita-cita ingin masuk pesantren. Keinginannya itu timbul ketika aktif di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Sulawesi Selatan. Dia bertemu dengan seorang ustadz dari Hidayatullah yang mengatakan ada Pesantren Hidayatullah di Gunung Tembak, Kalimantan Timur. Ustadz tersebut memberinya majalah Panji Masyarakat yang memuat Pesantren Hidayatullah. Sayang, Ahmad belum ditakdirkan ke sana.
Selepas SMP, Ahmad disuruh orangtuanya melanjutkan ke STM. Dasar anak pinter, dia juara satu di sekolah kejuruan itu. Kala itu, kata pihak sekolah, jika lulus nanti akan diberi beasiswa kuliah ke ITB Bandung. Meski juara dan diiming-imingi kuliah gratis, tak membuat keinginannya ke pesantren kendor. Justru kian tak terbendung lagi.
Tak tahan karena terus bergejolak, Ahmad lalu menulis surat ke pimpinan Pesantren Hidayatullah, Ustadz Abdullah Said (Allahuyarham) ketika itu. Suratnya berbunyi: “Saya seorang pelajar STM yang punya obsesi belajar di pesantren yang Ustadz pimpin. Kalau boleh tahu, apa persyaratannya,” tulis Ahmad dalam suratnya.
Tak lama kemudian surat tersebut dijawab. “Silakan datang. Kami sangat menghargai keinginan Adik. Tak ada persyaratan apa pun. Kami tunggu!” begitu balasan suratnya.
Setelah mendapat jawaban begitu, Ahmad meminta agar orangtuanya mengijinkan ia belajar di pesantren. Lantaran terus mendesak, akhirnya orang tua mengabulkannya juga.
Untuk menuju ke pesantren itu, Ahmad naik kapal pengangkut kayu dan sapi. Karena lama perjalanan dua hari dua malam, Ahmad pun harus terus mencium bau sapi. Tak hanya itu, karena kapalnya tak terlalu besar, ketika dihantam ombak goyangannya bisa memabukkan.
Setibanya di Gunung Tembak, Balikpapan (1987), betapa kagetnya dia. Bukannya disambut dengan buku dan pena, melainkan disuruh menjadi tukang batu. “Betul-betul tak betah. Rasanya ingin pulang saja,” ungkapnya mengenang. Namun, berkat nasihat para ustadz, bahwa itu semua adalah proses pengkaderan, Ahmad pun bisa menerima dan lambat-laun betah juga.
Selama tujuh bulan dia diamanahi di bagian Kebersihan Lingkungan Hidup (KLH). Lalu, Ahmad dipindah ke pendidikan, jadi guru Pendidikan Dasar Islam (PDI). Di sini, Ahmad diamanahi selama lima tahun. Sebagaimana tradisi di Hidayatullah, tahun 1994, Ahmad ditugaskan ke Dumai bersama Ustadz Aqib Junaedi. Tiga tahun di Dumai, dia dipindahtugaskan lagi ke Sangatta Kutai Timur.
Setelah tiga tahun berdakwah di Sangatta, pada tahun 2000, Ahmad dipindahkan lagi ke Lampung, Sumatera bagian Selatan. Meski demikian, Ahmad tak sedikit pun merasa tegang atau cemas. Dia yakin, Allah akan selalu menolong hamba-Nya yang menolong agama-Nya.
Dan sejak bertugas di Lampung, pertolongan demi pertolongan telah dirasakan Ahmad. Dari nol, kini di wilayah Lampung, seperti Lampung Selatan, Lampung Timur, Bandar Lampung, Tulang Bawang, Way Kanan, dan Metro telah ada Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Hidayatullah. Bahkan telah berdiri pula Baitul Maal Hidayatullah (BMH), Pos Dai, Muslimat Hidayatullah, dan Search and Rescue (SAR) Hidayatullah. *Syaiful Anshor/Suara Hidayatullah APRIL 2010
(sumber /majalah.hidayatullah.com)
Demikianlah beberapa kisah nyata tentang pertolongan tentara atau pasukan malaikat dalam kehidupan sehari hari orang yang ber- iman pada Allah dan kehidupan akhirat.
Minta tolonglah pada Allah dengan mengerjakan shalat dan bersabar dengan segala ketetapanya sebagaimana yang diingatkan Allah dalam surat al Baqarah ayat 45 dan 153. Pertolongan Allah pasti datang. Jauhi meminta tolong pada selain Allah, seperti mendatangi paranormal, pedukunan, atau pesugihan. Jangan tergiur kekuatan khodam dari golongan Jin . Allah telah menyiapkan khodam dari golongan Malaikat yang memiliki kekuatan dan kemampuan lebih besar bagi orang yang istiqomah dan bertakwa padaNya.
Pertolongan Allah dengan pasukan Malaikatnya bisa berbentuk macam macam, bisa seperti angin dan badai seperti yang diturunkan Allah ketika menghancurkan tentara Ahzab pada perang Khandak. Bisa berupa semangat tempur yang tinggi dan rasa gentar serta takut dihati musuh seperti yang terjadi pada perang Badar. Bisa seperti tentara berkuda atau pasukan tertentu seperti yang terjadi di Palestina. Bisa juga berupa pertolongan tidak disangka sangka dari seseorang atau organisasi seperti yang dialami ustadz Ahmad diatas.
Orang yang yakin akan pertolongan Allah dan selalu memohon pertolongan padanya dengan shalat dan sabar, akan dimudahkan segala urusannya, diberi rezeki dari tempat yang tidak pernah disangka dan diberi jalan keluar dari segala masalah yang dihadapi. Ribuan pasukan Malaikat selalu siap membantunya setiap saat.
Assalamualeykum Ustaz,
Pertanyaan saya, apa maksudnya Khutuba Yassin?
Wassalam.
Wa alaikum salam
Saya kurang mengerti dengan hal itu , saya baru dengar istilah tersebut
Percaya dengan adanya malaikat termasuk rukun iman.