Oleh Fadhil ZA

mekkah 3

Istilah Iman, Islam, Kafir, Munafik dan Musyrik seperti tersebut diatas sangat akrab dengan telinga kita. Namun tidak semua orang paham apa yang dimaksud dengan kata kata tersebut diatas. Apa perbedaan dari kata kata atau istilah  tersebut tidak banyak yang memahaminya dengan benar. Kadangkala seseorang sangat mudah menuduh seseorang kafir, munafik atau musyrik.

ISLAM

Islam sering disebutkan sebagai agama yang dianut oleh kaum muslimin. Islam adalah agama yang diridhoi oleh Allah sebagaimana disebutkan dalam surat   Ali Imran 19 dan al  Baqarah 85:

19. Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (Ali Imran 19)

85. Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi (Ali Imran 85)

Seseorang yang percaya pada Allah dan kehidupan akhirat serta percaya  nabi Muhammad sebagai utusanNya , kemudian dia mengucapkan ikrar dua kalimah sahadat maka dia sudah disebut sebagai seorang Islam atau Muslim. Rukun Islam ada lima yaitu :

  1. Mengucapkaan dua kalimah sahadat
  2. Mengerjakan shalat lima waktu
  3. Menunaikan zakat
  4. Puasa pada bulan ramadhan
  5. Melakukan ibadah haji bagi yang mampu.

Itulah beberapa kewajiban yang harus dilakukan oleh mereka yang beragama Islam. Walaupun mereka belum mengerjakan kewajiban yang lainnya tapi kalau mereka sudah mengucapkan sahadat maka mereka sudah bisa dikatakan sebagai penganut Islam.  Kelalaian mereka melaksanakan ibadah shalat, zakat, puasa dan haji tidak menggugurkan keislaman mereka.

Mereka baru dinyatakan keluar dari Islam jika mereka membatalkan sahadat mereka dengan menyatakan tidak percaya pada Allah , kehidupan akhirat dan  Nabi Muhammad sebagai utusannya. Allah mengingatkan dalam surat An Nisa’ 94 agar jangan seenaknya menuding seseorang bukan Islam, kemudinja membunuh mereka

94. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam” kepadamu: “Kamu bukan seorang mukmin” (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (An Nisa’ 94)

Memang sebagai konsekwensi dari hal tersebut diatas  , kita banyak menemui mereka yang mengaku Islam tapi tidak menunaikan kewajiban sebagai umat Islam. Mereka dikenal sebagai Islam KTP mereka mengucapkan sahadat ketika disunat dan nikah saja. Mereka tidak mengerjakan shalat, zakat, puasa dan haji secara benar. Mereka adalah umat islam yang masih membutuhkan bimbingan, kita tidak bisa langsung memvonis mereka sebagai orang kafir atau bukan muslim, seperti yang diingatkan Allah dalam surat An Nisa’ diatas.

Mereka yang memeluk Islam hanya dengan sekedar mengucapkan dua kalimah sahadat kemudian tidak mau belajar mendalami Islam dengan benar, amat rawan disusupi pemahaman yang keliru tentang Islam. Bahkan diantaranya ada yang jatuh menjadi orang Munafik atau Musyrik.

Islam itu diawali dengan mengucapkan dua kalimat sahadat, jika tidak dilanjutkan dengan belajar secara benar tentang Islam, Al Qur’an dan As Sunah orang tersebut bisa terjebak menjadi orang Musyrik atau Munafik. Untuk menjadi orang yang beriman mereka harus menjalani ujian terus menerus sehingga Iman mereka meningkat. Jika mereka gagal , menempuh ujian itu bisa saja mereka jatuh jadi orang Munafik, Musyriki atau bahkan kembali jadi Kafir

 

IMAN

Memang tidak sama antara orang yang mengaku Islam dengan orang yang beriman, ini ditegaskan Allah dalam surat Al Hujurat ayat 14 :

14. Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman.” Katakanlah: “Kamu belum beriman, tapi katakanlah ‘kami telah tunduk’ (islam), karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Al Hajurat 14)

Orang yang beriman adalah orang yang sudah menjalankan rukun Islam secara penuh. Mereka tidak pernah ,meninggalkan shalat, zakat, puasa pada bulan Ramadhan dan ibadah haji (jika mampu) . Derajat keImanan seseorang disisi Allah bertingkat tingkat, ada yang lemah , kuat dan amat kuat . Derajat Iman diperoleh dengan melalui berbagai ujian yang diberikan Allah sepanjang hidupnya. Allah menguji setiap orang yang beriman dengan kejadian yang buruk dan yang baik sebagaimana disebutkan dalam surat al Anbiya ayat 35

35. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (Al Anbiaya’ 35)

Orang yang beriman akan bersabar dan ikhlas ketika diuji dengan kejadian yang buruk, dan bersyukur ketika diuji dengan kejadian yang baik. Mereka memiliki keyakinan yang teguh pada Allah dan selalu bertawakkal dan berserah diri padaNya. Keyakinan, keiklasan dan ketawakalan mereka pada Allah sudah teruji  Mereka tidak goncang karena musibah dan bencana, mereka tidak sombong dan takabbur ketika mendapat rahmat dan karunia Allah.

Bagi mereka yang beriman pada Allah kejadian buruk dan baik sama saja , karena kedua kejadian itu adalah ujian dari Allah untuk meningkatkan tingkat dan derajat keimanan mereka disisi Allah. Mereka yang sudah lulus dalam menempuh berbagai ujian dari Allah akan mendapat derajat Al Muqorobun yaitu mereka yang dekat disisi Allah sebagaimana disebutkan dalam surat Al Waqiah 11-14 :

11. Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah   12. Berada dalam jannah kenikmatan.  13. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu  14. dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian (Al Waqiah 11-14)

Mereka yang mencapai derajat al Muqorrobun ini amatlah sedikit. Kebanyakan orang orang dahulu dan sedikit sekali orang diakhir zaman ini.

Dasar dasar keimanan  atau rukun Iman dalam ajaran Islam ada 6 yaitu:

  1. Iman pada Allah
  2. Iman kepada para Nabi dan Rasul
  3. Iman kepada para Malaikat
  4. Iman kepada kitab yang diturunkan pada Rasulullah dan yang sebelumnya
  5. Iman pada kehidupan akhirat
  6. Iman pada Qodo’ dan qodar

Butir 1  sampai 5 disebutklan dalam surat An Nisa’ ayat 136:

136. Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (An Nisa’136)

Sedangkan butir 6 yaitu iman pada qodo’ dan qodar (takdir buruk dan baik) disebutkan dalam surat Al Hadit ayat 22-23:

22. Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah23. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri (Al Hadit 22-23)

 Dasar Iman dan Islam juga disebutkan dalam Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:

” Pada suatu hari, Rasulullah saw. muncul di antara kaum muslimin.

Lalu datang seorang laki-laki dan bertanya: Wahai Rasulullah, apakah Iman itu?

Rasulullah saw. menjawab: Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, rasul-rasul-Nya dan kepada hari berbangkit.

Orang itu bertanya lagi: Wahai Rasulullah, apakah Islam itu?

Rasulullah saw. menjawab: Islam adalah engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, mendirikan solat fardu, menunaikan zakat wajib dan berpuasa di bulan Ramadan.

Orang itu kembali bertanya: Wahai Rasulullah, apakah Ihsan itu?

Rasulullah saw. menjawab: Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia selalu melihatmu.

Orang itu bertanya lagi: Wahai Rasulullah, kapankah hari kiamat itu?

Rasulullah saw. menjawab: Orang yang ditanya mengenai masalah ini tidak lebih tahu dari orang yang bertanya. Tetapi akan aku ceritakan tanda-tandanya; Apabila budak perempuan melahirkan anak tuannya, maka itulah satu di antara tandanya. Apabila orang yang miskin papa menjadi pemimpin manusia, maka itu tarmasuk di antara tandanya. Apabila para penggembala domba saling bermegah-megahan dengan gedung. Itulah sebagian dari tanda-tandanya yang lima, yang hanya diketahui oleh Allah.

Kemudian Rasulullah saw. membaca firman Allah Taala: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Kemudian orang itu berlalu, maka Rasulullah saw. bersabda: Panggillah ia kembali! Para sahabat beranjak hendak memanggilnya, tetapi mereka tidak melihat seorang pun. Rasulullah saw. bersabda: Ia adalah Jibril, ia datang untuk mengajarkan manusia masalah agama mereka. (Kitab Sahih Muslim )

Keyakinan seseorang tentang Iman pada Allah, Nabi dan Rasul, Malaikat, kitab serta qodo’ dan qadar akan diuji oleh Allah dengan berbagai kejadian buruk dan baik yang dialaminya sepanjang hidup mereka.

 KAFIR

Kafir adalah sebutan yang diberikan pada orang yang tidak percaya pada Allah dan kehidupan akhirat serta tidak mengakui kedudukan Nabi Muhammad sebagai Rasul utusan Allah. Mereka ini jumlahnya amat banyak bahkan hampir sebagian besar dari penduduk bumi ini. Dari sekitar 7 milyar penduduk bumi ini yang mengaku sebagai penganut Islam hanya 20 % sekitar 1,5 milyar saja.

80 % penduduk bumi ini tidak percaya pada Allah, kehidupan akhirat dan Muhammad sebagai Rasululullah, mereka itulah yang disebut sebagai orang yang kafir.

Pemeluk agama kristen atau nasrani yang menyatakan Yesus dan ruhul qudus sebagai satu kesatuan dengan Allah (trinitas ) dengan tegas dinyatakan dalam Qur’an sebagai orang yang kafir, sebagaimana disebutkan dalam surat Al Maidah ayat 72 :

72. Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu.” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun (Al Maidah 72)

Demikian pula para penyembah berhala (tuhan selain Allah) , yang tidak percaya pada kehidupan akhirat dan tidak mengakui nabi Muhammad sebagai Rasul atau utusan  Allah, seperti para penganut Hindu, Budha, Shinto, Majusi, Atheis dan lain sebagainya mereka dikelompokan sebagai orang yang Kafir.

Dalam syari’at Islam, yang dimaksud dengan orang kafir sebenarnya dibedakan menjadi empat kelompok:

1. Kafir Dzimmy, yaitu orang kafir yang membayar jizyah (upeti) yang dipungut tiap tahun sebagai imbalan bolehnya mereka tinggal di negeri kaum muslimin. Kafir seperti ini tidak boleh “diganggu” selama ia masih menaati peraturan-peraturan yang dikenakan kepada mereka. Banyak dalil yang menunjukkan hal tersebut diantaranya firman Allah Al-‘Aziz Al-Hakim:

 “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan shogirun (hina, rendah, patuh)”.  (QS. At-Taubah: 29).

 Dan dalam hadits Buraidah riwayat Muslim Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa salllam bersabda:

“Adalah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa salllam apabila beliau mengangkat amir/pimpinan pasukan beliau memberikan wasiat khusus untuknya supaya bertakwa kepada Allah dan (wasiat pada) orang-orang yang bersamanya dengan kebaikan. Kemudian beliau berkata : “Berperanglah kalian di jalan Allah dengan nama Allah, bunuhlah siapa yang kafir kepada Allah, berperanglah kalian dan jangan mencuri harta rampasan perang dan janganlah mengkhianati janji dan janganlah melakukan tamtsil (mencincang atau merusak mayat) dan janganlah membunuh anak kecil dan apabila engkau berjumpa dengan musuhmu dari kaum musyrikin dakwailah mereka kepada tiga perkara, apa saja yang mereka jawab dari tiga perkara itu maka terimalah dari mereka dan tahanlah (tangan) terhadap mereka ; serulah mereka kepada Islam apabila mereka menerima maka terimalah dari mereka dan tahanlah (tangan) terhadap mereka, apabila mereka menolak maka mintalah jizyah (upeti) dari mereka dan apabila mereka memberi maka terimalah dari mereka dan tahanlah (tangan) terhadap mereka, apabila mereka menolak maka mintalah pertolongan kepada Allah kemudian perangi mereka”.

Dan dalam hadits Al-Mughiroh bin Syu’bah riwayat Bukhary beliau berkata:

“Kami diperintah oleh Rasul Rabb kami shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam untuk memerangi kalian sampai kalian menyembah Allah satu-satunya atau kalian membayar Jizyah”.

2.  Kafir Mu’ahad, yaitu orang-orang kafir yang telah terjadi kesepakatan antara mereka dan kaum muslimin untuk tidak berperang dalam kurun waktu yang telah disepakati. Dan kafir seperti ini juga tidak boleh diganggu sepanjang mereka menjalankan kesepakatan yang telah dibuat. Allah Jalla Dzikruhu berfirman:

“Maka selama mereka berlaku istiqomah terhadap kalian, hendaklah kalian berlaku istiqomah (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa”. (QS. At-Taubah : 7).

Kecuali orang-orang musyrikin yang kalian telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi dari kalian sesuatu pun (dari isi perjanjian) dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kalian, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa”. ( At-Taubah : 4).

dan Allah Jallat ‘Azhomatuhu menegaskan dalam firman-Nya:

Jika mereka merusak sumpah (janji) nya sesudah mereka berjanji, dan mereka mencerca agama kalian, maka perangilah pemimpin-pemimpin kekafiran itu, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang tidak dapat dipegang janjinya, agar supaya mereka berhenti”.  (QS. At-Taubah : 12).

Dan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam bersabda dalam hadits ‘Abdullah bin ‘Amr riwayat Bukhary:

“Siapa yang membunuh kafir Mu’ahad ia tidak akan mencium bau surga dan sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan empat puluh tahun”.

3. Kafir Musta’man, yaitu orang kafir yang mendapat jaminan keamanan dari kaum muslimin atau sebagian kaum muslimin. Kafir jenis ini juga tidak boleh “diganggu” sepanjang masih berada dalam jaminan keamanan.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

Dan jika seorang di antara kaum musyrikin meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia agar ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui”. (QS. At-Taubah : 6).

 Dan dalam hadits ‘Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam menegaskan:

“Dzimmah (janji, jaminan keamanan dan tanggung jawab) kaum muslimin itu satu, diusahakan oleh orang yang paling bawah (sekalipun)”.   [HR. Bukhary-Muslim].

Berkata Imam An-Nawawy rahimahullah : “Yang diinginkan dengan Dzimmah di sini adalah Aman (jaminam keamanan). Maknanya bahwa Aman kaum muslimin kepada orang kafir itu adalah sah (diakui), maka siapa yang diberikan kepadanya Aman dari seorang muslim maka haram atas (muslim) yang lainnya mengganggunya sepanjang ia masih berada dalam Amannya”.

Dan dalam hadits Ummu Hani` riwayat Bukhary beliau berkata:

“Wahai Rasulullah anak ibuku (yaitu ‘Ali bin Abi Tholib-pen.) menyangka bahwa ia boleh membunuh orang yang telah saya lindungi (yaitu) si Fulan bin Hubairah. Maka Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa salllam bersabda : “Kami telah lindungi orang yang engkau lindungi wahai Ummu Hani`”.

4. Kafir Harby, yaitu kafir yang secara terang-terangan (atau sembunyi-sembunyi) memusuhi Islam, melakukan kejahatan-kejahatan melawan Islam dan tindakan-tindakan lain yang patut dianggap “menyerang” Islam. Jika kepada 3 kelompok kafir di atas Allah memerintahkan setiap Muslim untuk senantiasa menunjukkan rasa hormat, bahkan ikut melindungi kerselamatan mereka, maka kafir jenis yang terakhir inilah yang wajib diperangi menurut ketentuan yang telah digariskan dalam syari’at Islam.

Demikianlah pembagian orang kafir menurut para ulama seperti syeikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’iy, syeikh Ibnu ‘Utsaimin, ‘Abdullah Al-Bassam dan lain-lainnya. Wallahul Musta’an.

 MUNAFIK .

Kelompok orang munafik ini justru adanya ditengah umat Islam, mereka beriman pada Allah dan kehidupan akhirat. Mereka juga mengucapka ikrar dua kalimah sahadat. Namun hatinya selalu dalam kebimbangan antara iman dan tidak . Didepan orang yang beriman mereka menunjukan keimanannanya, namun ketika berada ditengah orang kafir mereka juga menyatakan kekafirannya. Ditengah orang kafir mereka mengatakan bahwa mereka hanya pura pura beriman.

Ketika  Rasulullah masih hidup beliau cukup repot menghadapi kelompok mereka ini . Sehingga Rasulullah pernah memerintahkan untuk menghacurkan sebuah masjid yang dibangun oleh orang munafik untuk  melemahkan perjuangan Rasulullah sebagaimana disebutkan dalam surat At Taubah 107-108.

107. Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka Sesungguhnya bersumpah: “Kami tidak menghendaki selain kebaikan.” Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya)    108. Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguh- nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.(At Taubah 107-108)

Salah satu tokoh munafik yang sering jadi provokator dan menimbulkan kekacauan ditengah kaum muslimin dizaman Rasulullah adalah Abdullah bin ubay. Rasulullah tetap menyolatkan jenazah Abdulllah bin ubay atas permintaan putra beliau yang dekat dengan Rasulullah, walaupun ketika itu Umar bin khatab sempat memprotesnya .

Rasulullah menjelaskan pada Umar bin khatab : “Sesungguhnya Allah SWT memberikan kepadaku dua pilihan kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja). Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampunan kepada mereka. Yang demikian itu adalah karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (QS at-Taubah:80) Dan saya akan menambahnya lebih dari tujuh puluh kali.

Umar berkata: “Sesungguhnya dia itu orang munafiq”. Setelah Rasulullah saw menshalatkannya, barulah turun ayat: “Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam Keadaan fasik. (QS. At-Taubah:84)

Kita bisa mengenal orang munafik  ini dari ciri ciri yang tampak pada orang itu , beberpa tanda mereka seperti berikut ini

1. Dusta

Hadith Rasulullah yang diriwayatkan Imam Ahmad Musnad dengan sanad Jayid: “Celaka baginya, celaka baginya, celaka baginya. Yaitu seseorang yang berdusta agar orang-orang tertawa.” Di dalam kitab Shahihain (Shahih Bukhari dan Muslim), Rasulullah SAW bersabda: “Tanda orang munafik ada tiga, salah satunya adalah jika berbicara dia dusta.”

 2. Khianat

Sabda Rasulullah SAW: “Dan apabila berjanji, dia berkhianat.” Barangsiapa memberikan janji kepada seseorang, atau kepada isterinya, anaknya, sahabatnya, atau kepada seseorang dengan mudah kemudian dia mengkhianati janji tersebut tanpa ada sebab uzur syar’i maka telah melekat pada dirinya salah satu tanda kemunafikan.

3. Fujur Dalam Pertikaian

Sabda Rasulullah SAW: “Dan apabila bertengkar (bertikai), dia melampau batas.”

4. Ingkar Janji

Sabda Rasulullah SAW: “Tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara dia dusta, jika berjanji dia ingkar, dan jika dipercaya (diberi amanat) dia berkhianat.” (HR. Bukhari Muslim)

5. Malas Beribadah

Firman Allah SWT: “Dan apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka berdiri dengan malas.” (An-Nisa’: 142) . Jika orang munafik pergi ke masjid atau surau, dia menyeret kakinya seakan-akan terbelenggu rantai. Oleh kerana itu, ketika sampai di dalam masjid atau surau dia memilih duduk di shaf yang paling akhir. Dia tidak mengetahui apa yang dibaca imam dalam sholat, apalagi untuk menyemak dan menghayatinya.

6. Riya

Di hadapan manusia dia sholat dengan khusyuk tetapi ketika seorang diri, dia mempercepatkan sholatnya. apabila bersama orang lain dalam suatu majlis, dia tampak zuhud dan berakhlak baik, demikian juga pembicaraannya. Namun, jika dia seorang diri, dia akan melanggar hal-hal yang diharamkan oleh Allah SWT.

7. Sedikit Berzikir

Firman Allah SWT: “Dan apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan sholat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah SWT kecuali sedikit sekali.” (An-Nisa’: 142) .

8. Mempercepat Sholat

Mereka (orang-orang munafik) adalah orang yang mempercepatkan sholat tanpa ada rasa khusyuk sedikit pun. Tidak ada ketenangan dalam mengerjakannya, dan hanya sedikit mengingat Allah SWT di dalamnya. Fikiran dan hatinya tidak menyatu. Dia tidak menghadirkan keagungan, kehebatan, dan kebesaran Allah SWT dalam sholatnya. Hadith Nabi SAW: “Itulah sholat orang munafik, … lalu mempercepat empat rakaat (sholatnya)”

 9. Mencela Orang-Orang Yang Taat Dan Soleh

Mereka melecehkan orang-orang yang Taat dengan ungkapan yang mengandung cemo’ohan dan celaan. Oleh kerananya, dalam setiap majlis pertemuan sering kali kita temui orang munafik yang hanya memperbincangkan sepak terjang orang-orang soleh dan orang-orang yang konsisten terhadap Al-Quran dan As-Sunnah. Baginya seakan-akan tidak ada yang lebih penting dan menarik selain memperolok-olok orang-orang yang Taat kepada Allah SWT

10. Mengolok-Olok Al-Quran, As-Sunnah, Dan Rasulullah SAW

Termasuk dalam kategori Istihzaa’ (berolok-olok) adalah memperolok-olok hal-hal yang disunnah Rasulullah SAW dan amalan-amalan lainnya. Orang yang suka memperolok-olok dengan sengaja hal-hal seperti itu, jatuh Kafir. Firman Allah SWT: “Katakanlah, Apakah dengan Allah SWT, Ayat-Ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?’ Tidak usah kamu minta maaf, kerana kamu kafir sesudah beriman.” (At-Taubah: 65-66)

 

11. Bersumpah Palsu

Firman Allah SWT: “Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai.” (Al-Munafiqun: 2 & Al-Mujadilah: 16). Jika seseorang menanyakan kepada orang munafik tentang sesuatu, dia langsung bersumpah. Apa yang diucapkan orang munafik semata-mata untuk menutupi kedustaannya. Dia selalu mengumpat dan memfitnah orang lain. Maka jika seseorang itu menegurnya, dia segera mengelak dengan sumpahnya: “Demi Allah, sebenarnya kamu adalah orang yang paling aku sukai. Demi Allah, sesungguhnya kamu adalah sahabatku.”

12. Enggan Berinfak

Orang-orang munafik memang selalu menghindari hal-hal yang menuntut pengorbanan, baik berupa harta maupun jiwa. Apabila menjumpai mereka berinfak, bersedekah, dan mendermakan hartanya, mereka lakukan kerana riya’ dan sum’ah. Mereka enggan bersedekah, kerana pada hakikatnya, mereka tidak menghendaki pengorbanan harta, apalagi jiwa.

 13. Tidak Menghiraukan Nasib Sesama Kaum Muslimin

Mereka selalu menciptakan kelemahan-kelemahan dalam barisan muslimin. Inilah yang disebut At Takhdzil. iaitu, sikap meremehkan, menakut-nakuti, dan membiarkan kaum muslimin. Orang munafik berpendapat bahawa orang-orang kafir lebih kuat daripada kaum muslimin.

 14. Suka Menyebarkan Khabar Dusta

Orang munafik senang memperbesar peristiwa atau kejadian. Jika ada orang yang tergelincir lisannya secara tidak sengaja, maka datanglah si munafik dan memperbesarkannya dalam majelis-majelis pertemuan. “Apa kalian tidak mendengar apa yang telah dikatakan si fulan itu?” Lalu, dia pun menirukan kesalahan tersebut. Padahal, dia sendiri mengetahui bahawa orang itu mempunyai banyak kebaikan dan keutamaan, akan tetapi si munafik itu tidak akan mahu mengungkapkannya kepada masyarakat.

15. Mengingkari Takdir

Orang munafik selalu membantah dan tidak redha dengan takdir Allah SWT. Oleh kerananya, apabila ditimpa musibah, dia mengatakan: “Bagaimana ini. Seandainya saya berbuat begini, niscaya akan menjadi begini.” Dia pun selalu mengeluh kepada sesama manusia. Sungguh, dia telah mengkufuri dan mengingkari Qadha dan Takdir.

16. Mencaci Maki Kehormatan Orang-Orang Soleh

Apabila orang munafik membelakangi orang-orang soleh, dia akan mencaci maki, menjelek-jelekkan, mengumpat, dan menjatuhkan kehormatan mereka di majlis-majlis pertemuan. Firman Allah SWT: “Mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan.” (Al-Ahzab: 19)

 17. Sering Meninggalkan Sholat Berjamaah

Apabila seseorang itu segar, kuat, mempunyai waktu luang, dan tidak memiliki uzur say’i, namun tidak mahu mendatangi masjid/surau ketika mendengar panggilan azan, maka saksikanlah dia sebagai orang munafik.

18. Membuat Kerusakan Di Muka Bumi Dengan Dalih Mengadakan Perbaikan

Firman Allah SWT: “Dan apabila dikatakan kepada mereka: janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan kebaikan.’ Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (Al-Baqarah: 11-12).

19. Tidak Sesuai Antara Zahir Dengan Bathin

Secara Zahir mereka membenarkan bahawa Nabi Muhammad SAW adalah Rasul Allah, tetapi di dalam hati mereka, Allah telah mendustakan kesaksian mereka. Sesungguhnya, kesaksian yang tampak benar secara Zahir itulah yang menyebabkan Mereka masuk ke dalam Neraka. Penampilan zahirnya bagus dan mempesona, tetapi di dalam batinnya terselubung niat busuk dan menghancurkan. Di luar dia menampakkan kekhusyukan, sedangkan di dalam hatinya ia main-main.

 20. Takut Terhadap Kejadian Apa Saja

Orang-orang munafik selalu diliputi rasa takut. Jiwanya selalu tidak tenang, keinginannya hanya selalu mendambakan kehidupan yang tenang dan damai tanpa disibukkan oleh persoalan-persoalan hidup apapun. Dia selalu berharap: “Tinggalkan dan biarkanlah kami dengan keadaan kami ini, semoga Allah memberikan nikmat ini kepada kami. Kami tidak ingin keadaan kami berubah.” Padahal, keadaannya tidaklah lebih baik.

21. Beruzur Dengan Dalih Dusta

Firman Allah SWT: “Di antara mereka ada orang yang berkata: ‘Berilah saya izin (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus ke dalam fitnah.’ Ketahuilah bahawa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Neraka Jahanam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir.” (At-Taubah: 49)

22. Menyuruh Kemungkaran Dan Mencegah Kemakrufan

Mereka (orang munafik) menginginkan agar perbuatan keji tersiar di kalangan orang-orang beriman. Mereka menggembar-gemburkan tentang kemerdekaan wanita, persamaan hak, penanggalan hijab/jilbab. Mereka juga berusaha memasyarakatkan nyanyian dan konsert, menyebarkan majalah-majalah porno (semi-porno) dan narkotik.

 23. Bakhil

Orang-orang munafik sangat bakhil dalam masalah-masalah kebajikan. Mereka menggenggam tangan mereka dan tidak mahu bersedekah atau menginfakkan sebahagian harta mereka untuk kebaikan, padahal mereka orang yang mampu dan berkecukupan.

24. Lupa Kepada Allah SWT

Segala sesuatu selalu mereka ingat, kecuali Allah SWT. Oleh sebab itu, mereka senantiasa ingat kepada keluarganya, anak-anaknya, lagu-lagu, berbagai keinginan, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan duniawi. Dalam fikiran dan batin mereka tidak pernah terlintas untuk mengingat (dzikir) Allah SWT, kecuali sebagai tipuan semata-mata.

25. Mendustakan Janji Allah SWT Dan Rasul-Nya

Firman Allah SWT: “Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata: ‘Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami selain tipu daya.” (Al-Ahzab: 12).

26. Lebih Memperhatikan Zahir, Mengabaikan Bathin

Orang munafik lebih mementingkan zahir dengan mengabaikan yang batin, tidak menegakkan sholat, tidak merasa diawasi Allah SWT, dan tidak mengenal zikir. Pada zahirnya, pakaian mereka demikian bagus menarik, tetapi batin mereka kosong, rusak dan lain sebaginya.

27. Sombong Dalam Berbicara

Orang-orang munafik selalu sombong dan angkuh dalam berbicara. Mereka banyak omomg dan suka memfasih-fasihkan ucapan. Setiap kali berbicara, mereka akan selalu mengawalinya dengan ungkapan menakjubkan yang meyakinkan agar tampak seperti orang hebat, mulia, berwawasan luas, mengerti, berakal, dan berpendidikan. Padahal, pada hakikatnya dia tidak memiliki kemampuan apapun. Sama sekali tidak memiliki ilmu bahkan bodoh.

28. Tidak Memahami Ad Din

Di antara “keistimewaan” orang-orang munafik adalah: mereka sama sekali tidak memahami masalah-masalah agama. Dia tahu bagaimana mengenderai mobil dan mengerti perihal mesinnya. Dia juga mengetahui hal-hal remeh dan pengetahuan-pengetahuan yang tidak pernah memberi manfaat kepadanya meski juga tidak mendatangkan mudharat baginya. Akan tetapi, apabila menghadapi untuk berdialog (bertanya tentang persoalan-persoalan Ad Din (Islam)), dia sama sekali tidak boleh menjawab.

29. Bersembunyi Dari Manusia Dan Menentang Allah Dengan Perbuatan Dosa

Orang munafik menganggap ringan perkara-perkara terhadap Allah SWT, menentang-Nya dengan melakukan berbagai kemungkaran dan kemaksiatan secara sembunyi-sembunyi. Akan tetapi, ketika dia berada di tengah-tengah manusia dia menunjukkan sebaliknya: berpura-pura taat.

Firman Allah SWT: “Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahsia yang Allah tidak ridhoi.” (An-Nisa’: 108)

30. Senang Melihat Orang Lain Susah, Susah Bila Melihat Orang lain Senang

Orang munafik apabila mendengar berita bahawa seorang ulama yang soleh tertimpa suatu musibah, dia pun menyebarluaskan berita duka itu kepada masyarakat sambil menampakkan kesedihannya dan berkata: “Hanya Allahlah tempat memohon pertolongan. Kami telah mendengar bahawa si fulan telah tertimpa musibah begini dan begitu. Semoga Allah memberi kesabaran kepada kami dan beliau.” Padahal, di dalam hatinya dia merasa senang dan bangga akan musibah itu

Menghadapi orang orang munafik ini cukup sulit , mereka seperti musang berbulu ayam, mereka inilah yang menghancurkan Islam dari dalam. Rasulullah saja tidak bisa mengatasi Abdullah bin ubay hingga akhir hayatnya. Orang munafik ini menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak menyadarinya. Allah mengancam mereka dengan menempatkan mereka pada kerak dan dasar api neraka , seperti disebutkan dalam surat An Nisa’ 145:

145. Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. (An Nisa’ 145)

Kita juga harus hati hati dan waspada jangan sampai sifat munafik ini juga ada pada diri kita masing masing. Orang munafik itu adanya ditengah umat Islam sendiri, bukan ditengah kalangan orang yang kafir. Sifat munafik merupakan penyakit ditengah umat Islam, yang menyebabkan kehancuran dan kerusakan pada umat Islam.

MUSYRIK

Sama keadaannya  dengan orang Munafik maka orang Musyrik ini juga adanya ditengah tengah umat Islam. Mereka percaya pada Allah tapi juga percaya pada tuhan dan kekuatan lain selain Allah. Mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu. Disamping menyembah Allah mereka juga mengadakan ritual menyembah kekuatan lain seperti bangsa jin, berhala, orang saleh yang dikeramatkan, makam makam keramat dan lain sebagainya.

Lawan dari musyrik adalah tauhid yaitu mengesakan Allah, menyembah Allah dengan tulus ikhlas dan tidak mempersekutukan Nya dengan suatu apapun. Ikrar orang yang bertauhid  pada Allah disebutkan dalam surat Al Jin ayat 20 dan Al An aam 79

20. Katakanlah: “Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatupun dengan-Nya.” (Al Jin 20)

79. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (Al an aam 79)

Orang yang beriman dan bertauhid pada Allah , hanya menyembah dan bergantung pada Allah saja. Mereka menyembah Allah dengan tulus , tidak mempersekutukan atau menyamakan Allah dengan suatu yang lain. Mereka hanya berdoa dan memohon pada Allah, tidak pada sesuatu selain Allah.

Dewasa ini banyak kita jumpai orang yang percaya pada Allah, mengaku sebagai umat Umat Islam. Namun masih menggantungkan hajat dan kebutuhannya kepada kekuatan yang lain selain Allah. Mereka masih suka menggantungkan jimat dileher atau pinggang untuk melindungi  dirinya dari berbagai bahaya.

Ada juga diantara umat Islam yang mendatangi makam keramat, meminta berkah dan mohon dibukakan rezekinya, dimudahkan jodohnya, dimudahkan karirnya dan lain sebagainya. Ada pula yang bertawasul meminta berkah pada kyai dan ulama yang sudah meninggal .

Ada juga diantara umat Islam yang masih suka mengadakan ritual menyembah  atau memberi sesajen pada bangsa Jin yang menguasai suatu Daerah seperti Nyai Roro Kidul, Dewi Sri  , meminta kekayaan pada Pesugihan Nyi blorong, Pesugihan gunung kemukus,Pesugihan gunung Merapi  dan banyak tempat pesugihan lainnya.

Semua itu adalah perbuatan Musyrik yang dimurkai Allah sebagaimana disebutkan dalam surat Al A’Raaf 33 :

33. Katakanlah: “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (Al A’Raaf 33)

 

Perbuatan mempersekutukan Allah atau musyrik adalah dosa yang tidak diampuni Allah, sebagaimana disebutkan dalam surat An Nisa’ 48:

 

48. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar (An Nisa’48)

 

Iblis percaya pada Allah hanya saja karena ia membangkang perintah Allah maka ia diusir dari syurga  dan  dikutuk serta  dilaknat sampai  hari kiamat. Iblis dan orang yang mengikutinya kelak dibenamkan didalam neraka jahanam.

Orang musyrik juga percaya pada Allah, namun disamping percaya pada Allah  mereka  juga menyembah dan menjadikan kekuatan lain sebagai tandingan bagi Allah. Banyak diantara manusia yang meragukan kekuasaan Allah, masih mencari kekuatan lain untuk menolong dan melindungi dirinya dari berbagai bahaya dan bencana.

Allah tidak menerima ibadah dan amalan orang yang mempersekutkan Allah dengan sesuatu . Semua amalan mereka jadi sia sia dan tidak ada nilainya dihadapan Allah sebagaimana disebutkan dalam surat  az Zumar 65:

65. Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.

Sifat musyrik dan munafik adalah penyakit yang berjangkit ditengah umat Islam, yang menyebabkan lemah nya umat Islam dalam menghadapi persaingan di dunia ini.  Rasulullah  sudah mensinyalir hal ini dalam salah satu hadistnya

Rasulullah bersabda, “Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.” Seseorang berkata, “Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?” Beliau bersabda, “Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn.” Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud)

Kekacauan  didalam berbagai organisasi masyarakat, politik , dan  pemerintahan yang berbendera Islam selalu melibatkan kelompok orang munafik dan musyrik didalamnya. Inilah yang banyak menyulitkan organisasi berbasis atau berbendera Islam dapat maju dan bersaing dengan lawan lawanya di dunia internasional. Mari kita periksa diri kita masing masing, apakah hati dan fikiran kita sudah bersih dari sifat munafik maupun musyrik itu. Kadang kala kita tidak menyadari bahwa didalam hati dan fikiran kita sudah bersarang sifat dan perilaku munafik atau musyrik.

Tanpa disadari kita sudah menjadi penghambat bagi kemajuan organisasi Islam tempat kita bernaung . Kadangkala kita marah pada orang yang mengingatkan perilaku kita yang menyimpang. Rasulullah sendiri cukup dibikin sibuk oleh umat islam yang menyimpan sifat munafik dan musyrik ini. Salah satu tokoh munafik yang cukup lama berada ditengah Rasulullah adalah Abdullah bin ubay. Tokoh munafik dan musyrik yang berhasil memecah belah umat Islam sampai sekarang adalah Abdullah bin Saba’ pendiri aliran Syi’ah. Abdullah bin saba menjadikan Ali , Hasan,  Husen dan Imam syiah lainnya sebagai sekutu Allah. Bahkan diantara mereka ada yang mengatakan bahwa Imam Husen lebih besar dari Allah (naudzubillahi mindzalik). Sebagaimana yang diperlihatkan dalam video berikut dibawah ini

 HUSEN LEBIH BESAR DARI ALLAH ???

 [youtube tko1weMPZsQ]

 

 

 

8 thoughts on “PERBEDAAAN ISLAM, IMAN, KAFIR , MUNAFIK DAN MUSYRIK”
    1. cuma prinsip keimanan nasrani janganlah ditafsirkan menurut tafsir islam, tapi tafsirkanlah prinsip keimanan nasrani dari tafsir dan sudut pandang keimanan nasrani, salam damai.

  1. Assalamualaikum pak ustadz sya ingin bertanya. sya mnelfon dgn teman sya, saat itu ada jeda bberpa saat tidak berbicara jd sya sempat berdoa kepda allah kemudian saat itu sya ingin memanggil nama teman sya, tapi yg keluar dri mulut saya adalah ya allah. Apakah sya berdosa? Sya sama sekali tdk ada niat sperti itu. Mohon jawabanx ustadz. Terima kasih

  2. Assalamualaikum, tanya lagi ustadz
    Sya 1 bulan ini kena was was jd di hati sya selalu berkata kotor sampai menghina allah dan rasulx, kdang sya sperti dibisiki keraguan tapi sya tepis scepatx saya sendiri benci klo kata2 itu muncul sya rasax hampir gila, saya takut jadi munafik dan murtad. Sya baca di internet ada org yg bertahun tahun menderita was was tidak sembuh. Kata orang lintasan seperti itu tidak usah di gubris, sya sudah mencoba kdang berhasil tp kadang lintasanx datang dengan kata yang lebih parah. Apakah klo sya berusaha tidak menggubris terus sya bisa cepat sembuh? Saya tidak mau menderita was was menahun seperti org lain. Mohon nasehatx ustadz. Makasih

  3. Bαpαk ustαdz Fαdhil ZA sαys: “Pemeluk agama kristen atau nasrani yang menyatakan Yesus dan ruhul qudus sebagai satu kesatuan dengan Allah (trinitas ) dengan tegas dinyatakan dalam Qur’an sebagai orang yang kafir.”

    Qs 5:72. Sesungguhnyα, TELAH kαƒirlαh orαng-orαng yαng berkαtα: Sesungguhnyα Allαh IALAH λɭ-Ϻαsiɧ puterα Mαryαm, pαdαhαl λɭ-Ϻαsiɧ (sendiri) berkαtα: Hαi Bαni Isrαil, sembαhlαh Allαh Rαbb-ku dαn Rαbb-mu. Sesungguhnyα orαng yαng mempersekutukαn (sesuαtu dengαn) Allαh, mαkα pαsti Allαh menghαrαmkαn KEPADANYA syurgα, dαn tempαtnyα IALAH nerαkα, TIDAKLAH ADA BAGI orαng-orαng dzαlim itu seorαng penolongpun.

    ups…elu salah memahami konsep keimanan kami pak ustadz, trinitas = tritunggal adalah 3 yg Esa, sama dengan 99 yg Esa dalam islam.

    Allah dalam nama Bapa.
    Allah dalam nama Yesus Kristus.
    Allah dalam nama Roh Kudus sebagai wujud Allah yg adalah Roh.

    Demi saling harga menghargai, hormat menghormati terhadap konsep keimanan masing-masing, saran gue berhentilah menafsirkan keimanan orang lain dari tafsir islam okay, salam damai.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *