Oleh Fadhil ZA

Dari tahun ketahun jumlah jema’ah  yang melakukan ibadah haji ketanah suci Mekah terus meningkat. Pemerintah Arab Saudi juga terus berusaha meningkatkan pelayanan bagi jama’ah haji dengan berbagai cara. Memperluas Masjidil Haram, memudahkan pengambilan air zamzam, membuat jembatan bertingkat untuk melaksanakan pelemparan jumrah, menanam pepohonan dipadang Arafah, meningkatkanh fasilitas bermalam di Mina dan lain sebagainya.

 

Namun demikian pemerintah Arab Saudi tetap kewalahan melayani jumlah jama’ah yang terus meningkat dari tahun ketahun, hingga pemerintah Arab Saudi terpaksa memperakukan kuota bagi para jama’ah haji dari berbagai Negara. Kuota yang diperlakukan bagi setiap Negara adalah satu orang bagi setiap seribu  penduduk, sehingga Pemerintah Indonesia mendapat kuota 230.000 orang. Akibatnya pemerintah Indonesia terpaksa mengeluarkan daftar tunggu bagi jama’ah yang akan berangkat menunaikan ibadah haji. Warga Indonesia yang akan melaksanakan Ibadah Haji terpaksa menunggu antara 2 sampai 3 tahun untuk dapat melaksanakan ibadah haji. 

 kisah-haji11.jpg

Untuk masa yang akan datang tampaknya pelaksanaan ibadah haji ini akan semakin sulit, masa menunggu akan semakin lama. Ketika saya melaksanakan ibadah haji tahun 1995 yang lalu saya dapati sebagian besar jemaah yang melakukan ibadah haji, kebanyakan datang  dari kawasan Asia dan Afrika sedikit sekali yang berasal dari Eropa atau Amerika. Saat ini penganut Islam di Eropa dan Amerika mulai tumbuh dengan pesat. Bagaimana jika penganut Islam di Eropa dan Amerika terus meningkat dan jumlahnya sama dengan penganut Islam di Asia dan Afrika, dapat dipastikan jumlah jema’ah haji dunia juga akan meningkat. Daftar tunggu untuk melaksanakan ibadah haji akan menjadi semakin lama,mungkin bisa antara 3 sampai 6 tahun.

Ibadah haji termasuk rukun Islam kelima yang wajib dilakukan oleh  setiap muslim yang mampu dan keadaannya memungkinkan dari segi kesehatan,  kondisi dan keamanan perjalanan. Apakah hikmah yang tersembunyi dibelakang pelaksanaan ibadah haji tersebut? Ibadah haji bermula dari Nabi Ibrahim A.S dan keluarganya. Pelaksanan ibadah haji melambangkan ketaqwaan dan ketaatan yang dilakukan Nabi Ibrahim beserta  keluarganya  yang patut kita teladani.

Kisah Nabi Ibrahim

Dikisahkan nabi Ibrahim beserta  istinya Sarah dan  khadamnya Hajar menetap di tanah Palestina. Mereka hidup rukun beserta pengikutnya yang setia. Namun demikian ada satuhal yang mengganjal hati Nabi Ibrahim beserta istrinya Sarah, mereka  sudah berusia lanjut  namun  belum juga dikaruniai seorang putra yang diharapkan dapat  melanjutkan keturunanya. Sarah mengusulkan kepada Nabi Ibrahim agar ia mengambil Hajar  khadamnya menjadi Istri, mudah mudahan mereka bisa mendapat keturunan dari Hajar.Nabi Ibrahim menerima usulan tersebut, iapun menikahi Hajar.

Dari perkawinannya dengan Hajar lahirlah seorang putra yang diberi nama Ismail. Mereka sekeluarga diliputi kegembiraan demikian pulahalnya dengan Sarah istri pertama nabi Ibrahim. Namun kegembiraan Sarah itu hanya sementara waktu, sebab tak lama kemudian hatinya mulai diserang suatu perasaan yang sulit dibayangkan. Ia merasa cemburu, terhadap Hajar. Hatinya tak kunjung tenang, selalu gelisah, makan dan minum jadi tidak karuan rasanya. Ia tidak tahan melihat kebahagiaan Hajar beserta anaknya.Hal ini disampaikan terus terang oleh Sarah kepada nabi Ibrahim.Ia mengusulkan agar nabi Ibrahim, Hajar beserta anaknya meninggalkannya sendiri, pergi ketempat yang sejauh jauhnya, agar tidak terlihat dan terdengar olehnya sedikitpun. Dengan wahyu dari Ilahi nabi Ibrahim menerima usulan Sarah itu. Nabi Ibrahim membawa Hajar beserta putranya mengembara, mengikuti kemana kaki melangkah, tujuannya hanya pergi sejauh jauhnya dari tempat Hajar bermukim. Setelah sekian lama berjalan sampailah nabi Ibrahim di suatu lembah padang pasir yang sunyi. Ia menerima wahyu agar meninggalkan istrinya Hajar beserta putranya dilembah itu.

Nabi Ibrahim meninggalkan Hajar ditempat itu, padang pasir yang gersang, sunyi tidak ada tumbuh2an maupun manusia seorangpun. Nabi Ibrahim menyampaikan pada Hajar agar ia beserta putranya menetap ditempat itu, sedang ia sendiri akan melanjutkan perjalanan kembali ke Palestina. Hajar terkejut, ia merasa bahwa tempat itu adalah tempat yang sangat tidak layak baginya, apalagi beserta seorang bayi yang masih menyusu. Ia bertanya : “Ya Ibrahim, mengapa engkau meninggalkan kami dilembah yang sunyi ini, lembah yang tidak ditumbuhi tanam tanaman dan tidak pula berpenghuni” . Ibrahim menjawab :” Demikianlah Allah telah memerintahkan padaku”. Hajar menjawab: “Ya Ibrahim, kalau itu adalah perintah Tuhanmu, maka tidak ada jalan lain selain mematuhinya. Allah tidak akan menyia nyiakan kami Dialah sebaik baik pelindung dan sebaik baik penolong”.

Dengan hati yang berat Ibrahimpun melanjutkan perjalanannya meninggalkan  anak dan istrinya dilembah yang tandus, sunyi tidak ada tumbuh tumbuhan dan manusia seorangpun, ia  berdo’a sebagaimana di sebutkan dalam surat Ibrahim ayat 37 :

ibrahim-37.jpg

Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.(Ibrahim 37)

kisah-haji21.jpg

Tempat dimana Hajar dan Ismail ditinggalkan oleh nabi Ibrahim yang dikatakan padang pasir tandus tidak ada tanam tanaman dan tidak pula berpenghuni itu , adalah kota Mekah yang sekarang . Itulah asal mula berdirinya kota Mekah yang sekarang ini.  Hajar dengan bulat bulat menyerahkan dirinya pada Allah. Ia yakin bahwa Allah akan menjamin segala kebutuhannya dilembah yang sunyi itu. Dari hari kehari bekal yang dibawanya mulai menipis, persediaan air dan makanan sudah habis. Hajar terus menunggu ditengah teriknya matahari, dengan perut kosong dan haus yang mendera ia terus berdo’a mengharap datangnya pertolongan Allah baginya.Badan yang semula kuat berangsur mulai lemah, sementara anaknya Ismail yang kehausan menangis dengan suara yang semakin lemah.

Dari jauh ia melihat seolah-olah ada air yang tergenang dibukit Marwah, ia berlari meninggalkan putranya Ismail di bukit Safa. Sesampainya di Marwah ternyata air yang dilihatnya itu tidak ada, ia teringat anaknya dan bergegas kembali ke Safa, didapati anaknya tergeletak lemah, menangis kehausan. Kembali ia lihat diarah bukit Marwah ada air yang tergenang, ia kembali berlari kesana, namun sesampainya di Marwah ternyata air itu tidak ada. Ia bergegas kembali ke Safa menemui putranya Ismail yang tergeletak lemah. Demikian terus ia lakukan sampai tujuh kali, berlari antara Bukit Safa dan Marwah. Kejadian itu terus dikenang oleh semua orang yang melakukan ibadah haji dengan berjalan dan berlari kecil diantara Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali.

Dalam keadaan letih dan hampir putus asa, tiba tiba Hajar melihat pasir dikaki putranya basah dan berair. Ia segera menggali pasir dikaki putranya itu, ternyata semakin banyak air yang keluar. Ia terus menggali, tiba tiba memancarlah air yang jernih dan sejuk, ia terkejut dan berseru : ” Zamzam, zamzam…zamzam…zamzam! yang berarti tenang… tenang.. tenanglah…” Ia segera mereguk air tersebut, menghilangkan rasa haus yang mendera. Di raupnya air tersebut dan diminumkan pada putranya Ismail. Air yang sejuk berlimpah ruah keluar dari pasir yang digalinya itu, menjelma menjadi telaga dengan air yang sejuk dan jernih. Telaga itu kita kenal sampai sekarang sebagai telaga zamzam, yang berada didalam masjidil Haram Makah. Sebagai  sumber air yang tidak pernah kering sampai sekarang memenuhi kebutuhan jemaah haji yang jumlahnya sampai  jutaan orang.Telaga yang muncul ditengah padang pasir yang tandus itu menarik perhatian burung yang terbang diangkasa.

Burung gurunpun ramai datang untuk minum ketempat itu. Musyafir yang sedang berjalan dipadang pasir melihat burung yang terbang berkelompok diangkasa. Mereka yakin ditempat burung itu tentu ada air. Akhirnya rombongan musyafirpun singgah ditempat Hajar dan putranya Ismail tersebut. Lambat laun tempat itu menjadi ramai oleh musyafir yang singgah, diantaranya ada yang bermalam dan  menetap ditempat tersebut. Tempat itu semakin ramai, akhirnya Hajar yang dituakan oleh para musyafir itu kehidupannya semakin baik. Kini ia telah memiliki harta dan binatang ternak yang cukup untuk kehidupannya sehari hari. Tempat itu kini kita kenal dengan nama kota Mekah, tempat berkumpul jutaan manusia setiap tahun untuk  melaksanakan ibadah haji.

 

Penyembelihan yang Agung

Beberapa tahun telah berlalu, Ismailpun mulai menginjak masa  remaja, menjadi seorang pemuda yang sigap dan tangkas. Setiap hari ia menggembalakan ternak dan membantu ibunya Hajar memenuhi kebutuhan sehari hari. Nabi Ibrahim yang sudah lama tidak berjumpa dengan Hajar beserta putranya Ismail mulai merasakan kerinduan. Ia sangat ingin bertemu dengan putra dan istrinya tersebut. Ia pun berangkat dari Palestina menunju lembah Bakkah (Mekah) tempat ia meninggalkan Hajar beserta putranya dahulu.

Ia tercengang tempat yang dahulu sunyi sepi tidak berpenghuni dimana ia meninggalkan istri dan anaknya kini telah ramai dan penuh penduduk. Tidak sulit baginya menemui tempat istri dan anaknya, karena Hajar adalah orang yang dihormati dan dituakan di kota itu.  Ia tidak menemui istri dan anaknya dirumah, ia mendapat penjelasan bahwa istri dan anaknya ada disuatu tempat menggembalakan ternaknya yang berjumlah sangat banyak. Nabi Ibrahim menyusul Hajar dan Ismail ketempat tersebut. Akhirnya ia bertemu dengan  anak dan istrinya disuatu tempat yang dikenal sekarang dengan nama padang Arafah. Mereka berpelukan melepaskan kerinduan, maklum sudah lama sekali mereka berpisah.

Padang Arafah sekarang menjadi tempat wukuf bagi jama’ah haji. Wukuf dipadang Arafah merupakan syarat syahnya ibadah haji. Tidak ada haji bagi orang yang tidak melakukan wukuf dipadang Arafah.

kisah-haji3.jpg

Setelah matahari terbenam sore hari Nabi Ibrahim beserta istri dan anaknya kembali ke Mekah tempat tinggal mereka. Mereka berhenti disuatu tempat yang sekarang di namai Muzdalifah ( dalam qur’an disebut Masy’aril haram) , karena letih mereka tertidur disitu. Dalam tidurnya  Ibrahim bermimpi bahwa Allah memerintahkannya  untuk menyembelih  putranya  Ismail sebagai  Qurban. Setelah terbangun, ia membisikan kepada anaknya Ismail: ” Hai anakku, aku bermimpi diperintahkan Allah untuk menyembelihmu, bagaimana pendapatmu tentang hal itu?”. Ismail menjawab tanpa ragu sedikitpun: ” Wahai ayahku, laksanakanlah apa yang diperintahkan Allah itu insya Allah aku akan tabah menerimanya”. Dialog antara Ibrahim dan putranya Ismail tentang ini di Muzdalifah di abadikan dalam surat  As Shaffat ayat 102 :

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.( As Shaffat 102

Mereka telah sepakat dan bertekad bulat untuk melaksanakan perintah Allah tersebut, walaupun sangat berat. Mereka segera berangkat menuju suatu tempat yang berbukit-bukit yang sekarang dikenal dengan sebutan Mina. Sebelum sampai ditempat itu ditengah jalan mereka bertemu seorang tua yang bertanya :” Hendak kemana kalian hai Ibrahim sepagi ini sudah berada ditempat ini”. Nabi Ibrahim menjelaskan bahwa ia mendapat perintah untuk menyembelih putranya sebagai Qurban. Orang itu menasehati dan mencegah Ibrahim serta putranya dari melaksanakan perintah itu. Ibrahim sadar bahwa orang itu bukanlah manusia tetapi syetan yang menyamar yang berusaha mencegahnya dari melaksanakan perintah Allah. Ia melempari orang itu dengan batu. Tempat kejadian itu sampai sekarang menjadi tempat melempar jumrah yang pertama bagi jemaah haji (jumratul uula). 

Nabi Ibrahim dan Ismail terus melanjutkan perjalanannya, kurang lebih 400 meter dari tempat itu, ia bertemu lagi dengan orang lain untuk kedua kalinya. Orang itupun menanyakan keperluanya, ia menjelaskan maksudnya untuk mengorbankan putranya. Orang itupun menasehati dan mencegahnya dari melakukan perintah Qurban itu. Ibrahimpun sadar bahwa orang itu bukanlah manusia, ia melempari orang itu dengan batu. Tempat kejadian itu sekarang menjadi tempat melempar jumrah yang kedua bagi jamaah haji (jumratul wustho).

Selanjutnya Nabi Ibrahim meneruskan perjalanannya untuk melaksanakan perintah Qurban itu. Kurang lebih 400 meter dari tempat tersebut ia bertemu lagi dengan seorang yang lain. Orang itu menanyakan keperluannya hingga sepagi ini sudah berada ditempat itu. Ibrahim menjelaskan maksudnya untuk mengurbankan putranya Ismail. Kembali orang itu menasehati dan mencegahnya. Ibrahim yang sadar bahwa orang itu bukan manusia , melempari orang itu dengan batu hingga lari terbirit birit. Tempat itu sekarang  menjadi tempat melempar jumrah untuk yang ketiga kalinya bagi jamaah haji (jumratul aqabah). Demikianlah hingga nabi Ibrahim sampai disuatu tempat yang  disebut bukit Malaikat di daerah  Mina, dimana nabi Ibrahim akan melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih leher putranya Ismail.

kisah-haji4.jpg 

Keduanya telah bersiap, Ibrahim telah bersiap dengan pedang yang tajam demikian pula Ismail sudah bersiap merebahkan dirinya diatas sebuah batu yang besar. Ismail mengusulkan kepada ayahnya agar mengikat kedua tangan dan kakinya, dan baju yang melekat ditubuhnya dibuka dan ditutupkan kewajahnya, agar ayahnya tidak terlalu menderita melihat wajahnya pada waktu penyembelihan. Ismailpun mengucapkan salam selamat tinggal kepada ayah dan ibunya. 

Tibalah saatnya untuk melaksanakan penyembelihan itu, baru saja Ismail merebahkan lehernya diatas batu dan Ibrahim telah siap untuk menebaskan pedangnya keleher anaknya itu, tiba tiba dari puncak bukit terdengar suara memanggil namanya:” Hai Ibrahim sungguh engkau telah siap untuk melaksanakan perintah Tuhan dalam mimpimu, Kami akan membalas kamu setimpal dengan ketaatanmu itu ”.

Ibrahim segera menoleh ketempat datangnya suara itu, ia melihat satu Malaikat turun kebawah membawa seekor kibasy yang gemuk dan sehat.  Malaikat itu berkata:” Hai Ibrahim sembelihlah kibasy ini sebagai ganti anakmu Ismail, makanlah dagingnya , jadikanlah hari ini hari raya bagimu berdua, dan sedekahkanlah sebagian dagingnya untuk fakir miskin sebagai qurban” .Darahpun tertumpah diatas batu membasahi bumi, bukan darah Ismail, tapi darah seekor kibasy yang gemuk  dan sehat sebagai ganti Ismail. Begitulah caranya Allah menebus qurban Ibrahim dan Ismail, Allah menebusnya dengan penyembelihan yang Agung.

 kisah-haji5.jpg

Bahkan tidak cukup hanya dengan seekor kibays, setiap tahun umat Islam didunia menebus pengurbanan Ibrahim dan Ismail ini dengan menyembelih ribuan ekor kibasy, unta dan sapi diseluruh dunia sampai hari kiamat kelak.  Kejadian ini diabadikan Allah dalam surat as Shaffat ayat  103-110

 

103- Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya).104- Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim,105- sesungguhnya kamu telah  membenarkan mimpi itu”, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.106- Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.107-  Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.108- Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,109- (yaitu) “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim”.110- Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.(As Shaffat 103-110)

  

Mendirikan Ka’bah

 

Setelah kejadian peristiwa penyembelihan yang agung itu  nabi Ibrahim kembali ke Palestina tempat istrinya Sarah dan putranya Ishak bermukim. Beberapa tahun telah berlalu, pada suatu hari nabi Ibrahim menerima perintah untuk berangkat menemui Ismail di Mekah guna mendirikan rumah Allah disisi telaga zamzam. Ibrahimpun berangkat menuju Mekah. Ia bertemu dengan putranya disisi telaga zamzam. Setelah bercakap-cakap saling melepaskan rindu, Ibrahim membisikan kepada ismail tentang perintah yang diterimanya dari Allah:” Hai anakku, kepadaku telah diperintahkan oleh Allah untuk mendirikan sebuah rumah ibadah ditempat yang agak tinggi itu”. Mendengar perintah itu, nabi ismail segera menundukkan wajahnya tanda tunduk dan taat kepada Allah dan orang tuanya sendiri. 

Segera mereka berdua menuju tempat yang ditunjuk nabi Ibrahim. Mulailah keduanya dengan kedua kaki dan tangannya meratakan dan meninggikan tanah, mengumpulkan batu dan pasir membangun rumah Allah (Baitullah atau Ka’bah). Sambil bekerja mendirikan bangunan rumah Allah tersebut, dengan bersimbah peluh mereka berdua berdo’a sebagaimana disebutkan dalam surat al Baqarah ayat 127-129:

albaqarah127.jpg 

127- Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.128- Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.129- Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(Al Baqarah 127-129)

 

Do’a itu diucapkan sambil berdiri disuatu tempat dekat rumah yang sedang dibangun itu, tempat itulah yang sekarang kita kenal dengan sebutan Maqam Ibrahim. Setiap orang yang melakukan tawaf mengelilingi Ka’bah dianjurkan  untuk melakukan sholat sunah dua rakaat dan berdo’a di Maqam Ibrahim itu, sehingga tempat tersebut menjadi rebutan dan tidak pernah sepi dari orang yang shalat sejak dahulu sampai sekarang bahkan sampai hari kiamat nanti.

kisah-haji6.jpg 

Ibrahim dan Ismail terus bekerja membangun rumah tersebut. Setelah rumah itu hampir selesai ternyata masih dibutuhkan sebuah batu lagi. Akhirnya Ibrahim menemukan sebuah batu yang luar biasa, berwarna hitam mengkilap. Karena gembiranya Ibrahim dan Ismail menciumi batu tersebut sambil berjalan mengelilingi bangunan rumah ibadah tersebut, lalu memasang batu tersebut pada tempat seperti yang sekarang, batu tersebut disebut Hajar Aswad ( Batu Hitam)

Setelah rumah itu selesai Allah mengajarkan kepada Ibrahim dan Ismail cara cara beribadat kepadanya. Ibadah yang diajarkan kepada Ibrahim dan Ismail itulah yang diajarkan oleh para Nabi dan Rasul sesudahnya , juga yang diajarkan nabi Muhammad saw, yaitu  ibadah sholat, puasa, zakat, dan haji, sebagaimana disebutkan dalam surat al Baqarah ayat 125-126:

 

125- Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian  maqam Ibrahim tempat salat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang iktikaf, yang rukuk dan yang sujud”.

126- Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafir pun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”. (Al Baqarah 125-126)

 Selanjutnya Allah memerintahkan kepada nabi Ibrahim untuk menyeru manusia mengerjakan ibadah haji ke Baitullah yang telah dibangun Ibrahim beserta Ismail itu sebagaimana disebutkan dalam surat al haj ayat 25-26:

 

26- Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): “Janganlah kamu memperserikatkan sesuatu pun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang tawaf, dan orang-orang yang beribadah dan orang-orang yang rukuk dan sujud.

27- Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai  unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, 

28- supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa  binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir. ( Al Hajj 26-28) 

Apa yang dialami nabi  Ibrahim dan Ismail  mulai dari peristiwa Ibrahim meninggalkan putranya di Mekah . Hajar yang berlari kecil antara Safa dan Marwah untuk mendapatkan air bagi putranya Ismail. Peristiwa pertemuan Ibrahim dan Ismail di padang Arafah, bermalam di Muzdalifah, melempar syetan yang mencegah pengorbanan Ibrahim dan Ismail, peristiwa penyembelihan yang agung , membangun Ka’bah dan tawaf mengelilingi Ka’bah semua itu diabadikan dalam pelaksanaan Ibadah Haji sampai sekarang dan akan terus dilakukan oleh kaum Muslimin sampai hari Kiamat nanti.

Allah telah mengabulkan do’a nabi Ibrahim tatkala ia meninggalkan istrinya Hajar dan putranya Ismail di lembah tandus, yang tiada  bertanam tanaman  dan berpenghuni. Kini lembah gersang dan sunyi itu telah menjadi kota Makah yang tidak pernah sepi dari kunjungan manusia. Kabah yang dibangun nabi Ibrahim dan nabi Ismail setiap saat dikunjungi orang dari segala penjuru dunia. Selalu ada orang yang tawaf dan sholat ditempat itu setiap saat. Setiap tahun tempat itu dikunjungi jutaan umat manusia untuk melakukan ibadah haji sebagaimana yang telah diajarkan Allah kepada nabi Ibrahim.

kisah-haji7.jpg

Pelajaran dari kisah nabi  Ibrahim dan Ismail

Dalam kisah Ibrahim dan Ismail diatas ada pelajaran berharga bagi orang Mukmin yang mau mengambil pelajaran. Ada beberapa pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah nabi Ibrahim dan Ismail yang menjadi dasar bagi pelaksanaan ibadah Haji tersebut diatas antara lain:

  1. Ibrahim adalah orang yang patuh pada Allah, ia patuh menjalankan semua perintah Allah betapapun beratnya. Kepatuhan ini dikuti pula oleh istri dan anaknya  Hajar serta Ismail.  
  2. Apa yang diperintahkan Allah kepada kita seperti shalat, puasa, zakat, haji, membaca Qur’an, sedekah, Dzikir, Tasbih, belumlah seberat apa yang diperintahkan dan dilaksanakan Ibrahim seperti meninggalkan anak dan Istrinya dilembah yang tandus, gersang dan tidak berpenghuni serta melakukan pengorbanan dengan menyembelih putranya Ismail.  
  3. Apa yang dilakukan nabi Ibrahim dan keluarganya adalah  suri teladan bagi orang yang mau mendekatkan dirinya pada Allah. Seberat apapun perintah yang diberikan Allah kepada kita, kalau kita patuh dan sabar menjalankannya, Allah pasti akan memberikan balasan yang berlipat ganda. Ibadah haji dan kemakmuran yang diberikan Allah pada kota Makah dewasa ini adalah buah dari ketakwaan dan kepatuhan nabi Ibrahim dalam menjalankan perintah Allah.  
  4. Kehidupan orang ber-Iman adalah kehidupan jangka panjang, yang tidak mengenal akhir waktu. Sabar dan tawakkal menghadapi kesulitan dan cobaan Allah pada saat ini pasti akan berbuah manis dimasa yang akan datang. Mereka selalu memperhitungkan semua tindakan dan perbuatannya, mereka sadar bahwa kelak mereka akan dimintai pertanggungan jawab atas semua perbuatannya di akhirat. Kehidupan orang yang tidak ber-Iman adalah kehidupan jangka pendek, mereka hanya hidup untuk dunia saja. Mereka menganggap ujian dan cobaan di dunia sebagai azab. Mereka berusaha membebaskan diri dari berbagai cobaan dan ujian itu dengan menghalalkan segala cara, mereka tidak peduli dengan akibat buruk  yang akan mereka terima dimasa yang akan datang, sebagai akibat amalan dan perbuatan mereka selama ini. Mereka tidak takut bahwa mereka akan dimintai pertanggungan njawab atas apa saja yang telah mereka perbuat di dunia ini. 
  5. Mari kita contoh ketaatan dan kepatuhan nabi Ibrahim dan keluarganya tersebut, kalau kita sanggup meniru ketakwaan dan kepatuhan nabi Ibrahim maka tidak ada masalah dan problem didunia ini yang dapat menghancurkan dan merusakan kita. Sekarang memang pahit dan berat, tapi dimasa yang akan datang Allah pasti akan membalasi kesabaran kita dengan kebaikan yang berlipat ganda, Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya. 

kisah-haji8.jpg

Dilembah sunyi dan gersang tanpa tumbuh tumbuhan  dan manusia itu, kini telah berdiri Masjidil Haram yang dikunjungi jutaan umat manusia setiap tahun untuk melaksanakan ibadah haji. Itulah  buah ketakwaan dan kepatuhan nabi Ibrahim yang patut kita teladani. 

 

 

6 thoughts on “KISAH HIKMAH DIBALIK IBADAH HAJI”
  1. Bagus, tapi ada beberapa yg hrs diluruskan. Ibrahim dan Ismail (As) meninggikan (membina) dan bukan membangun. Bahkan ada suatu kisah dimana nabi Ibrahim ketika berusaha mencongkel pondasi (dari sebentuk tulang yang besar2) terjadi gempa kemudian turun firman Allah tentang itu. Jadi ketika Siti Hajar dan Ismail As ditinggal oleh nabi Ibrahim As disitu sudah ada ka’bah yg ayatnya sudah anda sertakan (lihat kisah kejadian awal manusia). HAJAR ASWAD saat baru ditemukan konon kabarnya berwarna jernih dan mengeluarkan cahaya, yang bener mana?

  2. Alhamdulillah saya banyak mendapat ilmu dan In Shaa Allah tulisan Bapak akan saya muat di Koran Populer POS BANDUNG, media dakwah yag saya terbitkan. Diedarkan secara cuma cuma, sementara tervit dua kaki sebulan Jumat II – IV setiap bulannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *