Oleh : Fadhil ZA

Dikisahkan pada suatu ketika pengikut setia Nabi Isa dari kalangan bani Israil yang dikenal dengan sebutan kaum Hawariyn memohon kepada nabi Isa agar Allah menurunkan makanan bagi mereka dari langit. Nabi Isa terkejut mendengar permintaan mereka dan mengingatkan agar mereka bertakwa pada Allah.  Mereka menjawab bahwa mereka menginginkan hidangan itu untuk menambah keyakinan mereka bahwa apa yang disampaikan Isa pada mereka adalah benar. Nabi Isa mengingatkan bahwa ia akan berdo’a pada Allah, namun jika hidangan itu telah turun dan mereka mengingkarinya niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang belum pernah diberikan kepada siapapun.


Kisah tersebut disampaikan dalam surat Al-Maidah ayat 112-115 sebagai berikut :

112- (Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: “Hai Isa putra Maryam, bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?” Isa menjawab: “Bertakwalah kepada Allah jika betul-betul kamu orang yang beriman”.

113- Mereka berkata; “kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu”.

114- Isa putra Maryam berdoa: “Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezekilah kami, dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling Utama”.

115- Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barang siapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia”. (Al-Maidah 112-115)

Di dalam Qur’an ada dua kisah tentang orang yang mendapat hidangan dari langit, yang pertama adalah kisah kaum bani Israil seperti yang disebutkan dalam surat Al-Maidah 112-115 diatas. Dan yang kedua adalah kisah Maryam yang mendapat hidangan buah2an dari Allah ketika ia berdiam di Mihrab masjid  milik nabi Zakaria, sebagaimana disebutkan dalam surat Ali Imran ayat 37 :

37- Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya. Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. (Ali Imran 37)

Demikianlah Allah yang maha kuat  kuasa memberi rezeki berupa makanan, minuman dan kebutuhan lainnya dengan cara yang tidak dapat kita pahami. Bagi orang yang bertakwa dia tidak pernah kuatir akan kelaparan aatu kekurangan segala sesuatu didunia ini, ia yakin Allah bakan memenuhi semua hajat dan kebutuhan hamba-Nya  dengan berbagai cara yang tidak bisa kita mengerti dan pahami.

Dizaman dahulu dan dizaman Rasulullah banyak kita dengar kisah menakjubkan tentang orang yang mendapat hidangan  dan makanan dengan cara yang menakjubkan. Beberapa kisah yang dapat kami himpun dari beberapa sumber dapat kami sampaikan sebagai  berikut ini :

Abubakar Shidiq dan hidangan yang tidak pernah habis

Dikisahkan pada suatu ketika Abu Bakar kedatangan tiga orang tamu, untuk menghormati tamunya Abu Bakar berniat memberi jamuan ala kadarnya. Ia kebelakang menemui istrinya, betapa kecewanya Abu bakar karena persediaan makanan dihari itu hanya sedikit. Ia yakin jamuan itu tidak akan cukup dimakan ketiga orang tamunya, apalagi jika ia ikut pula menyantap jamuan itu. Tiba tiba dihati Abu bakar timbul keyakinan bahwa Allah jualah yang member rezeki pada hamban-Nya, dengan mengucap Bismillah ia bertawakal pada Allah. Dia yakin Allah akan mencukupkan makanan itu.

Abu Bakar kemudian menjemput  ketiga tamunya untuk makan bersama dengan makanan yang sedikit itu. Namun  betapa herannya dia, makanan tersebut tidak juga kunjung habis , walaupun mereka sudah makan sekenyang kenyangnya. Abu bakar dan ketiga tamunya sudah makan dengan sekenyang kenyangnya namun makanan itu terlihat masih utuh. Abu Bakar dan ketiga temannya merasa heran.

Abu Bakar kemudian menemui Rasulullah dan menceritakan kejadian yang luar biasa itu. Diceritakannya bahwa makanan yang sedikit itu cukup untuk makan mereka berempat, bahkan terlihat makanan itu masih utuh. Para sahabat kemudian beramai ramai kerumah Abu Bakar dan ikut menikmati makanan itu. Semua sahabat ikut makan kenyang, namun makannan itu tidak juga kunjung habis. Itulah kejadian aneh yang terjadi dirumah Abu Bakar, mereka mendapat hidangan dari sisi Allah.

Syeikh Ibrahim al-Khawwas dan hidangan dari langit

Syeikh Ibrahim al-Khawas menceritakan pengalamannya, pada suatu hari ia meninggalkan negerinya menuju Mekah untuk menunaikan ibadah Haji.  Ia berjalan tanpa kendaraan dan perbekalan apapun. Ditengah perjalanan ia tersesat hingga tidak tahu arah mana yang harus dituju. Tiba tiba ia melihat seorang pendeta Nasrani yang bergegas menuju padanya, pendeta itu berkata:” Wahai pendeta Muslim, bolehkah aku  bersamamu diperjalanan ?”

“ Tentu saja boleh “ jawab Ibrahim al-Khawwas , ia merasa gembira karena sekarang ia tidak sendiri lagi dijalan, ada pendeta nasrani itu yang menemaninya. Mereka berjalan selama tiga hari tiga malam tanpa merasakan makan dan minum. Mereka telah merasa haus dan lapar, namun demikian masing masing mereka terus berdiam diri antara satu dengan yang lainnya.

Sampai pada satu ketika pendeta Nasrani itu sudah tidak tahan lagi, ia berkata : “ Wahai pendeta Muslim, apakah engkau tidak membawa makanan untuk kita nikmati bersama ? “. Ibrahim al-Khawas terkejut mendengar pertanyaan pendeta Nasrani itu. Selama ini ia selalu bertanya dalam hati apakah pendeta nasrani ini tidak membawa perbekalan makanan atau minuman . Sudah tiga hari mereka tidak makan dan minum, sekarang ia baru tahu bahwa pendeta itupun tidak membawa apa apa. Ibrahim bimbang, apa yang harus ia katakan pada pendeta itu ?.

Tiba tiba terlompat ucapan yang berani dari  mulutnya: “ Ya, ada “

“Kalau begitu marilah kita nikmati bersama“ Usul pendeta nasrani itu dengan wajah berseri.

Ibrahim terkesiap oleh ucapannya yang spontan itu, ia baru sadar bahwa ia telah berdusta. Mana mungkin ia mengajak pendita itu untuk makan bersama karena diapun tidak membawa makanan seperti yang diucapkannya  tadi. Wajahnya jadi pucat lesu, tidak ada jalan lain selain memohon pada Allah. 

Ibrahim al Khawwas menengadahkan tangannya kelangit, dan berdo’a :

“ Ya Tuhan hamba, wahai penguasa yang tiada terbatas, berilah hamba sesuatu untuk menghilangkan lapar dan dahaga kami berdua, dan janganlah sampai hamba dinhinakan dihadapan pendeta nasrani ini, ya Allah ! ya Tuhanku ! dengarlah permohonan hamba ini “

Tiba tiba turunlah dari angkasa sebuah talam yang berisi roti, daging dan secerek air. Merekapun memakan hidangan itu berdua hingga kenyang, dan merekapun  bersyukur kepada Allah yang maha pemurah yang telah menurunkan karunia-Nya yang luar biasa itu kepada mereka.  Kemudian merekapun melanjutkan perjalanan tanpa membicarakan apa apa tentang kejadian menakjubkan yang barusan terjadi. Orang Nasrani itu kelihatannya tidak merasa heran, seolah olah hal itu perkara biasa saja walaupun sebenarnya Ibrahim al-Khawas  dalam hatinya merasa takjub dengan kejadian itu, karena ia baru pertama kali ia mengalami hal seperti itu.

Kini sudah tiga hari pula berlalu, mereka berjalan tanpa makan dan minum. Pada hari keempat Ibrahim berkata kepada pendeta Nasrani itu :” Wahai pendeta Nasrani , sekarang giliranmu pulalah untuk mengeluarkan apa yang ada padamu untuk kita makan dan minum bersama “

“ Baiklah  “ jawab pendeta Nasrani itu dengan tenang.  Ibrahim merasa heran dengan ingin melihat apa yang akan dilakukan oleh pendita Nasrani itu

Pendita Nasrani itu menengadahkan kedua tangannya kelangit dan berdo’a. Tiba tiba turunlah dari angkasa dua buah talam yang penuh berisi makanan dan minuman. Pendita Nasrani itu mempersilahkan Ibrahim untuk menikmati hidangan yang datang itu.  “ Ini ada dua buah talam, satu untuk aku dan yang lain untukmu “ Kata pendeta Nasrani itu.

Ibrahim tercengang , tidak tahu apa yang akan dikatakan. Beberapa waktu yang lalu ia meminta kepada Allah dan mendapat sebuah talam yang berisi makanan, sekarang pendita itu mendapatkan dua buah talam yang penuh berisi makanan.

Silahkan dimakan “ kata pendeta Nasrani itu.

“ Tidak !, demi Allah aku tidak akan memakannya sampai engkau menjelaskan terlebih dulu padaku tentang makanan dan minuman ini” kata Ibrahim dengan penuh penasaran.

Pendeta itu lalu menjawab dengan wajah yang berseri :

“ Selama saya menemani tuan, saya benar benar tertarik dengan amalanmu, dan saya yakin bahwa selama ini diriku dalam kesesatan yang nyata, dan jelas sekalai saya tidak akan mampu berbuat seperti yang tuan lakukan itu.  Karena itu saya memohon kepada Allah tuhanmu, dengan perantaran kesolehan dan kekeramatan tuan, semoga Allah berkenan memberi makan dan minum bagi kita berdua. Rupanya do’a itu dikabulkan, inilah dia makanan dan minuman yang diberikan-Nya, dan diberikan-Nya kita dua buah talam sebagai karunia nhidangan dari sisi-Nya. Maka sekarang saksikanlah bahwa saya telah memeluk Islam , Asyhadu alla ilaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadar  Rasulullah “ .

Ibrahim terperanjat sekaligus gembira mendengar penjelasan  pendeta Nasrani itu, ia merangkul pendeta nasrani itu dengan perasaan haru. Selanjutnya mereka berdua menikmati hidangan itu , dengan perasan gembira dan penuh rasa syukur pada Allah yang telah menurunkan hidangan itu bagi mereka berdua.

Selesai makan dan minum pendeta itu bertanya pada Ibrahim :” Setelah ini kemana tujuanmu”

“Aku akan ke Mekah untuk menunaikan haji “ jawab Ibrahim.

“ Kalau demikian akupun akan mengikutimu untuk menunaikan ibadah haji pula “ kata pendeta itu. Selajutnya mereka berduapun melajutkan perjalanan bersama sama menuju Mekah untuk menunaikan haji.

Hidangan yang muncul dari Bumi

Abu Ya’cub al-Thabari menceritakan pengalamannya , pada suatu hari ia hendak pergi ke negeri Syam dan tersesat jalan. Ia kehilangan arah tujuan selama beberapa hari di Padang pasir, sementara jalan pulangpun sudah tidak diingatnya lagi. Dalam keadaan bingung tiba tiba ia melihat dua orang pendeta yang sedang berjalan menuju suatu tempat.  Ia segera mengejar kedua pendeta itu : “ Tuan…tuan!  “ Serunya sekuat tenaga : “ Tunggulah sebentar ! “

Kedua pendeta itu menoleh mencari sumber  suara yang memanggil tersebut. Mereka berhenti menunggu Abu Ya’cub yang berlari kecil menyusul mereka.

“ Tuan tuan akan pergi kemana? “ Tanya Abu Ya’cub

“ Tidak tahu “ jawab kedua orang itu.

“ Tuan dari mana ? “ Tanya Abu Ya’cub pula

“ Tidak tahu “ jawab mereka pula

Abu Ya’cub tercengang mendengar jawaban kedua orang itu, ia merasa menyesal mengejar orang itu. Melihat wajah Abu Ya’cub yang terlihat kecewa kedua orang itu menjelaskan: “ Kami ini berada dalam kerajaan dan kekuasaan Allah, kemana Dia kehendaki kesitulah kami menuju “

Mendengar jawaban orang itu, Abu Ya’cub tercengang. Setelah berfikir sejenak ia mendekati kedua orang itu :” Bolehkan saya ikut bersama tuan pendeta?”

“Buat apa ikut  ? , kami berjalan tidak tentu arah tujuan” kata mereka

Abu Ya’cub menjelaskan :” Saya tersesat jalan , mau pulang juga tidak tahu arah yang harus ditempuh , kalau  berjalan sendiri saya juga tidak tahu kemana arah yang akan dituju, rasanya lebih baik saya berjalan bersama kalian berdua. ”

Akhirnya Abu Ya’cub diperkenankan berjalan bersama kedua pendeta itu. Mereka terus berjalan hingga menjelang malam . Ketika  masuk waktu magrib Abu Ya’cub bertayamum untuk melaksanakan sholat maghrib. 

“Buat apa itu? “ Tanya mereka

“ Hendak sholat “ jawab Abu Ya’cub

“Buat apa mengusap muka dan tangan dengan debu itu?”

“Ini namanya tayamum, bila tidak ada air kita dibenarkan bertayamum dengan debu ini” kata Abu Ya’cub menjelaskan

Mereka merasa heran melihat cara ibadat Abu Ya’cub itu , setelah Abu Ya’cub selesai mengerjakan sholat, seorang dari kedua pendeta itu terlihat mengorek -ngorek tanah.  Tiba tiba memancarlah air yang jernih dari dalam tanah, sedang disampingnya muncul bermacam –macam makanan yang lezat rasanya. Abu Ya’cub merasa takjub  melihat kejadian itu.

Mereka memanggil Abu Ya’cub untuk makan bersama, iapun makan sekenyang kenyangnya. Setelah mereka makan dan minum sepuas puasnya, maka makanan dan air itupun hilang dan lenyap seperti semula. Kemana perginya semua makanan itu ? entahlah.

Pada malam yang kedua , temannya yang lain membuat seperti yang dilakukan oleh rekannya. Makan dan air keluar dari tanah, mereka makan dan minum bersama sepuas puasnya, sampai kenyang. Kemudian makan dan air itupun lenyap kembali.

Pada malam ketiga kedua pendeta itu berpaling pada Abu Ya’cub dan berkata :” Malam ini giliranmu pulalah , wahai orang Muslim!, Keluarkanlah makanan  dan air untuk kita makan dan minum bersama sebagaimana yang telah kami lakukan kemarin”

Mendengar permintaan kedua orang itu Abu Ya’cub terperangah, ia benar benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan.  Ia merasa malu dan sedih karena ia tidak tahu bagaimana caranya menghadirkan makanan seperti yang telah dilakukan oleh kedua pendeta itu.  Maka dengan perasaan yang penuh harap dan cemas ia bermohon pada Allah:

“ Ya Allah, hamba menyadari atas semua dosa hamba yang banya, hamba memang tidak berhak menduduki kedudukan yang mulia disisi -Mu, namun hamba mohon kehadirat-Mu. Dengan keagungan Nabi Muhammad saw jangan sampai hamba dihinakan dihadapan kedua pendeta ini, dan jangan agama Islam yang mulia ini dikalahkan oleh agama mereka !”

Tiba tiba memancarlah sebuah mata air dari tanah, dan keluarlah airnya yang jernih dan sejuk dengan deras. Kemudian datanglah makanan yang beraneka macam dan banyak. Ia merasa heran dan takjub.  Ia benar- benar tidak tahu darimana dan bagaimana semua makanan dan air itu datang.  Kemudian merekapun  memakan  makanan dan minuman yang telah terhidang itu. Selanjutnya mereka mengucapkan punji syukur kepada Tuhan atas semua pemberian-Nya.

Demikianlah mereka bertiga selalu mengerjakan yang demikian secara bergantian, satu hari giliran seorang, hingga sampailah pada giliran Abu Ya’cub untuk yang kedua kalinya.  Iapun berdo’a, maka makanan dan minumanpun terus keluar dengan banyak.  Ia sendiripun tidak tahu darimana  dan bagaimana makanan dan minuman itu datang.  Ia terharu dan takjub menyaksikan kebesaran Allah, ia tidak bisa menahan diri, tiba tiba ia terisak dan menangis.  Ia coba menahan tangisnya namun tidak bisa , ia terus terisak menangis.  Tangisnya bertambah keras hingga kedua pendeta yang melihatnyapun ikut menangis pula.

Setalah tangisnya reda, maka seorang dari pendeta itu bertanya pada Abu Ya’cub :” Mengapa engkau menangis seperti itu? “

Abu Ya’cub menjawab: “ Aku ini seorang yang banyak dosa, aku tidak punya derajat sedikitpun disisi Tuhanku, sehingga aku tidak pantas dan layak menerima anugerah apapun dari-Nya”

Kedua pendeta itu heran, dan hampir hampir tidak percaya dengan penjelasan Abu Ya’cub. Mereka bertanya :” Kalau begitu bagaimana semua kurnia itu lahir dari tanganmu ? “

“ Aku hanya bertawasul atas nama Nabi Allah Muhammad s.a.w supaya tidak membuat aku malu dihapan kalian. Bahwa sebenarnya aku seorang yang tidak berharga dihadapan Allah, namun rupanya Allah telah mengabulkan permohonan ku itu “ Jawab Abu Ya’cub dengan malu.

Kedua pendeta itu menganggukan kepala tanda puas atas penjelasan Abu Ya’cub dan berkata :” Jadi kalau begitu agama Muhammad  adalah agama yang benar, dan Nabi Muhammad adalah seorang yang agung dan mulia disisi Allah. Karena itu kami ingin memeluk agama itu, dan menyaksikan bahwa  ,  Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu adalah utusan-Nya “

Demikianlah kedua pendeta itupun memeluk Islam, dan merekapun berpelukan sebagai tanda kasih sayang atas dasar agama Islam.  Mereka pun melanjutkan perjalanan menuju Makkah al Mukarramah dan tinggal beberapa lama disana.  Dengan peristiwa itu Abu Ya’cub bertambah besar keyakinannya pada Islam dan Nabi Muhammad betul betul seorang yang dimuliakan disisi Allah.

 

Daun yang berubah jadi makanan  lezat

Abdullah al Quraisy seorang shabat Ibrahim bin Adam menceritakan pengalamannya yang menakjubkan ketika berjalan bersama Ibrahim bin Adam yang terkenal sebagai seorang yang telah mencapai derajat wali Allah. Pada suatu ketika ia menempuh perjalanan yang jauh dan melelahkan bersama Ibrahim bin Adam. Ia sudah merasa letih haus dan lapar , sementara bekal makanan dan minuman yang mereka bawa sudah lama habis.

Ditengah jalan ia melihat Ibrahim bin Adam mengisi kantong perbekalannya dengan dedaunan yang diambilnya dari pepohonan ditepi jalan. Ia heran untuk apa dedaunan itu disimpan dikantong makanan.  Untuk melepas lelah mereka beristirahat dibawah rindang pepohonan. Ketika beristirahat itu Ibrahim bin Adam berkata pada sahabatnya Abdullah al Qurasy :” Apakah engkau merasa lapar ? “ . Abdullah menjawab : “Tentu saja “

Ibrahim  bin Adam  menyodorkan kantong makanan yang dibawanya:” Makanlah ini “ . Abdullah heran ia tahu bahwa kantong itu hanya berisi dedaunan yang diambil Ibrahim bin Adam dari tepi jalan. Dengan ragu ia menerima kantong makanan itu, ketika ia membuka kantong itu ia terkejut didalamnya berisi beraneka macam makanan dan minuman yang lezat. Ia heran darimana datangnya makanan itu. Merekapun menyantap makanan yang tersedia dikatong makan itu sampai kenyang, dan anehnya makanan itu tidak kunjung habis. Setelah  kenyang dan beristirahat cukup merekapun melanjutkan perjalanannya.

Pelajaran yang dapat diambil:

1.      Hadirnya hidangan dari langit atau dari tempat yang tidak terduga adalah suatu yang mustahil menurut akal dan fikiran kita, namun jika Allah berkehendak, tidak ada hal yang mustahil bagi Allah. Dia bisa mendatangkan hidangan dari tempat yang tidak terduga kepada siapa saja.

2.      Munculnya keajaiban atau karomah pada seseorang bukanlah karena kesaktian atau kekuatan orang tersebut, bahkan yang bersangkutan juga heran dan takjub dengan kejadian istimewa itu. Semua itu ternjadi semata mata karena karunia Allah. Karena itu keajaiban karomah pada seseorang tidak  bisa untuk dipertontonkan atau dipertunjukan kepada orang banyak.

Allah tidak pernah dibatasi oleh aturan dan hukum alam dalam menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dia maha kuat dan dapat berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya. Seperti pertolongan Allah pada Nabi Ibrahim sehingga api menjadi dingin terhadapnya. Pertolongan Allah pada Nabi Musa sehingga mampu membelah laut merah. Pertolongan Allah pada Nabi Sulaiman yang dengan bantuan  dari seorang yang mendapat ilmu dari sisi Allah dapat  membawa singgasana Ratu Bulqis dari Yaman ke Palestina dalam sekejap mata.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *