Oleh Nuruddin al Indunissy

Nuruddin  1Sebagian orang menilai tulisan tidak lebih dari sampah-sampah dunia maya, sebagian orang menilai hanyalah curahan hati dari jiwa yang terabaikan atau barangkali bahasa marketer yang mencuri perhatian mangsanya. Namun sebenarnya diantara jutaan kata tersebut ada untaian yang mengalir dari telaga tenang yang ingin menyejukan jiwa-jiwa yang bergemuruh dalam kecamuk kehidupan. Karena diantara hati-hati yang gersang kekeringan dan kesakitan itu ada diantaranya pembaca yang dahaga, ingin segera menghanyutkan jiwanya kedalam bait-bait penuh penjiwaan, menelusuri menjadikan setiap baris buah jemari itu sebagai lautan hikmah yang menarik untuk ia selami.

Hari ini saya ingin mengajak anda berwisata ke selatan pulau jawa bersama pasir putih dan gelombang kasarnya dimana wisatawan dapat menikmati sajian langsung gelegaran bahkan menyentuh ombaknya. Sekedar melepas penat atau menghempaskan nafas kelautan, bersama gemerisik rerumputan kering ditepian pantai sambil menyaksikan penyu-penyu lugu menelurkan warisan kehidupan di pantainya yang bening bak telaga al kautsar yang dirindukan.

Tiga puluh lima kilometer kearah utara udara sudah berubah, meski tetap panas namun sudah banyak pohon-pohon kering dan bebukitan juga rumah-rumah bambu yang tinggi. Biasanya kemarau sangat panjang, hingga penduduk kampungnya mengangkut air pagi dan sore dari titik terendah tanah

dilembah daerah itu. Jampangkulon, begitu nama daerah tersebut ramah ditelinga para pendekar jaman dahulukala saat fir’aon masih lelengohan. Hhh kumaha atuda abdimah dan urang sunda pisan..

Jampangkulon adalah sebuah peta mudik yang menyeramkan, dari pusat kota sukabumi saja masih harus menempuh sekitar 4 jam ke selatan melewati bebukitan terjal dan pemandangan kebun teh yang gak habis-habis. Sulit menggambarkan keindahan daerah ini karena memang tidak menarik dari segi apapun. Namun demikian, dahulu disanalah salahsatu kisah cucu Adam alaihi sallam lahir dan dibesarkan.

1986, bertepatan dengan adzan dihari jum’at seorang bayi mungil terlahir. Rumah bambu 4 x 7 meter itu menjadi saksi bahwa satu lagi Umat Nabi Muhammad sholallahu alaiyhi wa sallam terlahir, ikut menghangatkan suasana desa yang gelisah itu.

Anak itu kemudian tumbuh sakit-sakitan hingga ia beranjak remaja, batuk kering yang khas dan eksim disekujur tubuhnya membuat ia malu saat teman-temannya disekolah dasar mengajak untuk berolahraga atau upacara bendera. Tubuhnya kecil dan kering, pernah ia batuk dari jam 3 pagi sampai jam 4 disore hari. Saat ia batuk ayam-ayam berhenti berkokok, biasanya batuk itu tidak berhenti sampai hidung anak itu mencium lantai dari bilik bambu dan nafasnya tersenggal-senggal. Orang-orang berkata anak ini ‘karuhun’, atau sebagian dukun mendiagnosa ini korban dukun yang menyihirnya dengan ayam pelung. Ayam pelung merupakan ayam terbaik, dimana saat ia ‘kongkorongok’ atau berkokok dengan suara lengkingannya disubuh hari ia tidak akan berhenti hingga patuknya menyentuh tanah.

Meski demikian anak itu lulus sekolah dasar dengan nilai ujian nasional yang memuaskan, menyempurnakan dirinya sebagai juara kelas 6 tahun berturut-turut dan peraih nilai UN tertinggi di sekolah itu yang memudahkan ia untuk melaju ke jenjang sekolah berikutnya, yaitu Sekolah Menengah Pertama atau SMP. Disana ia belum bebas gunjingan, disore hari dalam ekstrakurikuler PMR yang ia ikuti biasanya ia jadi bahan rebutan cewe-cewe kakak kelasnya karena sangat pas untuk dijadikan bahan praktik sebagai “pasien” karena mudah dibawa-bawa dalam tandu, karena bobot tubuhnya yang sangat kecil. Hingga munculah julukan si pasien, meski dendam dihatinya terbalaskan saat ia kelas 3 dan menjadi ketua PMR disekolah itu.

Selepas itu ia mulai masuk ke jenjang ‘high school’ atau SMA, dan adiknya yang terpaut usia 2 tahun tidak melanjutkan sekolah dasarnya dan mulai bekerja di Bekasi sebagai tukang jahit demi membantu ayahnya yang bekerja sebagai kuli bangunan untuk membiayai kakaknya. Jika kakaknya kurus kering, maka si adek ini gemuk dan sehat. Hanya saja pendiam dan sabar, sehingga sekolah pun ia korbankan demi kakaknya.

SMA seharusnya masa yang penuh kisah, tapi tidak dengan si anak kerdil yang sekarang beranjak dewasa ini. Meskipun eksim yang memalukan dan batuk ‘mengi’ nya itu sekarang sembuh dengan wasilah kyai dukun setempat, dibahunya ada banyak beban. Di tahun-tahun itu lahir adik keduanya yang juga mulai sakit-sakitan, anak itu suka menangis dimalam hari dan tidak berhenti kecuali setelah dipangku keluar rumah dan berjalan jauh darinya.

Tidak ada banyak kisah di SMA itu, jangankan punya modal untuk pacaran baju seragam aja hanya satu. Jika hujan, maka pagi hari harus dikeringkan dengan setrika dari arang kayu atau dijemur depan tungku sementara jarak yang harus ditempuh tidak kurang dari 7 kilometer jalan kaki melewati perkampungan dan sawah basah. Namun di sekolah itu ia menemukan jatidirinya yang hilang, setelah ia putus pesantren nahdiyyin di kampungnya karena malas belajar arab kuning yang gundul itu ia ikut gabung jadi tentara Ikhwanul Muslimin dan belajar islam dengan metode yang lain. Itupun tidak kurang dari 3 bulan karena masa pendidikannya berakhir di sekolah itu. Sebelum meninggalkan sekolah, setahun terakhir ia mulai diakui guru-guru disana karena kesungguhan anak tersebut untuk ‘menghafal kamus’ kosa kata bahasa ingris, hingga ia di juluki ‘si mister’. Bahkan ia mendirikan dan sekaligus menjadi ketua ekstrakurikuler English Club di sekolah itu dan dibanjiri banyak siswa baru, sampai-sampai ia mengajar 5 kelas sekaligus di sore harinya.

Setelah itu ia hijrah ke kota bandung, mulai mengenyam dunia pendidikan yang disebut kuliah. Ayahnya dan Ari – dengan diamnya – menyanggupi untuk membiayai si kakak selama kuliah meskipun ia bekerja hanya sebagai tukang jahit dan ayah bekerja di proyek bangunan. Di semester 2 saya mulai menempuh ‘On Job Training’ atau PKL di Holiday Inn Resort Batam di kota Batam, disana saya mulai mendapatkan uang saku jadi mulai berani untuk menyetop seluruh transferan rutin dari rumah. Itu berlangsung sampai ia lulus dan wisuda.

2006, dan saya lupa tanggal persisnya. Si kakak itu loncat-loncat kegirangan menerima kabar dari ‘Human Resource Management’ hotel Kota Bukit Indah di Purwakarta karena ia diterima bekerja disana. Dan saat itu adiknya dari bekasi datang mengucapkan selamat kepada kakaknya, dan disitu pula Ari mendadak sakit aneh. Ia tiba-tiba menangis di sebuah kotsan di Gang Angrek, sebuah kampung perbatasan antara karawang dan purwakarta.

Ari tiba-tiba menangis dan tidak bisa dihentikan hingga subuh hari, akhirnya jam 6 pagi sang kakak yang harus mulai bekerja membelikannya ‘nasi uduk’ dan disimpan dikotsan itu. Jam 3 sore si kakak pulang dan adiknya hilang, dan dapat kabar dari ibu kotsan bahwa Ari pergi dan lupa menutup pintu ketika ditanya ia jawab; “Saya mau pulang ke rumah”. Dua hari kemudian si kakak di telephone dari rumah dengan irama marah yang meledak-ledak…

“Kenapa adikmu pulang sendirian malam-malam, kakinya berdarah-darah dan sendalnya tinggal sebelah. Ada apa?” kata ayahnya di telephone.

“Ada apa?” si kakak tidak paham, adiknya pulang ke Jampangkulon. Dalam waktu tempuh normal, dari Purwakarta menuju Jampangkulon itu bisa ditempuh sekitar 12 jam melewati karawang – cikarang – bekasi – jakarta – depok – bogor – sukabumi hingga Jampangkulon. Namun dalam kondisi linglung bisa saja jarak itu membingungkan, hingga uang 2 juta di tas ari yang ia kumpul-kumpul itu habis tercecer.

Ari gila, sebuah penyakit memalukan yang membuat hati si kakak ciut setiap kali mengingatnya. Konon katanya ada tetangga yang iri, karena saat itu ada tiga orang yang bekerja di keluarga saya. Jika tiga orang bekerja maka keluarga itu akan maju. Begitulah mitos yang berkembang di kampung itu, sehingga salah satunya harus di santet! Haaa…

Barangkali anda mulai meninggalkan tulisan ini, tapi sesungguhnya mata saya mulai berkaca-kaca jika mengingatnya. Karena si kakak yang egois itu adalah saya sendiri. Sihir atau santet itu benar-benar menjadi penyakit menakutkan yang menyempurnakan kesengsaraan masyarakat disana. Dan kami saat itu hanya memposisikan diri sebagai korban santet. Dan leluhur kami, terbiasa atau memang tidak ada pilihan lain menggunakan jasa dukun untuk mengobatinya.

Begitulah nasib adik saya, dan kami saat itu 2007-2008-2009 tetap bekerja di Hotel hingga akhirnya di PHK di tahun ke 3. Sempurnalah kisah penuh derita itu. Kami semua menganggur tanpa sedikitpun tabungan, ibu sejak dulu sakit-sakitan, sementara sawah warisan sudah dijual untuk biaya kuliah dahulu. Saya pulang tanpa harap, malu dan lemas ke Jampangkulon.

Disana saya merasakan bahwa keluarga itu begitu berharga, mereka tetap ada dan bahagia menerima anaknya apa adanya. Saya diliputi perasaan bersalah dan terperangah, melihat rumah semi permanent itu berantakan. Adik saya semakin gemuk, hanya saja wajahnya menghitam memendam sesuatu dan makannya banyak. Ibu saya kusut dan kering, begitupun ayah. Senyum hanya tergaris diwajah adik saya yang ke-2, yaitu ira yang mulai remaja.

Singkat cerita, saya dapat tawaran bekerja di luar negeri. Saya mengejar mimpi dan mengantar nafsu untuk mencari uang, karena saat itu dibenak saya gaji 40 juta/bulan yang bisa membahagiakan ayah saya. Saya bekerja di Riyadh hingga dua tahun kemudian, dan 2012 saya pulang. Hanya membawa laptop dan baju kotor, gaji bulanan biasanya di transfer ke rumah dan entah kemana. Namun saat itu saya sudah jauh berubah.

Kalau dahulu seniman jadi-jadian, saat itu saya pulang bawa lebih dari 400 catatan dari kota Riyadh, Makkah, Madinah, Jedah dan sudut-sudut kota yang saya singgahi dinegeri itu. 10 june 2012 saya terbitkan buku pertama saya “RehabHati” dengan spectrum iman, jika anda baca itu anda akan melihat itu buku terkacau di Jamannya. Manhajnya tidak jelas, EYD berantakan, tidak ada intisari dan gak jelas awal akhirnya. Saya pun malu jika mengingatnya, meskipun saat itu banyak dapat pujian dari fansnya. Mereka banyak menangis sebelum selesai halaman 30. Saat itulah saya mulai bermimpi seperti Ippho Santosa, yang sukses dan menasional di usia 34. Namun sayang, ada kisah pahit disana. Sebuah kisah yang akan terus terpahat di jiwa saya. Uang royalti dan distribusi yang saya harapkan bisa membayar kekecewaan yang ayah itu ternyata lenyap, bahkan hingga kini utang ke penerbit masih menggantung. Akh..

Jika ingat hal ini, pasti saya ingat bait-demi-bait yang saya tulis dengan tinta air mata. Penghianatan adalah duri yang pasti ada dalam setiap kisah perjuangan seseorang.

“Daaarrrr!!” sore itu tiba-tiba,..

“Ridwan!!” teriak bapa sama adik saya. Ternyata itu adalah suara kursi yang menembus kaca depan kamar saya, kursi itu melayang dari tangan adik saya. Herannya adik saya menangis, memunguti butiran kaca itu satu persatu. Dan saya tertegun “Ya Rabb.. Ari masih sakit, kenapa ayah selalu bilang dia sudah baikan?”

Ternyata selama 3 tahun ini bapa dan ibu menyembunyikan cerita pahitnya, seluruh kaca (sembilan kaca rumah, kaca lemari, televisi, meja, komputer dan semua yang berbentuk kaca) ari pukul dengan tangannya saat dia marah. Dan benarlah, semua kaca itu sudah bapa ganti.

Tidak hanya itu, sambil menahan tangis bapa pernah bilang; “Adik kamu itu nai sampai telanjang, ngejar-ngejar anak sekolah! Dan bapa bingung, akhirnya bapa gali tanah dua meter di dapur. Si ari di pasung, dan tanah itu ditutup dengan papan. Tapi jam 10 malam si ari hilang. Ia membuat lubang dengan tangannya dan kabur ke sawah. Pagi-pagi tetangga menemukannya di sawah, sedang membajak sawah dengan tangannya” katanya sambil menahan butiran bening di kelopak matanya.

“Bapa bingung, semua dukun sudah didatangi. Tidak ada yang mampu menyembuhkannya, bapa hampir putus asa. Dan saat itu ada dukun yang sakti, bisa menemukan siapa yang menyantet anak bapa” katanya melanjutkan.

“Yang menyantet si ari itu kalau diludahi maka tidak akan sampai, kalau dilempar batu rumahnya terlewat jauh” kata ayah saya dengan bahasa  sunda meniru perkataan dukun yang memberi fatwa kepadanya. Artinya, yang menyihir adik saya ini adalah tetangga…

Jiwanya mulai bergemuruh, dan seluruh bisikan jahat menggelayutinya. “Siapa yang menyihir anak saya! Coba datangkan kerumah besok pagi mbah dukun!?” begitulah kira-kira yang beliau ucapkan dengan marahnya. Dan mbah dukun yang bijak dan baik hati itu berkata; “Jangan begitu, itu tidak baik dan melanggar hukum?”

“Berapa maharnya…?” begitu barangkali ayah saya dalam kepanikan. Entah kesyirikan apa yang telah beliau lakukan untuk memenuhi syarat dari wali syaitan ituhingga singkat cerita beliau pulang kerumah dan membawa laja. Sejenis tumbuhan jahe/gingger yang wajib di tanam di empat sudut rumah.

“Besok pagi tukang sihir itu akan datang dan minta maaf” pesan mbah dukun tersebut.

Subuh hari ayah saya sudah stand-by dan mengasah (mempertajam) golok dengan batu asahan di depan rumah. Dan manusi yang ditunggu itu datang tergopoh-gopoh, sedikit membungkuk karena sudah tua. Ayah saya terperangah, karena yang datang dan menundukan wajah itu orang paling sholeh di kampung itu…

Beliau adalah mantan wakil kepala sekolah saya, tokoh masyarakat dan dihormati. Barangkali beliau adalah guru ibu saya saat sekolah dulu. Ayah saya menangis dan menebaskan goloknya tepat di batang….

Fhoto 06/08/2012

Nurudiin 2Ayah saya menangis dan menebaskan goloknya tepat di batang pohon pisang dan pepaya yang ada dihalaman rumah depan, setelah itu ia menahan isak dan masuk kerumah. Jantungnya seperti terkoyak, golok itu ia lempar ke dapur dan menancap di lantainya yang masih tanah. Ibu saya seperti biasa diam, ia tidak berani bicara apa-apa kalau ayah sudah marah. Ayah saya pemarah, apalagi ketika haknya diambil orang. Beliau sangat mencintai anaknya, sehingga ia berkali-kali bersumpah; “Jika mata ini perlu dicongkel, maka saya ridho untuk anak saya!”

 7 tahun sudah ayah saya mencari obat di gunung, di hutan bahkan hingga dilautan. Dari ustad, ustad dukun dan hingga dukun hitam sekalipun. Saat itu kami sangat jahil, yang kami cari hanyalah kesembuhan tanpa mengerti atau ingin mengerti makna-makna dibalik sakit. Yang kami cari hanyalah uang dan bagaimana mengangkat keluarga dari garis kemiskinan yang mencekik. Belasan atau puluhan tahun ayah saya kerja sebagai buruh tani di kampung, mencangkul, membajak, kuli kebun, buka hutan, kuli panggul, tukang batu hingga kuli bangunan di Jakarta. Beliau tidak segan melakukannya, bahkan bangga jika itu untuk anak dan keluarga yang ia cintai. Apalagi satu-satunya harapan dia, si anak sulung yang diharapkan bisa menyekolahkan adik-adiknya lebih tinggi.

 “Akh.. anak yang tidak tahu diri. Ayahnya berharap, ia malah berhenti dari pekerjaan dan memilih bekerja dalam hayalan. Jualan buku? Internet?” begitu barangkali dibenak beliau. Setidaknya itulah yang menghantui saya selama hampir setahun kemudian ketika masa transisi harus saya jalani.

 Launching buku dan sejuta rencana mulai ditaburkan kelangit di Sentul 10 June 2012, dan janji-janji ditaburkan. Dan hayalan itu ditelan bumi menjelang Ramadhan tahun itu, dari sekitar 10 ribuan lebih fans rehab hati menurun drastis hingga tinggal beberapa orang saja. Fitnah bertebaran dimana-mana dan saya mulai hijrah ke Bandung, saat itu teman saya hanya dua. Abu Azhar Asykari, dan salah satu hamba Allah yang akhirnya saya tendang juga karena sifatnya yang tidak bisa dinasihati bahkan mencoreng nama Rehab Hati. Dahulu saya sembarang mengambil team, siapa saja yang mau gabung bergabung tanpa melihat akidahnya. Dan jelas, saat itu saya buta dengan dunia jin dan karakteristik mereka. Apalagi ruqyah…

 Hanya saja, dalam rangkaian cerita di tahun yang sama sebelum saya benar-benar jatuh saya ikut sebuah pelatihan Ruqyah yang digelar salah satu team Arsyi. Waktu itu pelatihan pertama Quranic Healing Technique, trainernya siapa lagi kalau bukan ust. Perdana Ahmad. Saya kagum melihat penampilan beliau yang gagah, proporsional dan tegas, sehingga syaitan-syaitan diruangan itu gentar ketika beliau memaparkan tentang akidah yang murni dan bebas dari bid’ah. Diruangan itu ada sekitar 30 hingga 40an peserta, diantaranya adalah ust. Syamsul Arifin [indramayau], ust. Elang [tangerang], ust. Wahyudin [lawan maen praktik saya] kang Nandang Khaerudin dll. Pelatihannya mulai jam 8an dan saya terlambat satu jam karena kesasar, dan berakhir jam 3. Tidak ada ruqyah massal dan saat praktik tidak seheboh sekarang. Bahkan jujur, syaitan membuat saya ngantuk saat pelatihan itu. Namun pulangnya saya mendapatkan presentasi QuranicHealing Versi 1 dan saya bahagia bukan main. Saya bangga bisa bertanya langsung sama ustad tentang Ruqyah Jarak Jauh by Phone yang saat itu dicibir teman-teman saya yang Indigo dan teman yang punya kesaktian. Namun jawaban ust. Perdana menggembirakan…

 Bahkan beliau langsung meng-update dalam presentasinya di pelatihan kedua dan menyuruh saya untuk menceritakan kisah “The Miracle Of Tauhid” di Grand Ori Bogor. Waktu itu EO Tunggalnya masih akh Fajri, dari Divisi Humas Arsyi. Dipelatihan kedua ini ust. Adam Amrullah baru hadir, saya ingat beliau beli buku RehabHati dan sempat meruqyah bareng di kawasan bintaro hingga di pelatihan berikutnya di Asrama Haji Jakarta ust. Adam menyampaikan keberhasilan ruqyah mandirinya terhadap istrinya yang kemudian mengandung setelah 10 tahun pernikahan.

 Selepas pelatihan itu RehabHati dan QuranicHealing bergabung menjadi RHQH, saya dan ust. Perdana diundang ust. Ichwan El Jufri di Makassar dan mulailah banyak undangan. Termasuk dari Aceh, saat itu ust. Tumin An Nuami mengundang namun ada sedikit masalah hingga cancel. Namun tidak berhenti disana, saya yang saat itu hijrah ke Bandung mulai membuka Pelatihan Ruqyah Gratis Pertama di Indonesia. Sederhana memang, ruangan kelas tempat saya mengajar yang disulap jadi mushola karena sekolah kebanjiran + infocus pinjam dan layar juga pinjam. Jadi saya adalah EO, panitia sekaligus pemateri. Saat itu saya dibantu pa Syam Ibn Rasyid dan acara dimulai jam 6 pagi hingga jam 3 sore. Peserta yang saya ingat adalah kang Ami yang saat itu masih setengah ragu, kang Dadang Sulaiman, mas Tri dari sumedang, kang Andi dari bandung dan mas Toro dari bogor. Selebihnya saya lupa, pa Ikhna Bahtera saat itu belum mau diruqyah dan beliau lebih senang jadi backsounder saat saya ada event. Kadang-kadang tidur bareung diruangan kelas dan mengonsep RehabHati hingga lahirlah visi “1 Hati Satu Visi Menuju Generasi Mudah Indonesia Bertauhid 2020” dikemudian hari dan saya mulai terjun kedunia trainer atas bimbingan beliau yang mantan Trainer ESQ. Saat itu Abu Azhar belum yakin dengan ruqyah, namun beliau tetap mendampingi.

Singkat cerita besarlah RHQH ini hingga ke Palembang disana ada Abi Ancha, di Purwokerto ada pa Aris Subandi, di Bandung ada kang Edi Suranto, Medan ada Akh Ahmad Syafi’i, di Batam ada mas Yanto Suryanto, di Lampung ada Pa Adi Jauhari, di Martapura ada ust. Syarif, ust. Supriono dll. Di tahun yang sama ARSYI dibentuk dengan ketua ust. Fadhlan Abu Yasir LC dan penasihat ust. Arifin Ilham.

 Ditahun itu juga fitnah kedua berhembus…

 Tentu saja, ini kisah berasal dari kacamata saya. Dan seluruh saksi dan nama-nama masih hidup dan ada hingga detik ini. Saat itu teman ust. Perdana masih beberapa ratus saja dan teman saya sudah ribuan, saya ingat ust. Perdana suka nitip Iklan di Page NAI dan saya loncat-loncat senang kalau tulisan saya di muat di blog QuranicHealing saat itu. Disaat yang sama ada keguncangan antara RHQH dan ARSYI, hingga saya bergerak berdua dengan ust. Perdana menghimpun kekuatan. Saat itu kami kian narsis, setiap pelatihan pasti Foto bareng dan di Upload demi menebarluaskan gaung “Pelatihan Ruqyah” di Facebook yang saat itu dicela. Musuh dimana-mana masih terlihat berceloteh di facebook.

 Akh ingin kembali ke masa itu..

 Kembali ke rumah, saat itu ayah saya hadir di Pelatihan RHQH ke 6 di Mesjid Raya Bandung. Saat itu presentasi saya masih pakai musik dan hanya satu atau 2 jam, selebihnya ust. Perdana. Saya masih benci celana cingkrang, masih senang bergelimang dengan hal-hal syubhat. Namun disana ayah saya melihat sesuatu, dia baru tahu bahwa anaknya ini penulis buku bukan tukang jualan buku yang selama ia kira.

 “Anaknya sudah didengar orang sekarang” barang kali begitu isyarat yang saya dapat dari beliau. Tapi beliau tidak mau diruqyah, meskipun sedikit banyak dapat ilmu ruqyah dari ust. Perdana dan anaknya sendiri setidaknya tahu arah kehidupan si anak harapannya.

 Hingga suatu ketika, sepulang dari Lampung jam 11 malam. Saya turun dari angkot yang membawa saya dari terminal kampung rambutan, saat itu saya dari Medan dan langsung menuju RumahRehab Cilengsi. Abu sedang dirumah, dan saya tiduran melepas lelah. Dan hape berbunyi, ternyata ira telephone..

 “A. Bapa sudah tiga hari sakit dan hari ini tidak bangun-bangun. Bapa sudah di ngaji-in, dan wasiat!”

 “Wasiatnya apa ir?” Jawab saya, tentu saja sambil kaget.

“Wasiatnya, jangan kasih tau aa kalau bapa sakit. Takut diruqyah, katanya”. Jawab anak usia belasan itu tanpa beban.

 Ayah saya selain memiliki penyakit yang tempramental, beliau juga rutin setiap 1 atau 2 bulan sekali. Sakitnya aneh, sakit perut seakan ada bola yang melingkar. Ia merasakan seakan ada ular. Dan sakit itu baru akan berhenti setelah seharian beliau guling-guling, dipijat sampai akhirnya kadang di injak pakai kaki karena perutnya keras.

 Tanpa berfikir panjang saya suruh si kecil ira untuk mendekatkan HP ke telinga ayah, dan langsung membantai jin dalam tubuhnya dengan ayat-ayat yang saya hujamkan lewat gelombang telephone. Saat itu, Allah beri kemudahan. Syaitan dalam tubuhnya keluar dan minta ampun, salah satu dari mereka bicara dalam bahasa sunda dan ayah saya muntah hebat.

 Sejak saat itu ayah saya berubah, ia mulai lembut dan potong kumis. Sejak lama saya nasihatkan bahwa kumis panjang itu menyerupai yahudi dan nasrani, tapi beliau bilang itu keren. “Ini gaya remaja 70 an, rambut panjang kumis panjang” Katanya kalau diingatkan. Ia benar-benar melembut mulai saat itu, buang rokok dan mulai melirik baju yang sunnah. Ia mulai baca buku RehabHati, menonton video-video DVD ruqyah saya di kediri, DVD ruqyah sukabumi, hingga menonton acara saya di wesal TV hingga tahunpun bergulir.

 Puncaknya Idul Fitri 2014 saya pulang kerumah, kesibukan saya mulai luarbiasa di dunia Ruqyah. Saat itu kiprah RehabHati sudah sampai Indonesia paling timur (boven diegol – Merauke) dan tembus ke Hongkong, Singapur dan Malaysia. Suatu ketika, saya pulang dan tidak sengaja menunjukan video ruqyah di Pasaman Barat kepda saudara sepupu dan menjelaskan bahwa laki-laki yang diruqyah itu mantan pemilik ilmu hitam.

 Ayah saya terkejut dengan video tersebut, dan ia menangis. Ternyata beliau memiliki lebih dari 7 ilmu kanuragan termasuk ilmu-ilmu jampe buhun menaklukan ular, belut putih, puasa mutih, pati geni, rawe rontek dll. Saya pun tersentak, bukankah ilmu seperti itu menurun atau setidaknya berimbas kepada keluarga terutama anaknya?

Ibu saya sudah belasan tahun migrain, ira sering nangis dimalam hari saat kecil, saya 15 tahun sakit paru-batuk dan eksim, ari pernah di vonis paru basah dan muntah darah serta berujung kekacauan dijiwanya padahal dia tidak pernah belajar ilmu apapun. Disanalah ayah tersungkur, menyesali seluruh praksangkanya kepada tukang sihir yang ia duga dan geram kepada dukun yang telah menipu dan mengadu domba.

 Dari sana beliau mulai hijrah total, dari pakaian, cara bicara, pola fikir, pola ibadah, akidah, membersihkan rumah dari photo, mengganti stasiun televisi, mulai menonton seluruh video ruqyah anaknya, dan lebih intensif dan sabar dalam meruqyah ari.

Disini saya mendapat jawaban tentang sebuah pertanyaan; “Kenapa saya tidak berdaya ‘memegang’ adik saya ini, seakan ada tembok baja yang mendinding bibir saya dengan dadanya. Kenapa setiap saat, sekuat tenaga saya ajak adik saya tercinta ini untuk gabung di RehabHati malah ia lari dan ujungnya pasti pulang kerumah. Yang difikirannya hanya rumah dan bapa. Kenapa ia selalu menyerang dan menyiksa bathinya. Sehingga usia dan kehidupan beliau terkoyak?”

 Ada banyak kesimpulan dan hikmah dibalik seluruh peristiwa dan setiap detiles yang saya lalui. Sesungguhnya mudah saja bagi Allah jika ingin mengabulkan do’a seorang muslim siang ataupun malam. Namun, setelah do’a itu dikabul adakah jaminan hidupnya selamat dari maksiat? Adakah hal yang bisa menghentikannya dari asap rokok? Adakah nasihat terlembut agar ia hijrah ke sunnah secara kaffah?

Dan Allah memiliki cara yang indah untuk mengubahnya.

 Ayah, semoga Allah menjaganya. Beliau seorang yang rajin shalat siang dan malam, terlihat dari bekas dzikir di mata kakinya. Ia seorang bilal di mesjid, yang setiap tahun menangis bergetar sambil memegang tongkat saat mengantar imam naik mimbar. Ia baca qur’an, bahkan yasin pun ia hafal diluar kepala. Namun, ada sisi yang harus beliau perbaiki berbagai sisi kesyirikan yang beliau tidak sadari, setelah sembuh dari syirik yang besar masih ada syirik kecil yang tersembunyi; “syirkul mahabbah” beliau sangat mencintai dunia sebelum mengenal dunia ruqyah secara mendalam. Bahkan hingga usianya yang mulai senja. Beliau tidak tahu bahwa ilmu hitam itu berisi kekuatan jahat dari syaitan yang akan mengoyak kehidupan dan keluarganya. Beliau tidak faham bahwa khodam itu pembantu dikalangan syaitan yang jahat. Beliau jahil sebelum cahaya hidayah dan sunnah menyentuhnya…

 Beliau mencintai dunia hingga hampir keseluruhan hidupnya diperbudak dunia, Alhamdulillah sekarang Allah bangunkan dia. Beliau mencintai anaknya, hingga Allah uji dengan anak tersebut. Karena anak adalah bagian daripada tipuan dunia yang indah. Allah uji dengan syaitan yang membisiki keresahan disepanjang kehidupannya sehingga dengan keresahan itu ia senantiasa berdo’a dan mencari jalan untuk berubah dan akhirnya menemukan cahaya di usia senjanya.

 Fhoto 02/02/2014

Nuruddin 3Beliau saat ini menjadi pribadi yang penyabar, bahkan jauuh lebih sabar dan bijak dari anaknya yang masih tetap keras kepala dan jahil ini.

 Adikku belum sembuh, namun sungguh ayah telah berubah. Inilah hikmahnya.. indah, ketika melihat rahmat-Nya bertebaran diangkasa. Dahulu anakmu pernah menangis dan berdo’a ditengah-tengah kecamuk tawaf, didepan pintu multazam; “Ya Rabb, berikanlah aku petunjuk satu diantara manhaj yang bertebaran di bumi Mu ini. Ya Rabb, kuatkan bahuku untuk membawa ayah dan ibuku ke masjid ini. Ke tanah haram ini. Ya Rabb, berikanlah kebahagiaan kepada ayah dan ibuku di dunia dan akhirat”. Dan sepertinya, satu-persatu do’a sederhana itu dikabulkan Allah dengan cara-Nya yang indah.

 Adik saya belum sembuh, hingga detik ini jiwanya masih dalam penjara. Dan saat ini atau bahkan seterusnya ayah saya menjadi macan garang yang menjaga dan mencegahnya dari segala mara bahaya, disampingnya.

 Adikku belum sembuh, namun lihatlah tubuhnya yang gemuk dan kekar?

Ia belum menikah, barangkali tidak ada wanita yang menghargainya bahkan ia kehilangan 9 tahun masa emasnya. Dan ini bukan kesalahan atau dosanya, bukan juga aib. Barangkali bidadari sedang menanti diantara helaan nafasnya di menit-jam-hari-hari atau tahun, dimana ia sadar dan lalu terbaring di kamarnya.

Adikku belum sembuh, namun setidaknya kaum mukminin mengetahui bahwa syaitan itu tidak hanya menimbulkan kerugian dalam bentuk sakitnya jasad, namun juga kehancuran diberbagai aspek kehidupan. Bahkan misi musuh-musuh Allah itu adalah kesengsaraan yang abadi. Dan dendam itu tidak terbayar dengan pembunuhan satu nyawa, melainkan seluruh keturuan cucu Adam. Tidak hanya kesengsaraan dunia namun kesengsaraan dan tangisan abadi di akhirat. Sekali lagi kesurupan syaitan itu bukan aib! Namun ia adalah rahmat bagi mahluk yang berfikir, sehingga ia bisa melihat musuh yang nyata. Disana kita diperlihatkan tentang betapa jahat dan kejamnya mereka.

Nuruddin 4Photo Idhul Fitri 2014

Adikku belum sembuh, dan ini bukan beban namun cambuk keras dan rantai yang akan menjerat leher ini dari kecongkakan saat syaitan-syaitan itu mulai bergemuruh dan menguasai nafsu di ubun-ubun.

Hikmah terakhir, dan ini yang paling penting adalah tentang prasangka.

Bayangkan, betapa dosanya prasangka yang terus bekerja mengotori jiwa kita dan kita hantamkan kepada seseorang secara terus-menerus. Katakanlah kami yang mengira tetangga kami sebagai tukang santet yang padahal [misalnya saja] sakit ini disebabkan oleh Jin keturunan dari pihak ayah atau ibu. Lalu jin dukun dan jin keturunan ini bekerjasama untuk saling menguatkan dan memudahkan dengan fitnah yang keji. Naudzubillah..

“Jika dalam qalbu itu bergema dzikir dan mengalun nyanian al Qur’an, maka apakah masih ada ruang untuk prasangka?”

“Sampai Bertemu di Pertempuran Berikutnya!”

 Kegiatan Ust nuruddin al Indunissy dalam dakwah dan pelatihan rukyah syar’iyyah diseluruh nusantara bahkan sampai mancanegara bisa diikuti pada rekaman video beliau di youtube PADA  LINK INI

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *