Oleh : Fadhil ZA

Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
(Ali Imran 19)

  Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.
(Ali Imran 85)

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Ali IMran 102)

 


 Saya terlahir dari keluarga muslim, sejak kecil saya sudah memeluk Islam. Setelah dewasa saya mulai mempelajari Islam lebih dalam lagi. Ketika saya pelajari kelompok yang berkembang di Masyarakat dan browsing di Internet untuk menambah pengetahuan tentang Islam saya jadi pusing. Islam tampil dengan seribu wajah. Ada Islam Liberal, Islam konservatif, Islam fundamentalis, Islam tradisional, Islam Abangan, Islam sekuler, Islam Sunni, Islam Syi’ah, Islam Muhammadiyah, Islam NU, Islam Persis, Islam Jama’ah….… dan banyak lagi. Anehnya diantara masing masing paham yang menyatakan dirinya sebagai Islam tersebut, ada yang menyatakan kelompoknyalah yang benar, diluar itu adalah sesat… Masya Allah… Saya jadi bingung Islam mana yang harus saya ikuti. Padahal agama yang di Ridhoi Allah hanya Islam.

Sulit bagi saya untuk memilih salah satu kelompok diatas, karena kelompok yang satu ada yang menyalahkan dan mengatakan kelompok yang lain sesat, bahkan ada yang menuding kelompok lainnya sebagai keluar dari Islam atau kafir. Kalau kita pelajari semua kelompok diatas, cukup pusing karena banyak pemahaman mereka yang saling berlawanan. Saya ingin kesejukan, saya ingin kedamaian ajaran islam yang murni, saya putuskan untuk kembali pada al-Qur’an. Saya hanya mengikuti Al-Qur’an, jika ada pemahaman kelompok diatas yang tidak sejalan dengan Qur’an ya… saya tinggalkan saja.

Dalam surat Al-Israak ayat 36 Allah berfirman:

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Al Israak 36)

Masing masing kita bertanggung jawab atas sikap, pemikiran dan pendapat kita masing masing, jangan ikut-ikutan, taklid membabi buta. Pendapat siapapun jika tidak dapat kita pahami, berlawanan dengan tuntunan Qur’an dan nilai yang ada dalam diri kita, tinggalkan saja. Ikutilah keyakinan diri masing masing Kita tidak akan dituntut pertanggungan jawab atas pemikiran dan sikap hidup orang lain. Kita hanya dituntut pertanggunganh jawab atas pemikiran dan sikap hidup kita sendiri.

 

Rukun Islam

Dalam salah satu hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim disebutkan : Abu Abdurahman, Abdullah bin Umar bin Khatab ra menyampaikan, saya dengar Rasulullah s.a.w berkata: ” Islam didirikan atas lima dasar: Pengakuan tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad Rasul (utusan) Allah, mengerjakan sholat, membayar zakat, haji ke baitullah, dan puasa pada bulan Ramadhan”.

Dari hadist diatas dinyatakan bahwa orang Islam adalah orang yang mengucapkan sahadat, mengerjakan sholat, membayar zakat, haji, dan puasa pada bulan Ramadhan. Mengucapkan dua kalimah syahadat tidak sulit, namun untuk dapat melaksanakan Sholat, Zakat, Haji dan Puasa pada bulan Ramadahan, butuh waktu dan usaha untuk mempelajari dan melaksanakannya. Untuk menyatakan diri sebagai penganut Islam yang paling mudah adalah mengucapkan dua kalimah sahadat. Seseorang dinyatakan sudah Islam jika mengucapkan dua kalimah sahadat, walupun dia belum mengerjakan sholat, haji, zakat dan puasa, karena pelaksanaan dari keempat rukun Islam yang lain butuh waktu, usaha dan pembelajaran.

Memperhatikan hadist diatas, sungguh sederhana sekali untuk menjadi seorang pemeluk Islam. Syarat utama adalah mengucapkan dua kalimah sahadat, sungguh tidak etis mengkafirkan orang yang belum sanggup menjalankan syarat yang lainnya. Sungguh tidak etis mengkafirkan orang Islam yang berbeda pendapat dan pemikiran dengan kita. Dalam kenyataan sehari hari kita akan menemui umat Islam yang sholatnya hanya sekali setahun, atau sekali seminggu. Ada yang kadang sholat kadang tidak. Bulan Ramadan kadang puasa kadang tidak. Kita perlu memberi bimbingan secara arif kepada saudara kita yang belum melaksanakan rukun Islam secara menyeluruh, bukan mengkafirkan atau menghukum mereka dengan kekerasan.

 

Iman dan Islam

Iman tidak sama dengan Islam. Untuk jadi pemeluk agama Islam cukup dengan mengucapkan dua kalimah sahadat. Untuk menjadi orang yang ber-Iman tidak cukup hanya dengan mengucapkan dua kalimah sahadat. Rukun Iman menurut Rasulullah adalah : Iman kepada Allah, Iman kepada para Malaikat, Iman pada kitab suci (Al-Qur’an), Iman pada para Rasul-Nya, Iman pada kehidupan akhirat, dan Iman pada takdir baik dan buruk. Kadar keimanan setiap orang tidak sama, bertingkat tingkat, dari level dasar, menengah sampai yang tinggi. Setiap orang bisa meningkatkan level keimanannya melalui ujian dan masa yang panjang.

Allah menyatakan perbedaan antara Islam dan Iman ini dalam surat al Hujurat ayat 14. Serombongan orang Arab dusun datang pada Rasulullah mengatakan bahwa mereka telah ber-Iman, Allah membantah pernyataan mereka dengan menurunkan surat Al-Hujurat ayat 14:

Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah (kepada mereka): “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: “Kami telah tunduk”, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Al-Hujurat 14)

Allah akan menguji pernyataan ke-Imanan seseorang dengan berbagai hal. Ada yang diuji dengan penderitaan, tekanan hidup, kesengsaraan, kelaparan, kekurangan harta, didholimi orang lain dan ada pula yang diuji dengan kekayaan,kelapangan, kemuliaan, dan berbagai kenikmatan serta kesenangan hidup. Allah menyatakan hal tersebut dalam beberapa ayat Qur’an dibawah ini:

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? (Al-Ankabut 2)

Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Al –Ankabut 3)

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan. (Al Anbiya’ 35)

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (Al-Baqarah 155)

 

Tidak ada satu orangpun yang luput dari ujian Allah, ada yang tahan diuji dengan kesulitan dan penderitaan namun tidak tahan diuji dengan kenikmatan. Ada yang tahan diuji dengan kenikmatan namun tidak tahan diuji dengan penderitaan. Orang yang tahan uji dan lulus akan meningkat ke-imanannya kelevel yang lebih tinggi, orang yang tidak lulus, mungkin akan berpaling dari keimanan, jadi kafir, murtad, atau putus asa dan bunuh diri. Kita tidak bisa mengukur kadar Iman kita sendiri, apalagi kadar ke-Imanan orang lain. Iman adalah masalah hati, kita hanya bisa melihat tanda tanda ke-Imanan seseorang, namun tidak bisa menilai kadarnya. Tanda tanda dari ke-Imanan seseorang banyak kita temui dalam Al-Qur’an. Perhatikan tanda-tanda ke-Imanan yang disebutkan dalam Qur’an, latih diri untuk melaksanakannya, insya Allah ke-Imanan kita akan meningkat.

 

Menyikapi perbedaan Agama dan keyakinan

Allah telah menjadikan bumi ini tempat tinggal bagi manusia, yang memiliki keyakinan ber-macam-macam. Ada yang ber-Iman pada Allah, ada yang kafir dan atheis, ada yang musyrik, ada yang munafik, ada yang menyembah sesuatu selain Allah. Orang yang Iman dan yakin pada Allah saat ini masih termasuk minoritas. Dari 6,7 milyar penduduk dunia yang ber-agama Islam hanya 1,6 milyar. Di Negara yang mayoritas non Muslim seperti China, India, Amerika, Eropah umat Islam merupakan golongan minoritas.

Allah memberi kesempatan berbagai agama dan kepercayaan tumbuh dibumi ini, setiap orang bebas memilih agama dan keyakinan yang dikehendaki, dengan resiko masing masing. Allah telah memberi manusia akal, fikiran dan hati. Allah telah mengutus Rasul dengan membawa Qur’an sebagai petunjuk. Para Da’i dan berbagai organisasi Islam telah berusaha mengabarkan kebenaran Qur’an keseluruh dunia melalui berbagai fasilitas yang ada. Islam adalah agama bagi orang yang ber-akal, orang yang mengunakan hati dan fikirannya. Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam, sebagai disebutkan dalam surat Al-Baqarah 256:

  Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al Baqarah 256)

Al-Qur’an mengakui Pluralitas dengan pengertian keberagaman agama dan kepercayaan, bukan Pluralisme dengan pengertian bahwa semua agama baik dan benar. Agama yang diakui dan di ridhoi Allah hanya Islam, sebagaimana pernyataan Al-Qur’an pada permulaan artikel ini . Islam tidak sama dengan Nasrani, Yahudi, Hindu, Budha atau Konghucu. Namun Al-Qur’an mengakui hak manusia untuk berbeda agama dan keyakinan dengan pernyataan sebagaimana disebutkan dalam surat al-Baqarah 256 diatas dan surat al Kafirun sebagai berikut.

  1. Katakanlah: “Hai orang-orang yang kafir,

  2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.

  3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.

  4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.

  5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.

  6. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku”.

 

Adanya beragam agama dan kepercayaan adalah batu ujian bagi orang yang ber-Iman, orang ber-Iman tidak akan tergoda untuk mengikuti agama selain Islam. Umat Islam bisa bertetangga dan hidup berdampingan dengan umat lain dengan prinsip : lakum diinukum waliyadiin (bagimu agamamu bagiku agamaku). Kewajiban kita sebagai umat Islam hanya menyampaikan kebenaran Al-Qur’an kepada seluruh manusia, bukan memaksa mereka menerima kebenaran atau memberi hidayah pada manusia. Hidayah dan petujuk sepenuhnya kewenangan Allah. Perhatikan beberapa firman Allah sebagai berikut ini:

Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran (Al Qur’an) dari Tuhanmu, sebab itu barang siapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barang siapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu”. (yunus 108)

  Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al Qur’an). (Al Kahfi 06)

  Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barang siapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (Al Israak 15)

  Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? (Yunus 99)

 

– Jika mereka tetap berpaling, maka sesungguhnya kewajiban yang dibebankan atasmu (Muhammad) hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.(An Nahl 82)

 

Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. (Al An Aam 125)

  Dengan berpedoman pada beberapa ayat Qur’an diatas insya Allah umat Islam cukup legowo untuk hidup berdampingan dengan umat lain. Islam tidak dikembangkan dengan kekerasan dan terorisme. Islam dikembangkan dengan akal, fikiran dan hati.

 

Mensikapi perbedaan pendapat

Dalam teori NLP disebutkan bahwa Realitas Internal (Ri) tidak sama dengan Realitas external (Re). Sikap seseorang terhadap sesuatu hal yang sama belum tentu sama. Misalnya ketika melihat seekor tikus putih, si A mungkin merasa jijik dan ketakutan, sementara si B merasa senang dan lucu. Realitas external yang dilihat sama yaitu tikus, tapi realitas internal mereka berbeda, maka reaksi merekapun berbeda pula Demikian pula pandangan seseorang tentang Islam, dari hadist dan al-Qur’an yang sama muncul berbagai pedapat, yang kadang membuat kita bingung mau ikut yang mana.

Sebagai analogi dikisahkan ada 3 orang buta yang diperkenalkan kepada seekor Gajah. Orang buta A memegang belalainya dan menganggap itulah gajah. Gajah berbentuk bulat panjang mirip dengan seekor ular. Sementara orang buta B memegang bagian perut gajah yang besar bagai tambur. Ia meyakini bahwa gajah itu bulat besar bagai tambur raksasa. Sementara orang buta C memegang bagian kakinya. Ia merasa bahwa gajah itu bulat seperti pohon kelapa. Ketika kembali kedalam kelompoknya sesama orang buta mereka masing masing bercerita tentang gajah. Orang buta lain yang mendengar jadi bingung. Si A mengatakan Gajah itu bulat panjang seperti ular, si B mengatakan gajah itu bulat besar seperti tambur, si C mengatakan gajah itu bulat tinggi seperti pohon kelapa. Masing masing bertahan dengan keyakinannya dan menyalahkan yang lain. Mereka berkelahi mempertahankan pendapatnya masing masing. Orang buta lain yang mendengar jadi bingung mana sih yang benar ?

Ini yang dialami umat Islam dewasa ini, umat Islam saling hujat, saling serang mengkafirkan dan menghalalkan darah umat islam lainnya, dalam rangka membela dan mempertahankan argumen masing masing tentang Islam. Sebagian umat Islam tidak legowo untuk menerima perbedaan pendapat. Padahal perbedaan pendapat adalah hal yang natural, tidak bisa dicegah. Realitas internal masing masing yang menyebabkan terjadinya perbedaan pendapat, itu tidak bisa dihindari. Sikapilah perbedaan pendapat secara dewasa. Setiap orang bebas menggunakan akal, fikiran dan hatinya masing masing untuk mengikuti pendapat mana yang sesuai bagi dirinya. Setiap orang harus siap untuk dimintai pertanggungan jawab terhadap pilihannya, sebagai disebutkan dalam surat al Israak ayat 36.

  Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Al Israak 36)

  Saling hujat dan serang akibat perbedaan pendapat menyebabkan umat Islam menjadi lemah. Energi dan waktu yang ada telah habis digunakan untuk saling serang dan hujat, tidak sempat memikirkan masalah, ekonomi, sosial, pendidikan dan politik. Umat Islam menjadi umat yang tertinggal dibidang ekonomi, sosial, pendidikan dan politik, bidang yang penting tersebut dikuasai oleh orang non muslim.

Jika terjadi perbedaan pendapat, sikapilah secara dewasa, kembalikan pada Allah dan al-Qur’an. Hindari perpecahan, saling serang dan saling hujat. Allah mengingatkan hal ini dalam surat As Syura’ ayat 10:

  Tentang sesuatu apa pun kamu berselisih maka putusannya (terserah) kepada Allah. (Yang mempunyai sifat-sifat demikian) itulah Allah Tuhanku. Kepada-Nya lah aku bertawakal dan kepada-Nya lah aku kembali. (As Syura 10)

  Dimasa yang akan datang dengan semakin banyak jumlah pemeluk Islam didunia, maka ragam pemikirannya pun akan bertambah banyak pula. Apalagi dengan semakin banyaknya orang Eropah dan Amerika yang masuk Islam. Dari orang Eropa dan Amerika yang sudah biasa berfikir bebas ini mungkin akan muncul pemikiran yang sulit diterima dan dianggap sebagai perbuatan bid’ah. Kita harus legowo untuk berbeda pendapat. Pendapat boleh berbeda, sepanjang yang disembah adalah Allah, nabi yang diakui adalah nabi Muhammad, kitabnya adalah Qur’an, kita harus selalu bersatu dalam naungan Islam

 

Mulai dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan

Sebagian umat Islam ada yang berpendapat bahwa kita belum bisa menjalankan syariat Islam dengan sempurna jika belum mempunyai pemerintahan atau khilafah Islamiah. Khilafah atau pemerintahan yang Islam bukanlah tujuan, tapi alat untuk mencapai ridho Allah. Tanpa khilafah atau pemerintahan yang Islami kita tetap bisa menjalankan syariat Islam. Mulailah dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan. Bentuk kelompok atau masyarakat muslim. Dinegara Amerika yang sekuler dan liberal umat islam tetap bisa menjalankan syariat Islam dengan membentuk kelompok muslim dan Islamic centre.

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
(At-Tahrim 6)

  Tegakan syariat Islam mulai dari diri sendiri, kemudian keluarga, selanjutnya lingkungan, sampaikan dakwah kepada lingkungan dengan santun dan penuh kasih sayang, hindari perbuatan kasar dan menyakiti lingkungan, sebagaimana firman Allah:

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (Ali Imran 159)

Banyak hal yang bisa kita lakukan terhadap diri sendiri, keluarga dan lingkungan tanpa harus menunggu terbentuknya pemerintahan atau kilafah Islamiyah. Waktu yang tersedia bagi kita didunia ini sangat singkat, jangan sia-siakan waktu yang diberikan Allah. Sholat wajib, sunah rawatib, sholat malam, Dzikir dan tasbih, rutin membaca Qur’an, menghadiri pengajian dan berbagai kegiatan sosial lainnya adalah kegiatan yang bisa kita lakukan tanpa adanya pemerintahan atau khilafah Islamiyah.

Mengapa harus mulai dari diri sendiri? Karena waktu yang tersedia didunia ini sangat singkat, dan setiap orang akan dimintai pertanggungan jawab tentang umur dan apa saja yang telah dilakukan dan dikerjakannya selama hidup didunia ini. Ia tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah dilakukan oleh orang lain. Masing masing bertanggung jawab atas perbuatan dan amalnya sendiri. Allah menyebutkan hal ini dalam surat an Nahl 93 dan Saba’25.

Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan. (An Nahl 93)

Katakanlah: “Kamu tidak akan ditanya (bertanggung jawab) tentang dosa yang kami perbuat dan kami tidak akan ditanya (pula) tentang apa yang kamu perbuat”. (Saba’25)

  Berpegang teguh pada Al-Qur’an

Jika umat Islam berpegang teguh pada Al-Qur’an niscaya tidak akan ada perpecahan diantara umat Islam seperti yang terjadi selama ini. Dari 1,6 milyar penduduk didunia ini yang beragama Islam berapa persenkah yang rutin membaca, mempelajari dan mentadabburi Qur’an? Perhatikan dalam setiap rumah tangga kita yang muslim, dalam satu keluarga yang berapa orangkah yang rutin membaca, mempelajari dan mentadabburi Qur’an? Jika setiap muslim selalu membaca dan berpegang teguh pada Qur’an, niscaya umat Islamakan menjadi umat yang kuat,umat yang mulia dan tidak terkalahkan.

Kenyataannya sekarang umat Islam masih menjadi kelompok minoritas yang dihinakan, dihujat, dijajah, tertinggal disegala bidang, terpecah belah dan mudah diadu domba oleh kelompok lain. Mari kitab hidupkan semangat untuk mencintai, membaca dan mempelajari Qur’an setiap hari. Dengan berpegang teguh pada Qur’an persatuan umat Islam bukan sesuatu yang mustahil. Cita cita sebagian saudara kita untuk mendirikan Khilafah Islamiyah bukan sesuatu yang mustahil. Jika umat Islam tidak peduli dengan kitabnya sendiri,maka kondisi yang dialami umat Islam saat ini akan terus berlanjut. Persatuan umat islam dan khilafah Islamiyah hanya suatu impian kosong.

9 thoughts on “ISLAM DENGAN SERIBU WAJAH”
  1. Al-Baqoroh ayat 62″

    Sesungguhnya orang orang yang beriman, orang orang Yahudi,orang nasrani, orang orang shabi,in (perceya bintang2), siapa saja yang beriman (diantara mereka) kepaa Allah dan hari ahir, dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari Tuhanya, mereka tidak merasa takut an bersedih hati.

  2. Islam yang teduh. Sayang situs yang ramah seperti jarang ada di internet. Kebanyakan yang “kasar-kasar” tatkala berdakwah soal Islam. Lanjutkan!

  3. Salah satu wajah Islam adalah politik untuk menguasai dunia!!! Sama seperti Amerika!!! Juga tirani terhadap kebebasan beragama dan tirani terhadap hak asasi manusia!!! Tidak percaya!!! Coba cari di Internet bagaimana perlakuan terhadap mereka yang pindah agama di negara Islam?? Apakah ada rumah ibadah agama lain di negara Islam super ekstrim (contohnya Arab Saudi dan Iran)???

  4. Untuk bapak LL tsb diatas, didalam islam tidak ada tirani beragama, tirani hak azazi manusia, bebas memilih agam apapun. Yang Maha Esa memberi kesempatan kepada berbagai agama dan keyakinan yang tumbuh dengan resiko masing-masing, bukankah manusia telah diberi akal, pikiran dan hati ? Islam tidak sama dengan agama lainnya. Namun Islam (Al-Qur’an) mengakui hah manusia untuk berbeda agam dan keyakinan, umat islam bisa bertetangga, hidup berdampingan, hidup rukun damai,(bagimu agamamu bagiku agamaku), cuman yang 1 ini; “Keyakinannya jangan diusik” sebagai contoh; Waktu terjadi gempa dahsyat di Padang, Pariaman 30 September 2009 yg lalu, Ada niat dari agama non islam datang dari Jakarta untuk memberi bantuan dengan embel-embel masuk ke agamanya, dengan serta merta diusir oleh penduduk setempat oknum-oknum yang mau coba-coba melanggar hak agama, perinsipnya, walaupun diberi bantuan kekayaan sepenuh isi bumi ini, namun keyakinan (ikhsan) tidak dapat dibeli (dibandingkan dengan kekayaan didunia ini, Sabar dalam menghadapi cobaan, ujian,peringatan datang dari Allah, dan kalo mendapat nikmat dari Allah, mereka bersyukur. jadi ga ada masalah hidup di dunia ini, sementara yang hiruk pikuk kesasa kemari itu, mereka belum kenal apa itu islam.

    1. Ass wr wb

      Betul sekali pak Ikhsan, dalam Qur’an S Al Baqarah 256 dikatakan :” Tidak ada paksaan dalam agama Islam, telah nyata jalan yang benar dari jalan yang sesat”.
      Dalam surat Al Israak ayat 107 dikatakan : Berimanlah kalian pada Al Qur’an ini atau tidak beriman sama sekali. Al Qur’an adalah manual book yang diturunkan Allah bagi umat manusia. Siapa yang mengikuti Qur’an selamat, yang tidak mengikuti pasti hancur. Manusia bebas memilih mau patuh atau tidak, dengan segala risiko ditanggung sendiri.

      Allah tidak tambah kaya jika semua manusia dibumi ini beriman, Allah juga tidak akan miskin jika semua manusia kafir padaNya. Allah maha kaya dia tidak butuh pada alam semesta apalagi pada manusia yang merupakan bagian yang maha kecil dari ciptaannya. Islam dikembangkan dengan akal dan diterima oleh orang yang berakal pula. Islam tidak pusing dengan orang yang tidak mau menerima islam sebagai agamanya. Lakum diinukum waliyadin

  5. Buya Fadhil ZA dan Bapak Ikhsan , Dibenua sana Amerika, Eropah juga Afrika, orang pada berbondong-bondong memasuki Agama ISLAM (dengan kemauan sendiri) setelah menela’ah, meneliti kemudian menghayati apa itu Islam ?. Ini bukan hal yang aneh, karena umumnya orang-orang terpelajar memiliki prediket ilmiah cukup tinggi yang bisa menghayati kemudian memperbadingkannya, disitulah timbul suatu keyakinan, atas keyakinan itulah “HIDAYAH” dari ALLAH SWT didapat, bayangkan, dengan experiment lutut ayam; kenapa lutut ayam patahannya kebelakang, tidak spt manusia patahannya kedepan?. Susah juga kan? kalo ayam mengeram telurnya lututnya patah didepan, maupun manusia tidak bisa sujud kalo patah lututnya dibelakang (apalah jadi nya manusia kalo ga bisa SUJUD). Baca juga kisah Sandra Malakiano tertarik dengan Islam, dan para mu’alaf-mu’alaf yg sebelumnya PENDETA tulen, tidak ada sama sekali orang-orang islam mengajak mereka-mereka itu untuk memasuki Agama Islam, seperti orang-orang non muslim mengajak (memberi batuan) dengan embel-embel masuk ke agamanya. Makanya orang berpikir-pikir 1000 x, disitulah kendali akal menela’ah sesuatu yang baik dan yang buruk (….Apakah kamu tidak berpikir…?)
    Didalam Islam ga ada paksaan dengan embel-embel begitu. Al-Qur’an mengatakan; Tidak ada paksaan utk (memasuki) agama (Islam),sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yg sesat. Karena itu barang siapa yg ingkar kepada Thoghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang teguh kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha mengetahui (Al-Baqarah) 256.

  6. Ass Wr wb.

    Memang betul lah kata bp.Masrial; Orang pada berbondong-bondong memasuki Agama Islam dibelahan benua sana. Memang begitulah orang-orang berakal, senantiasa memperhatikan, menela’ah dan bersemangat terhadap sesuatu yang membawa kebaikan terutama untuk dirinya sendiri maupun untuk Rahmatan lil’ Alamiin.
    Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, Dan kamu lihat manusia masuk Agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-NYA. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima Taubat. (Q.S An-Nash: 1-3).

    Katakanlah; “Wahai Ahli Kitab” marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yg tidak ada perselisihan antara kami dan kalian, yaitu kita beribadah kecuali kepada Allah dan tidak kita persekutukan-NYA dengan sesuatu apapun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yg lain sebagai Rabb-Rabb selain Allah” Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)” (Ali Imran : 64).

    Katakanlah (wahai orang-orang mukmin); Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan apa yg diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yg diberikan kepada nabi-nabi dari Rabb mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-NYA” (Al-Baqarah: 136).

    Demikianlah, pertolongan Allah telah datang.

    Wass wr wb

  7. Al-Baqoroh ayat 62″

    Sesungguhnya orang orang yang beriman, orang orang Yahudi,orang nasrani, orang orang shabi,in (perceya bintang2), siapa saja yang beriman (diantara mereka) kepaa Allah dan hari ahir, dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari Tuhanya, mereka tidak merasa takut an bersedih hati.

    orang orang shabi,in apa termasuk ahli kitab

    1. Ass wr wb
      Setahu saya Yang masuk ahli kitab hanya orang Yahudi dan Nasrani, orang sabiin (menyembah bintang) , Majusi (menyembah api) atau para penyembah berhala seperti orang Quraisy tidak masuk kedalam golongan ahli kitab.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *