Oleh Fadhil ZA
Dua tahun yang lalu diawal tahun 2007 saya pulang ke Silungkang (sebuah kecamatan di Kota Sawahlunto, Sumatra Barat) bersama bapak Ir H. Hasrul Hasan dari LAZ – Persatuan Keluarga Silungkang (PKS), kami sama sama pensiunan BUMN. Bapak Ir H Hasrul Hasan pensiunan Pertamina sedang saya sendiri pensiunan PLN. Kami sama-sama dilahirkan di Silungkang, setelah puluhan tahun merantau dan berkiprah di negeri orang, kami terpanggil untuk pulang kampung dan berusaha menyumbangkan ilmu kami untuk pembangunan negeri.
Saya sangat prihatin melihat keadaan Silungkang, dibandingkan 52 tahun yang lalu ketika saya masih kanak-kanak sampai sekarang tidak ada kemajuan yang berarti. Bahkan saya merasakan adanya suatu kemunduran. Ketika saya berdiri di tempat kelahiran saya di Lokuang, saya merasa aneh. Dahulu ketika masih kanak kanak tempat saya berdiri itu ramai, merupakan tempat saya bercengkerama dengan teman sebaya. Setiap rumah dipenuhi oleh penghuninya antara 4 s/d 10 orang. Sekarang…? Sekitar jam 11 siang saya tidak menemui seorangpun, sementara disekeliling saya banyak rumah yang tidak berpenghuni alias kosong. Bukankah ini suatu kemunduran…?
Saya berjalan keluar masuk kampung dimana-mana sepi, banyak rumah yang telah kosong ditinggalkan penghuninya. Suasana pasar Silungkang pada hari biasapun lengang. Pasar tersebut hanya ramai pada hari Minggu dan sedikit agak ramai pada hari jum’at, diluar hari itu sepi dan lengang. Saya amati negeri Silungkang hanya dihuni oleh anak-anak dan orang tua (nenek dan kakek). Orang pada usia produktif enggan menetap di Silungkang, karena tidak ada lapangan kerja atau mata pencaharian. Anak-anak sampai tingkat SMA masih ada yang bermukim di Silungkang, namun untuk melanjutkan pendidikannya mereka terpaksa keluar dari Silungkang. Setelah meraih gelar sarjana mereka tidak mungkin pulang kampung, karena tidak ada lowongan pekerjaan bagi mereka. Praktis orang yang sudah mengenyam perguruan tinggi akan keluar dari Silungkang dan mungkin baru kembali setelah tua nanti…… kayanya ya seperti saya inilah.
Saya perhatikan surau-surau yang pada zaman dahulu merupakan tempat menempa pengetahuan agama Islam bagi pemuda yang akan merantau, tampak lengang. Tidak ada kegiatan sholat 5 waktu disurau itu. Surau hanya digunakan untuk kegiatan TPA, kegiatan sholat 5 waktu hanya kadang kadang. Hanya ada beberap surau yang digunakan sholat 5 waktu. Kalau dahulu para remaja jika sudah baligh tidur disurau, mereka malu tidur dirumah ibunya khawati dianggap oleh teman temannya masih menyusu. Namun sekarang yang terjadi adalah sebaliknya remaja malu tidur disurau , kuatir dianggap sebagai orang terlantar.
Di Masjid raya hampir tiap hari diadakan ceramah subuh, namun sayang kaum bapak yang ikut sholat subuh sebagian besar keluar, tidak ikut mendengar ceramah, yang tekun mendengar ceramah hanyalah kaum ibunya. Ceramah bulanan yang diadakan di Masjid Raya juga sepi pengunjung. Itulah gambaran tentang Silungkang yang saya dapati diawal tahun 2007 ketika pulang bersama bapak Ir Hasrul Hasan dari LAZ- PKS Jakarta. Kondisi yang kami temui ini kami diskusikan di Jakarta bersama rekan LAZ –PKS lainnya. Bisakah Silungkang bangkit dan berjaya kembali seperti dimasa lalu? ketika tenun Silungkang masih cukup populer, ketika ditiap rumah masih terdengar suara dentang alat tenun. Bisakah Silungkang berjaya kembali ? Silungkang yang ramai dihuni tidak hanya oleh anak-anak dan kakek – nenek, tapi juga dihuni oleh orang cerdik pandai pada usia produktif.
Walaupun pada awal tahun 2007 kami menemukan keadaan yang memprihatinkan di Negeri Silungkang, namun kami melihat ada suatu potensi yang besar pada anak TPA. Jumlah murid TPA yang tersebar pada 16 lokasi surau dan masjid sekitar 680 orang merupakan kekuatan yang potensial untuk masa yang akan datang. Berangkat dari sinilah LAZ-PKS jakarta bertekad untuk melakukan pembinaan pada seluruh santri dan guru TPA di Silungkang. Santri TPA adalah potensi besar untuk menyongsong Silungkang Emas pada masa yang akan datang . 10 tahun yang akan datang murid TPA yang sekarang masih anak-anak sudah menjadi remaja yang potensil, dan 15-20 tahun lagi mereka sudah menjadi pelaku ekonomi yang diharapkan dapat membangun negeri Silungkang.
Kekuatan sumber daya manusia
Singapura negara pulau yang yang tidak memiliki sumber daya alam sendiri mampu bersaing didunia Internasional dengan negara lain yang mempunyai sumber alam cukup seperti Indonesia ini. Demikian pula Taiwan, Jepang, Hongkong mereka tidak memiliki sumber daya alam yang cukup , namun memiliki sumber daya manusia yang bermutu. Silungkang negeri yang diapit bukit, tidak ada sumber alam yang bisa diharapkan. Silungkang juga bisa berjaya seperti Singapura, Hongkong jika sumber daya manusianya bermutu.
Menurut Al Qur’an surat Al A’raaf ayat 96 sumber kemakmuran bagi suatu kaum adalah Iman dan taqwa:
Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Al A’raaf 96)
Allah akan menurunkan keberkahan dari langit dan bumi bagi peduduk suatu negeri jika penduduk negeri itu ber-Iman dan bertaqwa. Namun jika penduduk negeri itu tidak ber-iman dan bertaqwa niscaya Allah akan menimpakan azab , dan berbagai kesulitan pada negeri itu.
Silungkang yang lengang, sepi, miskin, tidak mandiri, selalu mengharap bantuan orang dari rantau merupakan peringatan dari Allah. Iman dan Taqwa belum tegak di negeri ini, surau dan masjid masih sepi dari sholat berjama’ah. Mengajak orang ke surau atau masjid bagai menarik kambing kedalam air. Fakta yang mengejutkan terungkap ketika ustadz Suyendri dari LAZ PKS bertanya kepada para santri TPA yang masih lugu dan jujur di Surau Palo :” Siapa yang orang tuanya kalau subuh kadang sholat kadang tidak??” secara spontan lebih dari 80% santri TPA yang masih anak anak itu mengangkat tangannya keatas.
Dari temuan pengurus LAZ-PKS di Jakarta sebagian besar orang Silungkang yang hidup miskin dan terlantar serta datang minta bantuan LAZ –PKS umumnya tidak mengerjakan sholat. Kalau ditanya mengapa tidak sholat alasannya macam-macam. Faktanya para Muzaki yang menyalurkan zakatnya melalui LAZ PKS umumnya orang yang taat beribadah. Allah telah memberikan kecukupan rezeki kepada mereka karena ketaatannya pada Allah.
Orang Silungkang dirantau banyak yang berhasil meraih kesuksesan karena umumnya mereka memiliki pengetahuan agama yang cukup , dengan keimanan dan taqwanya mereka bisa meraih sukses dirantau. Orang Silungkang yang menetap di negeri Silungkang juga bisa meraih sukses di negeri sendiri jika memiliki tingkat Iman dan Taqwa seperti saudara saudaranya yang ada dirantau. Masyarakat Silungkang yang makmur dan sejahtera bisa dicapai jika penduduk negerinya ber-iman dan bertaqwa, itu adalah janji Allah.
Strategi mencapai Silungkang Emas
Cita-cita untuk mencapai masyarakat negeri Silungkang yang makmur , sejahtera dan tidak selalu bergantung pada orang rantau bukanlah suatu angan-angan kosong yang tidak mungkin terjadi. Jika semua potensi yang ada sekarang ini mau bersatu , bekerja sama merwujudkan hal tersebut, 10 atau 15 tahun lagi saat kemakmuran bagi masyarakat Silungkang di kampung halaman sendiri insya Allah akan menjadi kenyataan. Allah berfirman dalam surat Ar Ra’d 11:
” Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. ”
Sekitar 680 orang murid TPA ditambah 120 orang murid SMP SDI dan Muhammadiyah yang ada saat ini adalah potensi besar untuk membangun negeri Silungkang dimasa yang akan datang. Ada beberapa tahap yang harus dilakukan untuk mencapai Silungkang Emas 10 atau 15 tahun mendatang , antara lain :
-
Tanamkan semangat mencintai Qur’an, mengerjakan sholat, ahlak dan budi pekerti serta berbuat amal soleh pada anak anak yang masih duduk di TPA pada saat ini.
-
Tuntun anak SMP untuk mencintai membaca, menghapal dan memahami Qur’an dengan baik.
-
Jika butir 1 dan 2 sudah dilaksanakan ketika menduduki bangku SMA umumnya mereka masih menetap di Silungkang walaupun sekolahnya mungkin di Sawahlunto, Solok atau tempat lain. Ajak anak anak SMA tersebut untuk aktif di masjid bentuk wadah Remaja Masjid Silungkang.
-
Remaja Masjid Silungkang merupakan pemuda-pemudi yang cinta Qur’an, sholat, mengerjakan kebaikan dan berahlak mulia , karena mereka memang sudah dididik sejak masih dibangku SD/TPA.
-
Selama 3 tahun menjadi remaja Masjid (dalam kurun waktu menyelesaikan pendidikan SMA) , bekali mereka dengan pemahaman ayat Qur’an, leadership, organisasi, ekonomi , motivasi sehingga menjadi pemuda –pemudi yang taqwa dan ulet menghadapi berbagai masalah.
-
Insya Allah para Remaja Masjid ini kelak jika melanjutkan kuliahnya keperguruan tinggi tetap ingat kampung halamannya , dan setelah menamatkan pendidikan menjadi sarjana mudah-mudahan ada yang terpanggil untuk ikut membangun negeri Silungkang.
-
Bagi Remaja Masjid yang tidak melanjutkan kuliahnya keperguruan tinggi dan ingin berwiraswasta mudah-mudahan Allah membukakan jalan baginya berbisnis di Silungkang atau didaerah lain disekitar Silungkang.
-
Jika langkah diatas bisa dilaksanakan secara berkesinambungan insya Allah 10-15 tahun yang akan datang Silungkang Emas akan dicapai oleh masyarakat Silungkang di kampung halaman .
Langkah 1 dan 2 telah dimulai oleh LAZ-PKS bersama para guru TPA di Silungkang sejak tahun 2007 yang lalu, langkah 3 mungkin sudah bisa dimulai tahun 2009 atau 2010 yang akan datang. Semua langkah diatas adalah langkah dan tahapan yang realistis. Dua (2) tahun sudah LAZ-PKS menjalankan langkah 1 dan 2 hasilnya sudah mulai tampak. Dukungan dari dunsanak semua yang dirantau maupun kampung halaman sangat diharapkan. Insya Allah Silungkang Emas akan menjadi kenyataan 10 atau 15 tahun yang akan datang.