Oleh : Fadhil ZA
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. (Yasin 65)
Dihari berbangkit kelak setiap orang akan dimintai pertanggungan jawab atas semua yang telah diperbuat selama hidup didunia. Mulut dikunci, tangan dan kaki menjadi saksi atas apa yang telah diperbuat selama hidup didunia.
Sebagian besar manusia tidak yakin dan tidak takut terhadap pengadilan yaumil akhir ini, mereka lebih takut pada pengadilan dan hukum didunia. Mereka juga yakin bahwa dengan kelihaiannya mereka bisa lolos dari jeratan hukum dan pengadilan didunia. Akibatnya manusia tidak takut melanggar hukum, melakukan kecurangan, penipuan, korupsi, dan melakukan perbuatan dosa lainnya.
Gebrakan KPK di Negara tercinta ini membuat miris para pelaku korupsi. Mereka lebih takut pada KPK daripada kepada hukum Allah. Mengapa…? mungkin keyakinan mereka terhadap kehidupan akhirat masih belum mantap. Mereka menganggap enteng pengadilan yaumil akhir, padahal petugas Allah di hari Kiamat nanti tidak bisa disogok atau disuap.
Di dunia mungkin mereka bisa menyuap atau menyogok petugas pengadilan, mereka bisa membeli hukum dengan uang mereka. Namun diakhirat semua itu tidak berlaku. Mulut mereka terkunci, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas semua perbuatan mereka yang melanggar hukum.
Orang yang menganut paham materialis, yakin bahwa hidup hanyalah hidup didunia ini saja, dengan datangnya kematian maka berakhirlah semua masalah, kita hidup dan mati hanya karena proses alam, tidak adalagi kehidupan sesudah mati. Kurangnya keyakinan tentang kehidupan akhirat dan kurangnya pemahaman bahwa setiap orang kelak akan dimintai pertanggungan jawab atas semua perbuatannya selama hidup didunia, menyebabkan orang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan tujuannya. Orang yang berpaham materialis tujuan hidupnya hanya mencapai kemenangan, kejayaan, kesuksesan didunia, tidak perduli bagaimanapun caranya. Akibatnya mereka tidak segan melakukan perbuatan yang melanggar hukum untuk mendapatkan semua yang diinginkan. Mereka tidak perduli kalau kegiatannya akan merugikan dan menyengsarakan orang lain, yang penting mereka bisa mendapatkan semua yang diinginkan.
Orang yang menganut paham materialis meragukan adanya hari kebangkitan. Mereka ragu dan tidak yakin bahwa setelah mati kita semua akan dibangkitkan hidup kembali dengan tubuh lengkap seperti didunia ini. Allah memperingatkan orang yang ragu tentang hari kebangkitan ini dalam surat Fushilat ayat 54 dan Ar Rum ayat 8:
Ingatlah bahwa sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan tentang pertemuan dengan Tuhan mereka. Ingatlah, bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu. (Fushilat 54)
Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?, Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya. (Ar Rum 8)
Keraguan inilah yang menyebabkan mereka tidak takut untuk berbuat dosa dan melanggar aturan Allah. Mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan semua yang mereka inginkan di dunia ini, mereka tidak takut bahwa mereka harus mempertanggung jawabkan semua perbuatan mereka dihari berbangkit kelak.
Mereka hanya takut dan cemas menghadapi pengadilan dan hukum dunia. Mereka berusaha mempengaruhi aparat hukum dengan uang dan materi. Terjadilah kasus suap dan sogok dimana mana. Siapakah yang akan menegakan hukum dan kebenaran kalau petugas hukum sudah bisa dibeli oleh orang yang mempunyai uang ? Apakah KPK cukup mampu untuk menegakkan keadilan dan kebenaran? Petugas KPK adalah manusia juga, yang membutuhkan materi dan kehidupan layak didunia ini. Selama paham materialis masih bercokol didalam dada seseorang, tidak ada jaminan bahwa ia akan tahan menghadapi godaan dunia. Orang yang berpaham materialis hanya takut pada hukum dunia, karena itu untuk mencegah mereka dari perbuatan yang menyimpang harus dibuat sistim yang transparan, disiplin dan kepatuhan terhadap undang2 dan hukum.
Orang yang yakin pada Allah dan kehidupan akhirat, sangat takut pada Allah dan ancaman hukum diakhirat kelak. Mereka tidak berani melakukan perbuatan yang menyimpang, merugikan Negara serta orang lain. Mereka takut dengan pengadilan di yaumil akhir, mereka sadar bahwa setiap perbuatannya akan dimintai pertanggungan jawab kelak diakhirat. Setiap tetes air yang diminum, setiap suap nasi yang dimakan, setiap rupiah yang didapat kelak akan ditanya dari mana dan bagaimana cara mendapatkannya.
Dunia dipenuhi oleh kelompok orang yang berpaham materialis dan kelompok orang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Sistim yang transparan, disiplin, dan penegakan hukum yang adil dapat mencegah kaum materialis dari perbuatan yang menyimpang. Jika sistim belum mendukung, hanya orang yang beriman pada Allah dan yakin pada kehidupan akhirat yang terhindar dari perbuatan yang menyimpang, merugikan orang lain dan Negara. Dihari berbangkit Allah akan memasang timbangan yang adil dan tepat, seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun. Orang yang berat timbangan kebaikannya dialah orang yang beruntung, orang yang ringan timbangan kebaikannya dialah orang yang celaka.
Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala) nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan. (Al Anbiya’ 47)
6- Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan) nya,
7- maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan.
8- Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan) nya,
9- maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.
(Al Qori’ah 6-9)
dalam setiap urusan duniawi, memang napsu selalu menjadi komandannya, akan tetapi dengan pagar iman dan islam yang kuat sifat WAHN, cinta dunia bisa dikalahkan dengan selalu mengarahkan pemikiran bahwa setiap apa yang kita lakukan sekecil apapun pasti ada hitungannya kelak di akherat,”famanya’mal mistqooladzarratin khoiroiyarohu, wamanya’mal mistqooladzarratin syarroiyarohu,”