mirza-ghulam-ahmadPemilik Merk Sony tentu akan marah jika dipasaran beredar Televisi yang menggunakan merk Sony namun isinya didalamnya bukanlah Sony tetapi mesin rakitan sendiri. Demikian pula Pemilik merk Suzuki akan marah jika dipasaran beredar mobil dengan merk Suzuki namun mesinya bukan Suzuki tapi mesin rakitan sendiri. Mereka akan menuntut si pemalsu merk untuk menarik produknya dari pasaran karena telah melakukan pemalsuan dan pencemaran terhadap merk yang mereka miliki.

Hal seperti itulah yang dialami umat Islam di Indonesia, tiba tiba muncul aliran Ahmadiyah yang mengaku Islam, namun ajarannya berbeda dengan Islam. Mereka memiliki nabi selain nabi Muhammad dan memiliki kitab lain yang diakui setara dengan Al Qur’an. Mereka mensetarakan Mirza Gulam Ahmad dengan Nabi Muhammad saw, mereka mengedit dan mencampur aduk ayat Qur’an untuk kepentingan mereka didalam kumpulan kitab Tadzkirah yang mereka klaim sebagai kumpulan wahyu setara dengan Al-Qur’an.

Ahmadiyah di Indonersia bagaikan duri dalam daging bagi umat Islam. Bentrokan dan keributan antara umat Islam dengan Ahmadiyah akan tetap terjadi sepanjang zaman, jika tidak ada tindakan tegas dari pemerintah untuk membubarkan Ahmadiyah atau mereka kembali kepada ajaran Islam yang benar. Di Pakistan tempat asal Ahmadiyah masalahnya sudah selesai Ahmadiyah diakui sebagai aliran non Islam. Demikian pula dinegara tentangga Malaysia. Dunia Islam menolak Ahmadiyah dan mengganggap mereka sebagai aliran non Muslim. Arab saudi juga menolak Ahmadiyah untuk melakukan ibadah Haji ketanah suci, karena mereka sudah keluar dan murtad dari Islam.

Berikut ini kami sampaikan tentang kesesatan Ahmadiyah yang kami kutip dari situs arifinismail.blogspot.com. Mudah mudahan dapat mendapat wawasan pembaca tentang Ahmadiyah yang selama ini banyak menimbulkan masalah dengan umat bIslam di indonesia ini.


KESESATAN AHMADIYAH

Oleh Muhammad Arifin Ismail

Ahmadiyah adalah sebuah ajaran yang telah menyimpang dari ajaran agama Islam dengan keyakinan bahwa Mirza ghulam Ahmad, pendiri ajaran tersebut diakui oleh pengikutnya sebagai nabi yang mendapat wahyu dan mempunyai kitab suci. Ajaran Ahmadiyah ini bermula di India dan dikenal dengan nama Ahmadiyah Qadiani, kemudian berkembang di negeri Pakistan dengan nama Ahmadiyah Lahore, dan setelah dijadikan aliran terlarang di Pakistan , maka pusat kedudukannya pindah ke kota London. Pendiri ajaran adalah Mirza Ghulam Ahmad, dan setelah meninggal digantikan oleh Khalifah Nuruddin, dan meninggal tahun 1914 jatuh dari kuda, kemudian digantikan oleh Khalifah III yaitu Mirza bashiruddin mahmood, anak tertua dari Mirza Ghulam Ahmad, dan setelah meninggal digantikan oleh Khalifah IV Tahir Ahmad sampai saat ini.

Riwayat hidup Mirza Ghulam Ahmad.

Nama Ahmadiyah diambil dari nama pendirinya yaitu Mirza ghulam Ahmad. Dilahirkan pada tahun 1839 di desa Qadian, India. Ayahnya Mirza ghulam Murtada adalah keturunan Moghul, tetapi keturunan ini dinafikan oleh Mirza Ghulam Ahmad dengan wahyu yang diterimanya dari Tuhan : “ Harus diingat bahwa keluarga kami yang sederhana ini berasal dari Moghul. Tak ada catatan sejarah dalam keluarga kami yang menunjukkan bahwa keluarga kami berasal dari Persia. Apa yang kami lihat dalam catatan kami bahwa nenek moyang kami berasal dari keluarga Sayid yang terkemuka. Sekarang sudah mulai diketahui melalui kata-kata Tuhan bahwa kami adalah keluarga Persia. ( Mirza Ghulam Ahmad, Kitab Arbain, vol.2 hal.17 ).

Semasa kecil dia selalu terkena penyakin sawan, sakit kepala, insomania. Dia selalu dalam keadaan bingung, bahkan dia tidak tahu bagaimana caranya memutar arloji dan bagaimana membaca jam, sehingga dia selalu menghitung angka jam dari satu persatu. Dia juga sewaktu kecil sering kesulitan membedakan mana sepatu sebelah kiri dan sebelah kanan. ( Sirat al mahdi vol.1 hal.67 ). Pada waktu kecil dia belajar Tatabahasa Inggeris , ilmu Logika dan Filsafat dibawah Mulwi Fazl Ilahi, Mulwi Fazl Ahmafd, dan Mulwi Gul Ali Shah. Dia juga belajar kedokteran dengan ayahnya sendiri, sebab ayahnya adalah seorang dokter yang berpengalaman. Setelah dewasa Mirza Ghulam Ahmad bekerja menjadi wakil komisaris Sialkot, tetapi tidak lama kemudian dia kembali ke Qadian mengurusi sawah lahan keluarganya. Disamping itu dia menghabiskan waktunya belajar Quran dan hadis secara otodidak. Setelah itu dia banyak melakukan latihan spiritual sehingga pernah berpuasa selama enam bulan berturut-turut.

Pada tahun 1886 dia melakukan ibadah eksklusif di Hoshiarpur. Namun karena keadaan kesehatannya tidak mengizinkan maka dia menghentikan kegiatannya sebagaimana suratnya kepada sahabatnya Nuruddin : ” Sekarang ini kesehatanku sudah tidak mampu lagi untuk menjalani penggembelengan spiritual yang begitu ketat seperti meditasi dan bentuk ibadah yang keras ataupun sekedar merenung, menyebabkan aku merasa sakit ” ( Maktubat Ahmabiyah, vol.5,hal.103). Dari pembela menjadi Mujadid, Pembaharu. Mirza Ghulam Ahmad banyak menulis. Pada tahun 1879 Mirza Ghulam Ahmad menulis buku Barahin Ahmadiyah yang menyatakan kebenaran ajaran agama islam, ketuhanan dan kenabian Muhammad dibandingkan dengan ajaran kristen yang sedang masuk ke India. Dari tulisan inilah dia merasa bahwa dia telah ditunjuk oleh Tuhan untuk membela Islam sebagaimana katanya : ” Hamba yang sederhana ini telah ditunjuk Tuhan yang Maha Mulia untuk berjuang melakukan pembenahan umat manusia dan menuntun orang yang sesat ke jalan yang lurus ”. Pembelaan kepada islam ini membuat tulisannya mulai diminati masyarakat. Pujian masyarakat terhadap tulisan inilah yang mendukung dirinya mengaku sebagai mujadid, pembaharu agama.

Dalam sirat mahdi dinyatakan : ” Sebelum menulis Barahin, Mirza menempuh hidup tanpa seorangpun tahu, dan dalam penyenderian ini dia menjalani kehidupan seorang darwish (sufi ). Dahulu dia mulai dikenal karena jumlah artikel yang ditulis di beberapa surat kabar, namun sangat kecil. Sebenarnya, beberapa pernyataan Barahin Ahmadiyah telah melejitkan namanya di India di kalngan kaum terpelajar dan akademisi ” ( Sirat al mahdi vol.1, hal. 103 ).Dari pembaharu menjadi al masih. Dalam kitab karyanya Fathul islam Mirza menulis : “ Disamping kesamaan dengan para pendahulu yang mulia, ada sebuah kesamaan yang khusus dengan sifat al masih alaihissalam dan karena kesamaan inilah saya yang rendah ini telah diutus setelah al masih untuk meruntuhkan penyaliban. Dengan demikian saya telah diutus untuk menghancurkan salib-salib dan membunuh babi. Saya turun dari langit didampingi oleh para malaikat di sebelah kanan dan kiri saya “ ( Fath islam, hal. 6-7 ).

Dari al masih menjadi Nabi.

Dalam kitab Tuhfatut an nadwah Mirza Ghulam Ahmad berkata : “ Seperti yang aku katakan berkali-kali bahwa apa yang aku bacakan kepadamu adalah benar-benar kalam Allah, sebagaimana al Quran dan taurat adalah kalam Allah, dan bahwa aku adalah seorang nabi “Dzilli “ ( nabi mendapat wahyu dan syariat ) dan “Buruzi”.( nabi yang tidak membawa syariat ) Dan setiap muslim harus mematuhiku dalam masalah-masalah agama. Siapa saja yang mengetahui kabarku tentang diriku, tetapi tidak menjadikanku hakim dalam memutuskan masalahnya, ataupun tidak mengakuiku sebagai al masih yang dijanjikan, ataupun tidak mengakui wahyu yang aku terima dari Tuhan, maka dia akan mendapat azab di akhirat kelak karena dia telah menolak apa yang seharusnya dia terima. ( Tuhfat an Nadwah hal. 4 ).

Dalam kitab haqiqatul Wahyi, Mirza Ghulam Ahmad menyatakan : “ Jadi ketahuilah wahai umat Muhammad, bahwa akulah satu-satunya yang telah menerima sebagian besar wahyu daripada Allah taala dan juga menerima pengetahuan tentang alam ghaib. Tak seorangpun dari orang suci sebelumku yang diberi karunia besar seperti ini. Atas dasar ini, aku telah dipilih sebagai seorang nabi dan tidak akan ada lagi yang berhak menyandang gelar ini “ ( Haqiqatul Wahyi, hal. 391 ). Pengakuan ini juga terdapat dalam Akhbar ‘Am terbitan 26 Mei 1908 “Saya Nabi menurut hukum Allah. Seandainya saya mengingkarinya, tentunya saya berdosa. Ketika Allah menamai saya Nabi, bagaimana saya bisa mengingkarinya. Saya akan mengikuti akidah ini sampai saya berpindah dari dunia ini.”

Menurut Mirza, pengutusan Nabi oleh Allah terus berlangsung sesudah Nabi Muhammad tanpa batas waktu. Dalam bukunya, Mawahibur Rahman halaman 37, Mirza berkata, “Tidak ada halangan bagi munculnya para nabi sesudahnya (Muhammad) dengan syarat bahwa ada mereka dari umatnya dan pengikutnya yang paling sempurna yang mereka memperoleh emanasi seluruhnya dari ruhanianya mereka cerah dengan cahayanya.”

Mirza Ghulam Ahmad mengaku menerima wahyu yang martabatnya sama dengan AQur’an, Injil, dan Taurat. Dalam bukunya Haqiqatul Wahyi dinyatakan ,”Demi Allah yang Maha Mulia, saya beriman kepada wahyu saya sebagaimana saya beriman kepada Al-Qur’an dan kitab-kitab lain yang diturunkan dari langit. Dan saya beriman kepada kalam yang turun kepada saya turun dari Allah sebagaimana saya beriman bahwa Al-Qur’an turun dari sisi-Nya.” ( Haqiqatul Wahyi, hal. 211 ) Buku-buku Mirza penuh dengan klaim turun wahyu kepadanya dan persamaan martabatnya dengan martabat Al-Qur’an. Sebagai contoh, dalam kitabnya al-Istifa’ halaman 77, “Dan dia berbicara dengan beberapa kalimat yang kami akan sebutkan sedikit pada kesempatan ini dan kami beriman kepadanya sebagaimana kami beriman kepada kitab-kitab Allah Pencipta manusia. Inilah dia.” Kemudian Mirza mengemukakan kalimat-kalimat yang diklaimnya sebagai wahyu sepanjang dua puluh tiga halaman, mulai dari halaman 77 sampai 100.

Mempunyai mukjizat

Untuk membuktikan kerasulannya, Mirza menyebutkan dalam bukunya Mawahibur Rahman bahwa ia mempunyai lebih dari seratus ribu mukjizat. Sementara dalam bukunya, Tazkiratusy Syahadatain, halaman 410, ia menyebutkan lebih dari sejuta. Di antara mukjizatnya adalah matinya orang-orang yang memusuhinya dan mengkafirkannya. Sebab,—menurutnya—Allah menguatkan dan menolongnya dengan firman Allah, “Jika engkau marah Aku marah dan setiap kali engkau cinta Aku pun cinta.” Wahyu ini disebutkannya dalam Mawahibur Rahman halaman 68.

Meniadakan hukum Jihad.

Dalam kitab Arbain Mirza menulis : “ Jihad sebuah perintah yang berat dalam agama dan secara berangsur telah diperingan oleh Tuhan. Pada zaman nabi Musa ada semacam kekerasan hukum bahkan beriman kepada ajaran Musa tidak bisa menyelamatkannya dari hukuman mati. Bahkan bayi yang masih menyusu pun dibunuh. Kemudian pada zaman Muhammad, membunuh anak-anak, orangtua, dan wanita dilarang. Kemudian untuk bangsa-bangsa tertentu, kalau mereka menolak untuk beriman, maka jizyah diberlakukan terhadap mereka untuk menyelamatkan mereka daripada hukuman mati. Kemudian pada zaman turunnya Isa alMasih ( yaitu zamanku ) kewajiban jihad telah dihapus “. ( Kitab Arbain vol.1V , hal. 15 ).

Merubah ayat Al Quran.

Mirza Ghulam Ahmad juga merubah-rubah makna ayat Al Quran daripada yang makna sebenarnya, seperti Dalam Maktub Ahmad, halaman 8 tertulis bahwa Allah telah berfirman : “ Ishna’il fulka bi A’yunina wa Wahyina, innalazi yubayi’unaka innama yubayi’unallah Yadullahi fauqa Aidihim (Buatlah perahu dengan pemeliharaan dan wahyu kami. Sesungguhnya, orang-orang yang membaiatmu hanya saja mereka membaiat Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka). Wa ma Arsalnaka illa Rahmatan lil’alami (Dan tidak Kami utus engkau (Mirza) kecuali menjadi rahmat bagi seluruh alam). “ Dan kami tidak mengutus engkau –wahai Mirza ghulam Ahmad- kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam “ ( Kitab Tadzkirah, hal.634 ). “ katakan –wahai Mirza ghulam Ahmad- sungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, hanya kamu diberi wahyu daripadaKu “ ( Tadzkirah, 633 ).“ Sesungguhnya Kami telah menjadikan engkau- wahai Mirza Ghulam Ahmad- sebagai imam bagi seluruh umat manusia “ ( Tadzkirah, hal.630 ).

Kitab suci Tazkirah.

Dalam kitab Tadzkirah, yang diangap oleh pengikut Ahmadiyah sebagai(kitab pegangan utama disebutkan bahwa : “Ïnna anzalnaahu qariiban minal qadiyaan-wabilhaqqi anzalnaahu wabilhaqqi nasal”, artinya “Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab suci (tadzkirah) ini dekat dengan Qadian (India). Dan dengan kebenaran kami menurunkannya dan dengan kebenaran dia turun.” ( Kitab Tadzkirah, hal. 637 ).

Pengkafiran selain Ahmadiyah.

Ahmadiyah bahkan menganggap kaum Muslim adalah musuh baginya. Seorang Muslim yang tidak percaya akan da’wah pengakuan Ghulam Ahmad sebagai “nabi” dan “rasul”, maka orang Muslim itu dianggap kafir. Dalam Kitab Tadzkirah tertulis; “Sayaquulul ‘aduwwu lasta mursalan.” (Musuh akan berkata, kamu bukanlah –orang yang– diutus (oleh Allah). ( KitabTadzkirah, halaman 402). Basyiruddin, salah satu adik Mirza Ghulam Ahmad, berkisah, ” “Di Lucknow, seseorang menemuiku dan bertanya: “Seperti tersiar di kalangan orang ramai, betulkah anda mengafirkan kaum Muslimin yang tidak menganut agama Ahmadiyah?” Kujawab: “Tak syak lagi, kami memang telah mengkafirkan kalian!” Mendengar jawabanku, orang tadi terkejut dan tercengang keheranan.” (Anwar Khilafat, hal. 92). “Barangsiapa mengingkari Ghulam Ahmad sebagai ‘nabi’ dan ‘rasul’ Allah, sesungguhnya ia telah kufur kepada nash Quran.

Kami mengafirkan kaum Muslimin karena mereka membeda-bedakan para rasul, mempercayai sebagian dan mengingkari sebagian lainnya. Jadi, mereka itu kuffar!” ( Kitab al-Fazal hal. 5, Juni 1922). “Barangsiapa mengingkari Ghulam Ahmad sebagai ‘nabi’ dan ‘rasul’ Allah, sesungguhnya ia telah kufur kepada nash Quran. Kami mengafirkan kaum Muslimin karena mereka membeda-bedakan para rasul, mempercayai sebagian dan mengingkari sebagian lainnya. Jadi, mereka itu kuffar!” ( Kitab al-Fazal, hal . 5 / Juni 1922).

SURAT MUBAHALAH

Diantara ulama yang sangat hebat melawan ajaran dan nenangkis tulisan-tulisan Mirza Ghulam Ahmad adalah Maulana Tsana’ullah Amritsari, editor majalah Ahlul Hadist. Pada tanggal 15 April 1907 Mirza Ghulam Ahmad mengeluarkan pernyataan yang ditujukan kepada Maulana Tsana’ullah

Kepada Maulana Sana’ullah. Salam bagi mereka yang mengikuti petunjuk. Sepengetahuan saya bahwa anda telah menuduhku sebagai pendusta, penipu, dajjal, dan fasik terutama dalam tulisan anda di majalah “ Ahlul Hadis “. Anda juga menyatakan bahwa dakwaan bahwa diri saya adalah al Masih yang dijanjikan adalah suatu dakwaan yang mengada-ngada. Saya sangat merasa terhina dengan tulisan anda, tetapi saya tetap sabar, sebab saya merasa bahwa sesungguhnya saya telah diperintahkan oleh Allah untuk menyebarkan kebenaran sedangkan anda telah menghalangi manusia daripada seruan saya dengan tuduhan bermacam-macam, sehingga menghina saya, menuduh saya dengan sesuatu yang tidak saya lakukan.

Sekiranya saya adalah seorang pendusta besar sebagaimana yang anda gambarkan dalam tulisan-tulisan di majalah anda, maka saya akan mati di saat anda masih hidup, karena saya tahu bahwa masa hidup seorang pembuat kejahatan dan pendusta tidak akan lama dan pada akhirnya ia akan mati sebagai orang yang gagal dalam keadaanterhina dan sengsara di saat musuh besarnya masih hidup. Namun sekiranya saya bukan pendusta dan penipu tetapi seorang yang mendapat kemuliaan melalui wahyu Tuhan, serta menjadi Imam Mahdi dan al Masih yang dijanjikan, maka saya memohon dengan rahmat Tuhan dan seiring dengan sunatullah, anda tidak akan selamat dari hukuman karena anda menolak kebenaran. Hukuman itu bukan berasal dari tangan manusia tetapi dari tangan Tuhan, yaitu berupa penyakit yang berbahaya seperti terkena wabah penyakit kolera dan lain sebagainya Namun sekiranya penyait itu tidak menimpa anda di saat saya masih hidup, maka saya ini bukan utusan Tuhan.

Inilah pernyataan dari saya bukan suatu wahyu atau ilham, tetapi merupakan doa dan permintaan untuk menyelesaikan persoalan dari Allah. Saya meminta kepadaMu ya Allah Yang Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Melihat, yang mengetahui apa yang ada dalam hati saya. Jika sekiranya dakwaan saya bahwa sesungguhnya saya adalah al Masih yang dijanjikan itu merupakan dakwaan palsu berarti saya dalam pandanganMu adalah perusak, pendusta, dan tukang mengada-ngada siang dan malam, maka saya berdoa kepadaMu ya Allah dengan penuh tadaru’ agar Engkau Mencelakakan saya di dalam kehidupan Maulana Tsana ullah..Amien.

Tetapi wahai Tuhan Yang Maha Benar, jika seandainya Maulana Sanaullah yang melakukan kesalahan dengan dakwaan yang mengada-ngada tentang kebenaran kedudukan diri saya maka saya memohon kepadaMu Ya Allah agar Engkau mencelakakannya di waktu aku hidup dan kematiannya bukan di tangan manusia tetapi langsung dari tanganMu dengan wabah penyakit atau kolera atau lain sebagainya daripada penyakit yang mematikan, kecuali jika dia menyatakan taubat di depan saya dan di depan jamaah sayaatas sikap tuduhan dan penghinaan terhadap diri saya dan jamaah saya.

Saya merasa sangat sakit dengan penghinaan yang dilakukannya tetapi saya bersabar, sampai saya melihat bahwa penghinaannya sudah melampui batas, dimana dia telah menyatakan diriku adalah pencuri, penyamun, yang manusia yang paling berbahaya bagi penduduk dunia, sedangkan dia (maulana Tsana ullah ) menuduh tanpa berdasarkan kepada ilmu sebagaimana firman Allah : Janganlah kamu menyatakan sesuatu tanpa ilmu “

Dan sungguh dia telah menyebarkan tuduhannya itu ke seluruh penjuru yang jauh menyatakan bahwa saya adalah penipu dan pendusta dan lebih buruk daripada itu. Tetapi tuduhan tersebut tidak berpengaruh kepada murid-murid dan jamaah saya sebab kesabaran saya. Tetapi saya melihat bahwa Maulana Tsana Ullah ingin menghancurkan bangunan yang telah saya bina. Oleh sebab itu ya allah, saya memohon kepadaMu untuk menentukan antara kami berdua dengan sebeanar-benar ketentuan yang jelas maksudnya jika seandainya diantara kami berdua orang yang berdusta dan merusak maka matikanlah ia di waktu hidup orang yang benar diantara kami atau turunkanlah musibah yang dapat membuat kematian..Wahai Tuhanku yang kucintai lakukanlah ketentuanmu . Amien.

“ Ya Tuhan kami bukakanlah diantara kami dan diantara kaum kami dengan kebenaran dan Engkau sebaik-baik yang membuka kebenaran “ Di akhir tulisan ini, saya mengharap kepada Maulana Tsana Ullah untuk menyebarluaskan pernyatan dan doa ini di majalah anda ( Ahlul hadis ) dan anda boleh memberikan komentar sesuka anda..Maka sekarang urusan ketentuan ini di tangan Allah. Pengirim Abdullah al Samad Mirza Ghulam Ahmad al masih al Mau’ud 1 Rabiul awwal 1325 vertepatan dengan 15 April 1907.

Demikianlah isi surat dari Mirza Ghulam Ahmad penulis terjemahkan dari buku Maulana Sana Ullah Fas Qadhiyati al Qadhiyan pada halaman 6-8. Setelah pernyataan itu dibuat terbukti dalam sejarah bahwa Mirza Ghulam Ahmad meninggal setahun setelah surat itu ditulis yaitu pada tanggal 26 Mei 1907 sedangkan Maulana Tsana Ullah meninggal pada tahun 1367/1948, empat puluh tahun setelah surat dibuat. Dengan demikian sesuai dengan pernyataan dan doa Mubahalah dari Mirza Ghulam Ahmad sendiri dapat kita lihat bahwa dakwaan Mirza adalah salah sebab dia akhirnya mati dalam keadaan sakit kolera sebagaimana yang dimintanya dalam doa tersebut.

FATWA RABITHAH ALAM ISLAMIY

Pada tanggal 14 sampai 18 rabiul Awwal, 1394 Hijriyah Organisasi Rabithah Alam Islami ( Persatuan Negara Islam non Pemerintah ) berkedudukan di Makkah al Mukarramah telah mengeluarkan surat keputusan dan rekomendasi untuk Organisasi Konperensi Islam ( Persatuan Pemerintahan Negara-negara Islam ) yang menyatakan sebagai berikut :

Rekomendasi Komisi Aliran – Pemikiran.

Qadiyani ( di Indonesia dikenal dengan nama Ahmadiyah )adalah satu sekte yang amat membahayakan, yang menjadikan Islam sebagai semboyan untuk menutupi maksud-maksud jahat mereka. Hal yang paling menonjol dalam perbedaan paham dengan Islam adalah : Pemimpinnya mengaku sebagai nabi. – Teks Al Quran diubah-ubah. – Jihad itu tidak ada.

Qadiyani itu adalah anak emas imperalis, Penjajah Inggeris dan ia tidak akan muncul kecuali dengan proteksi imperalisme. Qadiyani mengkhianati masalah-masalah umat Islam dan ia membantu imperalisme dan zionisme, ia bekerja sama dengan kekuatan-kekuatan yang oposisi terhadap Islam, yang berjuang untuk menghancurkan akidah Islam dan memutarbalikkan ajaran islam dengan cara-cara sebagai berikut : Mendirikan tempat-tempat ibadah dengan biaya dari kekuatan musuh, untuk mengadakan penyesatan dengan konsepsi Qadiyani yang menyeleweng.
Membuka sekolah-sekolah , lembaga-lembaga pendidikan dan panti asuhan anak yatim. Qadiyani menjadikan kegiatan destruktifnya dengan sarana-sarana pendidikan tersebut untuk kepentingan kekuatan yang memusuhi islam. Qadiyani menyiarkan terjemahan yang tidak benar dari Al Quran dalam berbagai bahasa di dunia.

Untuk mengatasi bahaya Qadiyani ( Ahmadiyah ) tersebut maka Muktamar memutuskan bahwa:

Setiap lembaga Islam melakukan inventarisasi kegiatan Qadiyani di tempat-tempat ibadah mereka, di sekolah sekolah dan panti asuhan mereka, dan di semua tempat kegiatan mereka yang merusakkan (akidah Islam ). Disamping itu umat Islam wajib untuk memaparkan serta memperkenalkan kepada Dunia islam siapa-siapa yang termasuk orang-orang Ahmadiyah. Hal ini untuk menjaga agar umat tidak terperangkap dalam jeratan mereka. Menyatakan bahwa golongan Ahmadiyah itu adalah kafir dan keluar dari islam. Tidak bergaul dengan orang-orang Qadiyani atau Ahmadiyah, dan memutuskan hubungan ekonomi, sosial, dan budaya dengan mereka. Tidak menikahi mereka serta tidak menguburkan mereka di tanah pekuburan kaum muslimin, dan memperlakukan mereka sebagai orang kafir.

Meminta kepada pemerintah-pemerintah Islam untuk melarang setiap kegiatan pengikut-pengikut Mirza Ghulam Ahmad, dan menganggap mereka sebagai golongan minoritas non-muslim, dan melarang mereka untuk menduduki jabatan yang strategis dalam negara. Menyebarluaskan foto-kopi penyelewengan Ahmadiyah dalam al Quran al karim, disertai inventarisasi terjemahan-terjemahan Al Quran yang dibuat oleh Ahmadiyah dan berhati-hati terhadap terjemahan itu dan melarang beredarnya terjemahan tersebut. Semua golongan yang menyeleweng dari Islam diperlakukan seperti Ahmadiyah.

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI)

Pada tanggal 4 Maret 1984 Sidang paripurna Lengkap Rapat Kerja Nasional Majelis Ulama Indonesia memutuskan :

Bahwa Jemaat Ahmadiyah di wilayah negara Republik Indonesia yang berstatus sebagai badan hukum berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman R.I No.JA/23/13 tanggal 13-3-1953 (tambahan Berita Negara tanggal 31-3-1953 No.26 ) bagi umat Islam menimbulkan : Keresahan karena isi ajarannya bertentangan dengan ajaran agama Islam. Perpecahan khususnya dalam hal ubudiyah (shalat), bidang Munakahat dan lain-lain. Bahaya bagi ketertiban dan keamanan Negara. Maka dengan alasan-alasan tersebut dimohon kepada pihak yang berwenang untuk meninjau kembali Surat Keputusan Menteri Kehakiman R.I. tersebut.

Menyerukan kepada ; Agar Majelis Ulama Indonesia , majelis Ulama Daerah Tingkat I, Daerah Tingkat II, para Ulama dan Dai di seluruh Indonesia menjelaskan kepada masyarakat tentang sesatnya Jemaat Ahmadiyah Qadiyani yang berada di luar Islam. Bagi mereka yang terlanjur mengikuti Jemaat Ahmadiyah Qadiyani supaya segera kembali kepada ajaran Islam yang benar. Kepada seluruh umat Islam supaya mempertinggi kewaspadaannya, sehingga tidak terpengaruh dengan faham yang sesat itu. Majelis Ulama Indonesia dan Organisasi keagamaan telah melakukan kajian tentang Ahmadiyah yang hasilnya antara lain dituangkan dalam bentuk rekomendasi dan Fatwa sebagai berikut ;

Majelis Ulama Indonesia DATI I Propinsi Istimewa Aceh mengeluarkan fatwa tahun 1984 bahwa Ahmadiyah Qadiyani adalah sesat dan menyesatkan ( surat MUI DATI DI Aceh No.24/I/FATWA/1984 ). Ulama di Sumatera Timur mengeluarkan Keputusan Hasil Musyawarah tahun 1953 bahwa Ahmadiyah Qadiyani adalah kafir /murtad. ( Surat No. 125/Rhs/DI/19/65). Majelis Ulama Indonesia dalam MUNAS II tahun 1980 menyatakan bahwa Ahmadiyah adalah jamaah di luar Islam, sesat dan menyesatkan (Keputusan MUNAS II MUI se Indonesia no 05/Kep/Munas/II/MUI/1980)

Majelis Ulama Indonesia DATI I Sumatera Utara mendukung Keputusan MUNAS II MUI Pusat pada tahun 1980 ( Surat MUI DATI I Sumatera Utara No.356?MU-SU/VI/1984).


Muhammadiyah melalui keputusan Majelis Tarjih menetapkan bahwa tidak ada nabi sesudah nabi Muhammad saw. Jika orang itu menerima dan tidak mempercayai ayat dan hadist mengenai hal tersebut, maka dia telah mendustakannya dan barangsiapa yang mendustakannya maka kafirlah ia ( PP. Muhammadiyah, Himpunan Putusan Tarjih, t.th. : 280-281 ). Majelis Ulama Indonesia DATI I RIAU tahun 1994 mengeluarkan fatwa bahwa ajaran Ahmadiyah Qadiyani benar-benar berada di luar Islam, dan dapat meresahkan masyarakat muslim ( Komisi Fatwa MUI DATI RIAU, 7 Oktober 1994 ).

Dewan Syuriah PP Nahdatul Ulama mengeluarkan keputusan pada tahun 1995 bahwa Aliran Ahmadiyah yang ada di Indonesia menyimpang dari ajaran Islam. Aliran Ahmadiyah yang memutarbalikkan al Quran itu agar dilarang . Forum Ukhuwah Islamiyah Indonesia yang terdiri atas organisasi Islam, para ulama, dan zuama, antara lain Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Syarikat Islam (SI), Ittihadul Muballighin, Muhammadiyah, Persatuan Umat Islam ( PUI), Al Irsyad al Islamiyah, Persatuan Islam ( PERSIS) beserta sejumlah ulama menyatakan bahwa ajaran Ahmadiyah Qadiyan sudah keluar dari akidah Islamiyah dan gerakan sesat dan menyesatkan, penodaan kepada kitab suci Al Quran oleh Ahmadiyah melalui “kitab sucinya” TADZKIRAH wajib dihentikan ( Surat Pernyataan Permohonan Pelarangan secara nasional terhadap Ahmadiyah di Indonesia tanggal 17 September 1994 ).

SIKAP NEGARA ISLAM LAIN

Pemerintah malaysia juga telah melarang ajaran Qadiani dan dianggap kafir sejak tanggal 18 Juni 1975. Kerajaan Brunei juga telah melarang ajaran Ahmadiyah berkembang di negara Brunei Darussalam. Kerajan Arab saudi telah menyatakan bahwa Ahmadiyah kafir dan tidak boleh memasuki tanah haram. Negara Pakistan juga menyatakan bahwa Ahmadiyah adalah termasuk kelompok minoritas non-muslim, sama kedudukannya dengan agama nasrani, sikh, dan lain sebagainya.

Kuala lumpur, 17 Maret 2008 Muhammad Arifin Ismail.

Bahan Bacaan: Mirza Ghulam Ahmad, The Teaching of Islam, Inter India Publications, Delhi, 1910 . – Abul A’la al Maududi, The Qadiani Problem, Islamic Publications Lahore,t.tahun. – Sayid Abul hasan Ali an nadwi, Qadianism : A critical study, Islamic Research and Publications, Locknow, India, 1974. – Ahmad Hariadi, mengapa saya keluar dari Ahmadiyah Qadiani, Yayasan kebangkitan Kaum Muslimin, Bandung, 1986. – Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Paham sesat di Indonesia, Pustaka al kausar, Jakarta,, 2004. – Tsanaullah Amritsari, Fasl Qadhiyati al Qadhiani, Sanai Academy, Lahore, 1394.

Penulis : Muhammad Arifin Ismail

Alumni Pondok Modern Darussalam Gontor; Sarjana Muda ushuludin(teology)Institut Pendidikan Darusalam Gontor(Instintut Studi Islam Darussalam Gontor); Dirasatul Ulya Akidah dan Filsafat Islam, Darul Ulum, Cairo University; M.A (Studi Islam), M.A.(Bahasa Arab) Institute of Oriental and Islaic Studies-Lahore; Master Filsafat(M.Phil.), Punjab University, Lahore,Pakistan,

Email: arifin_ismail@yahoo.com buletin.istaid@gmail.com

(Sumber : arifinismail.blogspot.com )

3 thoughts on “PEMALSUAN AGAMA ISLAM OLEH AHMADIYAH”
  1. Latar Belakang Berdirinya Jemaat Ahmadiyah
    • Tokoh yang dijanjikan di dalam Alquran
    • Prolog
    • Latar belakang keluarga Hz.Mirza Ghulam Ahmad
    • Kelahiran & pendidikan awal
    • Zaman pergolakan & perubahan dunia
    • Kebangkitan Kristen
    • Kebangkitan gerakan neo-Hindu
    • Buku Barahiin Ahmadiyyah
    • Reaksi & dukungan ummat bagi Barahiin Ahmadiyyah
    • Reaksi pendukung & permintaan untuk menerima baiat
    • Reaksi & penentangan dari pihak non-Islam
    • Penda’waan Hz.Mirza Ghulam Ahmad & gelombang penentangan
    • Karya-karya Tulis Hz.Mirza Ghulam Ahmad
    • Media-media massa yg diterbitkan oleh Hz.Mirza Ghulam Ahmad
    • Gerakan Al-Wasiyyat & wafatnya
    • Silsilah Khilafat & perkembangan Ahmadiyah di seluruh dunia
    • Ahmadiyah di Indonesia
    Tokoh yang dijanjikan di dalam Alquran
    ” Huwallazii Arsala rasulahuu bilhudaa wa diinilhaqqi, liyuzh-hirahuu alad-diini kullihi walaw karihal-musyrikuwn ”
    Dialah [Allah] yang mengirimkan Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia menyebabkannya menang atas semua agama, betapapun orang-orang musyrik tidak akan menyukai ( As-Shaf: 10 ).
    Ayat ini mengisyaratkan pada kemenangan Islam atas seluruh agama lainnya. Dan kemenangan tsb. dipakukan bawah bendera Tauhid. Sebab Tauhid lah yang dapat mempersatukan seluruh umat manusia. Dan Tauhid itu sendiri merupakan ruh Islam. Kesempurnaan Syariat Islam telah terjadi di masa dan di tangan Rasulullah saw. 14 abad yang silam. Namun kesempurnaan penyebaran Syariat Islam , seperti yang diisyaratkan oleh Allah Ta’ala dan Rasulullah saw., adalah pada waktu dan di tangan tokoh yang dijanjikan sebagai Masih Mau’ud dan Imam Mahdi
    ” Huwallazii ba’atsa fil-ummiyyina rasulanm-minhum yatluw alaiihim aayaatihii wayuzakkiihim wayu’allimuhumul-kitaaba wal-hikmah, anggur kaanuw min-qoblu lafii dholalinm-Mubiin. Wa’aakhoriina minhum lammaa yalhaqquw bihim wahuwal-aziizul hakiim ”
    Dialah [Allah] yang telah mengutus di tengah-tengah bangsa yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah, meskipun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata. Dan Dia akan membangkitkannya di tengah-tengah suatu kaum lain dari antara mereka, yang belum pernah bergabung dengan mereka. Dan, Dia-lah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana. ( Al-Jumu’ah :3-4 ).
    Ayat ini mengisyaratkan pada kebangkitan spiritual Rasulullah saw. ( the second spiritual advent ) dalam wujud seseorang yang menyatu sepenuhnya dengan beliau dan merupakan cerminan rohaniah atau bayangan kamil Rasulullah saw., namun belum pernah tergabung dalam para pengikut selama ia hidup. Sinyal di dalam ayat ini dan di dalam hadis Nabi saw. yang termasyhur tertuju kepada pengutusan Rasulullah saw. sendiri untuk kedua kali dalam wujud Masih Mau’ud di akhir zaman.
    Prolog
    Jemaat Ahmadiyah adalah suatu gerakan dalam Islam yang didirikan oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as. pada tahun 1889, atas perintah Allah Ta’ala. Ahmadiyah bukanlah suatu agama. Agamanya adalah ISLAM. Jemaat Ahmadiyah menjunjung tinggi taat “Laa ilaha Illallah, Muhammadur-rasulullah “. Jemaat Ahmadiyah bersaksi bahwasanya tiada tuhan selain Allah dan Muhammad itu adalah rasul Allah.
    Jemaat Ahmadiyah menjunjung tinggi kitab suci Al-Quran sebagai Kitab Syariat terakhir yang paling sempurna, hingga kiamat.
    Jemaat Ahmadiyah menjunjung tinggi Sayyidina Muhammad Mustafa Rasulullah shallallahu alaihi wa’aalihi wassallam sebagai Khataman-nabiyyiyn yang merupakan penghulu dari sekalian nabi dan nabi yang paling mulia. Dia adalah nabi pembawa syariat terakhir. Penutup pintu kenabian tasyri’i . Tidak ada lagi nabi pembawa syariat baru sesudah Rasulullah saw ..
    Nama Ahmadiyah berasal dari nama sifat Rasulullah saw. – Ahmad ( yang terpuji ). Yakni yang menggambarkan suatu keindahan / kelembutan. Zaman sekarang ini adalah zaman penyebar-luasan amanat yang diemban Rasulullah saw. dan merupakan zaman penyiaran sanjungan pujian terhadap Allah Ta’ala. Era penampakkan sifat Ahmadiyah Rasulullah saw .. ( Da’watul Amir , M.Bashiruddin Mahmud Ahmad, edisi terj.Bhs.Indonesia, 1989, H.2)
    Tujuan Jemaat Ahmadiyah adalah Yuhyiddiyna wayuqiymus-syariah . Menghidupkan kembali agama Islam, dan menegakkan kembali Syariat Qur’aniah.
    Dalam arti yang lebih mendalam adalah untuk menghimbau ummat manusia kepada Allah Ta’ala dengan memperkenalkan mereka sosok sejati Rasulullah saw., Dan menciptakan perdamaian serta persatuan antar berbagai kalangan manusia. Ahmadiyah berusaha menghilangkan segala kendala yang timbul karena perbedaan ras dan warna kulit sehingga umat manusia dapat bersatu dan mengupayakan perdamaian semesta.
    Kami beriman bahwa Allah itu Mahaesa dan tidak memiliki sekutu dalam zat-Nya maupun dalam sifat-sifat-Nya, dan tidak dilahirkan maupun melahirkan. Dia bebas dari segala jenis kekurangan dan kelemahan dan sempurna di dalam segala sifat-Nya. Dia mengabulkan doa-doa para hamba-Nya dan membantu mereka dalam memenuhi segala kebutuhan mereka. Nikmat-nikmat-Nya, baik secara materi ataupun rohani, tidak terbatas, dan tidak hanya dilimpahkan kepada suatu bangsa atau kaum tertentu. Jemaat Ahmadiyah menganggap sebagai kewajibannya untuk mengimbau umat manusia menerima Tauhid Ilahi, sebab, penerimaan Tauhid Ilahi dapat menciptakan perdamaian dan persatuan diantara umat manusia.
    Kami percaya bahwa semua agama besar pada awalnya memiliki landasan kebenaran dan masih mengandung banyak nilai keindahan. Kami menolak dan menyangkal sikap yang menyatakan bahwa tidak ada agama selain agamanya sendiri yang mengandung suatu kebenaran atau nilai keindahan. Kendatipun demikian, kami menganggap sebagai kewajiban kami untuk mengumandangkan bahwasanya Islam mengandung tuntunan Samawi dengan bentuknya yang utuh dan sempurna guna membimbing umat manusia mencapai hubungan kedekatan dengan Allah Ta’ala.
    Kami menjunjung tinggi kebebasan suara hati lebih dari segala kemerdekaan dan sebagai hak-hidup setiap makhluk manusia. Kami memandang tidak ada dosa yang begitu keji seperti tindakan paksa atau kekerasan dalam urusan agama. Kami memandang haram untuk berperang atau memerangi pemerintah atau bangsa yang memberikan kemerdekaan penuh kepada penyuaraan kata hati dan agama orang-orang yang menghuni wilayah-wilayahnya. Kami memandang orang-orang Islam yang mensahkan perang karena perbedaan dalam urusan agama adalah sebagai kesalahan besar dalam memegang akidah yang sama-sekali tidak sesuai dengan jiwa agama Islam yang hakiki ini.
    Kami menganggap sebagai kewajiban agama yang pokok untuk mentaati sepenuhnya undang-undang dan peraturan pemerintah tempat kami bernaung. Kami memandang pemberontakan dan pembangkangan terhadap pemerintah yang berkuasa sebagai sesuatu yang sama-sekali tidak dibenarkan dan bertentangan dengan ajaran Islam. Kami memegang prinsip ini dengan seteguh-teguhnya dimana pun kami berada.
    Kami percaya bahwa janji Tuhan yang diberikan-Nya kepada umat manusia melalui semua agama besar tentang turunnya seorang nabi di akhir zaman telah menjadi kenyataan di dalam diri Hz.Mirza Ghulam Ahmad as., Pendiri Jemaat Ahmadiyah. Dia adalah Almasih yang ditunggu-tunggu oleh umat Kristen; Imam Mahdi yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam; dan Krishna yang ditunggu oleh umat Hindu. (Dikutip dari: Akidah Dan Tujuan Jemaat Ahmadiyah ; Suvenir Peringatan Seabad Gerhana Bulan & Gerhana Matahari 1894-1994, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1994, h.46-47).
    Latar Belakang Keluarga Hz.Mirza Ghulam Ahmad
    Hz.Mirza Ghulam Ahmad berasal dari suatu rumpun keluarga yang merupakan pendatang dari Samarqand, sebuah kota di Asia Tengah. Nenek-moyang beliau hijrah dari Samarqand menuju Punjab, India pada awal abad keenambelas, di masa kekuasaan Emperor Babar dari Dinasti Moghul. Mereka memohon untuk dapat melayani dinasti tsb. dan mendapat kepercayaan di daerah Punjab. [Lihat karangan-karangan Lepel H. Griffin: The Punjab chiefs (Lahore, 1865), h.380-381; The Panjab chiefs (edisi baru, Lahore, 1890), vol.2, h.49-50; Chiefs and families in the Panjab …, dikoreksi dan direvisi oleh WLConran dan HDCraik (Lahore, 1910), vol.2, h.40-41. Tentang silsilah keturunan keluarga tsb. lihat: Revised pedigree tables of the families mentioned in Griffin’S “Punjab chiefs” and Massy’S “Chiefs and families of note in the Punjab “(Lahore, 1899), h.76. Sumber: Prophecy Continuous , Yohanan Friedmann, University of California Press, 1989, H.2]
    Dia adalah keturunan dari Haji Barlas, yang merupakan paman Amir Timur. Timur berasal dari suku Barlas yang terkenal dan yang menguasai daerah Kish selama 200 tahun. Daerah ini pada zaman dahulu dikenal dengan nama Sogdiana, yangmana ibukotanya adalah Samarkand. Mereka adalah suku yang berakar dari Persia. Kata Samarkand itu sendiri berasal dari Bhs.Farsi. Barlas juga demikian, artinya: pemuda gagah berani dari kalangan terhormat. Mirza Hadi Beg memimpin hijrah dari Samarkand tsb. menuju Punjab, India, dengan membawa rombongan sekitar 200 orang. Mereka membangun sebuah desa yang tidak begitu jauh dari sungai Bias, dan menamakannya Islampur . Emperor Babar memberikan kepada beliau area yang mencakup ratusan desa. Dan beliau ditunjuk sebagai Qazi disana.Sehingga desa kediaman beliau itu dikenal dengan nama Islampur Qazi . Akhirnya nama ini tinggal Qazi dan lebih dikenal dengan sebutan Qadi yang kemudian menjadi Qadian . (Lihat: Life of Ahmad , ARDard, Tabshir Publication, 1948, vol.1, h.7-8)
    Kelahiran & Pendidikan Awal
    Hz.Mirza Ghulam Ahmad lahir kembar di Qadian pada tahun 1835. Saudara kembar beliau (perempuan) wafat beberapa hari setelah lahir. (Lihat: Life of Ahmad , ARDard, Tabshir Publication, 1948, vol.1, h.27)
    Semenjak kecil beliau tidak pernah belajar di sekolah / madrasah ataupun suatu institusi pendidikan formal. Pada usia sekitar 7 tahun (sekitar thn.1841) ia dididik oleh seorang guru privat yang bernama Fazl Ilahi. Ia seorang penduduk Qadian dan penganut mazhab Hanafiah. Ia mengajarkan Al-Quran dan beberapa dasar buku pelajaran bahasa Farsi. Pada usia 10 tahun Hz.Mirza Ghulam Ahmad dididik oleh guru privat bernama Fazl Muhammad. Ia berasal dari Feroze-wala, Gujran-wala, dan dari kelompok Ahli-Hadis. Ia mengajarkan dasar-dasar tata-bahasa Arab. Dan pada usia 17 atau 18 tahun ia dididik oleh seorang guru Shiah, bernama Gul Ali Shah. Guru ini mengajarkan lebih lanjut tata-bahasa Arab dan juga mantik / logika. Selain itu ayah beliau adalah seorang tabib yang mahir, maka ia pun memperoleh pendidikan dalam bidang ilmu ketabiban ini. Dan ia memiliki kecenderungan banyak menelaah buku-buku. Terutama dari perpustakaan keluarga yang masih terpelihara sejak turun-temurun.(Lihat: Sirrul-Khilafa , Mirza Ghulam Ahmad, Amritsar, 1894, h.7; Life ofAhmad , ARDard, Tabshir Publication, 1948, vol.1, h.29; Prophecy Continuous , Yohanan Friedmann, University of California Press, 1989, H.3)
    Zaman Pergolakan & Perubahan Dunia
    Banyak perubahan dan pergolakan sosial-politik dunia pada masa-masa itu. Imperialisme Barat menampakkan warnanya. Inggris Raya sedang jaya-jayanya hampir di seluruh belahan bumi ini. Namun sejauh yang berkaitan dengan masalah agama Kerajaan Inggris memberikan jaminan kebebasan beragama, khususnya dalam toleransi beragama. Yaitu dengan disahkannya rancangan undang-undang Emansipasi Katolik ( Catholic Emancipation Bill ) pada tahun 1829, yangmana dasarnya adalah penghapusan diskriminasi dalam hal sipil dan kesama-rataan dalam hak-hak politis.
    Banyak hal yang merubah pola pikir dan cara hidup dunia. Rencana pembuatan terusan Suez sudah mulai dijajaki sejak tahun 1833. Dan Terusan Suez itu selesai dibuat pada tahun 1865. Mesin cetak plat baja sudah ditemukan pada akhir abad ke-18. Dan mesin cetak praktis yang menggunakan tenaga uap pertama kali diproduksi dan digunakan pada tahun 1814. Kendaraan-kendaraan atau alat-alat transportasi praktis yang menggunakan tenaga uap dirancang pada tahun 1802, dan pada tahun 1824 sudah banyak yang beredar dengan sukses. Daimler menemukan internal-combustion-motor pada tahun 1885 yang menggunakan minyak / petroleum spirit. Kapal uap pertama mulai menjelajahi jarak antara Liverpool dan Glasgow pada tahun 1815. Jaringan kereta-api pun mulai dibuka di Inggris pada tahun 1825. Electric telegraphy mulai digunakan pada tahun 1820 sebagai sarana komunikasi antar berbagai tempat di seluruh dunia. Mesin elektro-magnetik mulai digunakan pada tahun 1832. Pada tahun 1846 telah ditemukan sistim anaesthetik. Dan sistim antiseptik dalam perawatan luka mulai diakui pada tahun 1867. Penelitian Pasteur tentang teori kuman pada penyakit-penyakit infeksi dimulai pada tahun 1850. Dan malaria serta tuberculosis ditemukan pada tahun 1880. Penggunaan listrik secara komersial untuk sarana penerangan telah dimulai pada tahun 1879. Dan telephone ditemukan pada tahun 1876. Demikian pula X-ray ditemukan pada tahun 1895. Ringkasnya banyak sekali penemuan-penemuan baru yang mengubah pola pikir dan pola hidup manusia. ( Life of Ahmad , ARDard, Tabshir Publication, 1948, vol.1, h.20-24)
    Kebangkitan Kristen
    Selain itu di bidang keagamaan, missi-missi Kristen mulai bergerak dengan gencarnya di seluruh dunia semenjak tahun 1804, khususnya ketika British & Foreign Bible Society terbentuk. ( Life of Ahmad , ARDard, Tabshir Publication, 1948, vol.1, h.20-24)
    Bahkan kurun waktu antara tahun 1815 hingga 1914 telah ditetapkan oleh kelompok Kristen sebagai The Great Century of World Evangelization (Abad Agung Penginjilan Dunia). Dan anak-benua India merupakan sebuah sasaran yang dijadikan sebagai proyek besar bagi gerakan penginjilan / kristenisasi itu. Dan jutaan orang masuk ke dalam agama Kristen melalui gerakan-gerakan missionaris Kristen disana. Misalnya: missi-missi Kristen dari Inggris antara lain Methodists masuk ke India pada tahun 1819; Scottish Presbyterians masuk pada tahun 1823. Sedangkan missi-missi Kristen dari Amerika antara lain: Congregationalist ( American Board ) masuk ke India pada tahun 1810; Presbyterians pada tahun 1834; Baptists pada tahun 1836; Lutherans pada tahun 1840; dan Methodists pada tahun 1856. Kemudian German Gossner Mission masuk pada tahun 1839. Dan Scandinavian Lutherans pada tahun 1867. Dan uniknya Ratu Victoria memproklamirkan kebebasan beragama serta sikap tidak memihak Kerajaan Inggris Raya pada suatu agama, di India pada tahun 1858. (Lihat: World Christian Encyclopedia, David B.Barrett, Oxford, 1982, p.23-30)
    Kebangkitan Gerakan Neo-Hindu
    Bersamaan dengan itu di anak-benua India pun bermunculan kelompok-kelompok Neo-Hindu yang gencar menghadapi perkembangan zaman. Diantaranya yang paling militan dan agressif adalah sekteArya Samaj (Aryan Society) yang didirikan pertama kali pada tahun 1875 di Bombay oleh Swami Dayananda Saraswati (1824-1883). Ini adalah suatu gerakan yang ingin mengembalikan kemurnian agama Hindu dan menampilkannya sebagai suatu kebanggaan nasional India. Swami Dayananda Saraswati ini mulai mengembangkan ajaran Neo-Hindu-nya sejak tahun 1865. Alirannya banyak menentang pemahaman-pemahaman Hindu Brahma yang Ortodox. Selain itu mereka meluncurkan serangan besar-besaran terhadap Kristen maupun Islam. Swami Dayananda Saraswati yang digelari “Hindu Luther “oleh penentangnya, juga menulis sebuah ‘Bible’ Arya Samaj yang bernama Satyarth Prakash , yang berisikan penafsiran / terapan-terapan ayat Veda yang menggambarkan sikap Hindu terhadap agama-agama lainnya dan terhadap permasalahan-permasalahan sosial kontemporer . Sekte ini berkembang menjamur di India dengan cepat, khususnya di wilayah Punjab. (Lihat: The Raj, India & the British 1600-1947 , CABayly, National Potrait Gallery Publications, London, 1990, p.305-306; Life of Ahmad , ARDard, Tabshir Publication, 1948, vol.1, h.61; Arya Dharm: Hindu consciousness in 19th century Punjab , Kenneth W.Jones, Univercity of California Press, Berkeley and Los Angeles, 1976; Prophecy Continuous , Yohanan Friedmann, University of California Press, 1989, foot note p.4)
    Buku Barahiin Ahmadiyyah
    Kondisi Islam pada saat itu benar-benar menyedihkan. Di satu sisi gerakan Kristenisasi sedang gencar-gencarnya berjalan di India dan menarik ratusan ribu orang masuk ke dalam agama Kristen dan di sisi lain serangan-serangan pihak Hindu terhadap Islam, Al-Quran dan terhadap wujud suci Nabi Muhammad Mustafa saw ..
    Kondisi inilah yang banyak mewarnai kehidupan awal dari Hz.Mirza Ghulam Ahmad as .. Beliau banyak menelaah literatur-literatur yang berkaitan dengan agama-agama tersebut. Beliau secara personal banyak terlibat dalam upaya-upaya untuk membela Islam dari serangan-serangan di kedua arah tsb .. Disamping itu beliau sendiri mengalami perkembangan rohaniah.
    Sejak tahun 1872 Hz.Mirza Ghulam Ahmad as. sudah giat membela Islam membalas serangan-serangan dari kelompok Kristen dan kelompok Hindu khususnya Arya Samaj dan Brahmu Samaj. Dia banyak menulis artikel-artikel tentang itu di berbagai media massa. Antara lain jurnal Manshur Muhammadi yang terbit dari Bangalore, Maysore, India Selatan, setiap 10 hari sekali. Kemudian pada beberapa surat-kabar yang terbit dari Amritsar al: Wakil; Safir Hind; Widya Prakash , dan Riaz Hind . Demikian pula pada Brother Hind (Lahore), Aftab Punjab (Lahore), Wazir Hind (Sialkot), Nur Afshan (Ludhiana) dan Isyaatus-Sunnah (Batala). Begitu juga pada koran-e-Aam (Lahore). (Lihat: Ahmadiyyat, The Renaissance of Islam , Muhammad Zafrullah Khan, Tabshir Publications, London, 1978, h.16; Life of Ahmad , ARDard, Tabshir Publication, 1948, vol.1, h.63)
    Melihat serangan terhadap Islam semakin menjadi-jadi, dan tidak ada upaya berarti yang dilakukan oleh pemuka-pemuka Islam, maka berdasarkan bimbingan dari Allah Ta’ala, Hz.Mirza Ghulam Ahmad as. mulai menulis buku Barahiin Ahmadiyah . Jilid 1 dan 2 diterbitkan pada tahun 1880; jilid 3 terbit pada tahun 1882; dan jilid 4 pada tahun 1884. Intinya beliau memaparkan bukti-bukti keunggulan dan hidupnya agama Islam serta ketinggian / kemuliaan Kitab Suci Al-Quran dan Rasulullah saw. sebagai perbandingan dengan agama Hindu, Kristen dan agama-agama lainnya.
    Pada jilid pertama ia lebih memfokuskan pada balasan serangan terhadap ajaran Arya Samaj yang menghina Rasulullah saw., Nabi Isa as., dan Nabi Musa as. serta yang menuduh kitab-kitab suci para nabi tsb. adalah palsu. Disamping itu beliau menyerang akidah Arya Samaj yang menyatakan bahwa ruh tidak diciptakan oleh Tuhan, melainkan telah ada dengan sendirinya sejak awal-awal. ( Barahiin Ahmadiyyah, Rohani Khazain vol.1, h.72; Life of Ahmad , ARDard, Tabshir Publication, 1948, vol.1, h.70)
    Jilid kedua masih terkait dengan akidah-akidah Arya Samaj. Kemudian mengenai posisi dan perlunya wahyu. Tentang keunggulan Kitab Suci Al-Quran pada kitab-kitab agama lainnya. Dan juga beliau menekankan kaidah dasar pembuktian kebenaran suatu agama yang harus berdasarkan pada kitab suci yang diakui oleh agama itu sendiri. Pada jilid ketiga beliau merinci keindahan dan kemuliaan Al-Quran. Beliau menjawab serangan-serangan yang ditujukan kepada Al-Quran. Dan beliau menyatakan bahwa beliau menerima wahyu-wahyu dari Allah Ta’ala dan ia siap untuk membuktikan kebenarannya. Pada jilid keempat beliau membahas tentang bentuk asli bahasa umat manusia; tentang posisi mukjizat dan pentingnya nubuatan-nubuatan / kabar-ghaib seorang nabi berkenaan masa mendatang. Dia memaparkan konsep-konsep agama Budha, Kristen dan Hindu Arya Samaj tentang Tuhan, dan membuktikan keunggulan ajaran Islam. Dan kitab-kitab Yahudi pun ia tampilkan sebagai perbandingan dengan Al-Quran. ( Life of Ahmad , ARDard, Tabshir Publication, 1948, vol.1, h.70-76)
    Salah satu aspek yang sangat beliau tekankan dan ia tampilkan sebagai bukti tetap hidupnya agama Islam hingga hari Kiamat adalah adanya hubungan komunikasi yang hidup antara Tuhan dengan hamba-hamba-Nya. Ia tampilkan sendiri pengalaman-pengalaman spiritual beliau dalam bentuk wahyu, ilham, rukya-rukya, maupun kasyaf.
    Reaksi & Dukungan Ummat Bagi Barahiin Ahmadiyyah
    Sebelumnya, Hz.Mirza Ghulam Ahmad tidak begitu dikenal. Dan ia berjuang sendirian. Namun setelah penerbitan buku Barahiin Ahmadiyyah , keadaan menjadi berubah dan ia mulai dikenal dan tampil secara terbuka. Barahiin Ahmadiyyah mendapat sambutan yang sangat besar dari kalangan umat Islam. Buku ini telah menimbulkan suatu kejutan dan gejolak revolusi besar bagi pihak-pihak non-Islam maupun bagi kalangan Islam sendiri. Para pemuka Islam yang tadinya telah kehilangan nyali, seolah-olah mendapatkan seorang pembela Islam yang ulung sehingga mereka serentak berdiri di belakang beliau mendukung, dalam menghadapi serangan-serangan pihak non-Islam. Berikut ini beberapa kutipan sambutan dan dukungan tokoh-tokoh Islam India pada masa itu.
    Mlv.Muhammad Hussein Batalvi, seorang tokoh terkemuka dari kelompok Ahli Hadis di India, banyak memberikan sanjungan terhadap buku Barahiin Ahmadiyyah maupun terhadap penulisnya. Dia ini adalah seorang tokoh yang sangat mendukung perjuangan Hz.Mirza Ghulam Ahmad as pada mulanya, namun pada akhirnya ia berubah menjadi penentang keras beliau as .. Di dalam salah satu risalahnya, Mlv.Muhammad Hussein Batalvi menuliskan kesaksian beliau tentang buku Barahin Ahmadiyah :
    “Menurut pendapat saya – pada zaman sekarang dan sesuai kondisi yang berlaku – buku ini adalah sedemikian rupa, yangmana sampai saat ini di dalam Islam tidak ada bandingannya yang telah ditulis, dan tidak pula ada kabar di masa mendatang …. Penulisnya pun – dalam hal memberikan bantuan kepada Islam dari segi harta, jiwa, tulisan maupun lisan – sangat teguh dan kokoh pada langkah-langkahnya. Sehingga sangat sedikit ditemukan contoh yang seperti beliau, walau dari kalangan umat Islam terdahulu sekali pun … ” ( Risalah Isyaatus-Sunnah jld.7, no.6-11; Swanah Fazl Umar , Jld.I, hal.20)
    Kemudian berikut ini ulasan dari seorang tokoh sufi terkenal di India yang berasal dari Ludhiana. Yaitu Hz.Sufi Ahmad Jaan ra .. Banyak murid maupun pengikut beliau yang menjadi tokoh-tokoh pemuka agama Islam saat itu. Sang sufi ini menuliskan ulasan tentang buku Barahiin Ahmadiyyah di dalam sebuah selebaran beliau yang berjudul Ketegangan Wajibul Izhar :
    “Di zaman abad ke empatbelas telah berkecamuk sebuah tofan kebobrokan di dalam setiap agama. Seperti yang dikatakan orang: orang-orang kafir baru banyak bermunculan, dan orang-orang Islam baru pun banyak bermunculan. Tidak diragukan lagi, diperlukan sebuah buku dan seorang mujaddid seperti Barahiin n Ahmadiyah serta penulisnya Maulana Mirza Ghulam Ahmad Sahib. [Yaitu] yang dengan berbagai cara siap untuk membuktikan da’wah Islam atas para penentang. Dia bukanlah berasal dari kalangan ulama maupun cendekiawan umum. Melainkan secara khusus [datang] untuk tugas ini sebagai utusan dari Allah; penerima ilham dan yang bercakap-cakap dengan Allah …. Sang penulis adalah mujaddid, mujtahid, muhaddats bagi abad-keempat belas ini, dan merupakan seorang yang kamil dari kalangan umat ini. Hadis Nabawi ini pun mendukung beliau: ‘Ulama ummati kalanbiyaa Bani Israil ‘… Wahai para penelaah! Dengan niat yang benar serta dengan semangat kebenaran yang sempurna saya menyampaikan hal ini, bahwa tidak diragukan lagi bahwasanya Mirza Sahib adalah mujaddid era ini. [Dia adalah]’ pedoman ‘bagi para pencari jalan [kebenaran]; matahari bagi orang-orang yang berhati batu; penunjuk jalan bagi orang-orang yang sesat; pedang nyata bagi para pengingkar Islam; hujjah sempurna bagi para pendengki. Yakinilah bahwa tidak akan datang lagi masa yang seperti ini. Ketahuilah, bahwa masa ujian telah tiba. Dan Hujjah Ilahi telah tegak. Dan bagaikan matahari jagat raya, telah diutus seorang Haadi Kamil (pemberi petunjuk yang sempurna), sehingga menganugerahkan nur kepada orang-orang yang benar dan mengeluarkan [mereka] dari kegelapan dan kesesatan. Serta akan menghujjat para pendusta “. ( Swanah Fazl Umar , Jld.I, hal.21-22)
    Reaksi Pendukung & Permintaan Untuk Menerima Baiat
    Banyak dari kalangan umat Islam yang berkeinginan untuk menjadi murid beliau dan meminta agar beliau mau menerima bai’at mereka.
    Pada bulan Maret 1882 pertama kali Hz.Mirza Ghulam Ahmad memperoleh perintah dari Allah Ta’ala bahwasanya beliau dijadikan Ma’mur minallah (Utusan Allah). Dari itu juga ia menyatakan diri sebagaiMujaddid . Wahyu ini ia terbitkan di dalam Barahiin Ahmadiyyah jilid I edisi pertama pada cat.kaki pd.cat.kaki hal.238. (Adapun bunyi wahyu tsb. Adalah: ” Qul inny umirtu wa’anaa awwalul-mu’miniyn – [Katakanlah, aku telah diutus / diperintahkan, dan akulah yang pertama beriman] “. (Lihat: Tazkirah , Bhs.Urdu, Al- Syirkatul Islamiyah, Rabwah, 1969, h.44; Rohani Khazain vol.1, h.265)
    Semenjak awal tahun 1883 sudah banyak orang yang mengutarakan keinginan mereka untuk bai’at di tangan beliau. Namun dia belum dapat menerimanya sebab belum ada petunjuk dari Allah Ta’ala.
    Akhirnya setelah ada petunjuk dari Allah Ta’ala pada bulan Februari atau Maret 1888, maka pada akhir tahun 1888 beliau menyebarkan selebaran undangan untuk bai’at, yang ia tujukan kepada para pencahari kebenaran.
    Dan pengambilan bai’at yang pertama berlangsung di Ludhiana pada tanggal 23 Maret 1889. Pada bai’at pertama ini sebanyak 40 orang menyatakan ikrar bai’at mereka di tangan Hz.Mirza Ghulam Ahmad. Inilah yang dinyatakan sebagai peletakan fondasi pertama dari Jemaat Ahmadiyah ( Life of Ahmad , ARDard, Tabshir Publication, 1948, vol.1, h.139-140, 151-159)
    Reaksi & Penentangan Dari Pihak Non-Islam
    Sebaliknya, Barahiin Ahmadiyyah telah membangkitkan reaksi keras dari kalangan non-Islam, terutama Hindu Arya Samaj, yang kemudian diikuti oleh kelompok Kristen. Hz.Mirza Ghulam Ahmad mulai menghadapi mereka langsung dengan mengadakan perdebatan-perdebatan.
    Yang pertama berlangsung adalah perdebatan beliau dengan seorang guru dan anggota Arya Samaj, Lala Murli Dhar, pada bulan Maret 1886 di Hosyiarpur. Dhar menyerang pendapat Islam berkenaan dengan mukjizat Syaqqul-Qamar , sedangkan Hz.Mirza Ghulam Ahmad mengecam akidah Arya Samaj yang menyatakan bahwa ruh tidak diciptakan oleh Tuhan melainkan telah ada dari sejak awal.(Lihat: Surmah Chasm Arya & Rohani Khazain vol.2, h.49-308; Arya Dharm: Hindu consciousness in 19th century Punjab , Kenneth W.Jones, Univercity of California Press, Berkeley and Los Angeles, 1976; Prophecy Continuous , Yohanan Friedmann, University of California Press, 1989, p.4-5)
    Kemudian pada tahun 1886 itu juga Pandit Lekh Ram dari Arya Samaj menyerang Hz.Mirza Ghulam Ahmad. Ia menerbitkan buku dan selebaran-selebaran yang mencaci maki Rasulullah saw. dan Islam serta menghina diri Hz.Mirza Ghulam Ahmad as .. Terjadi polemik keras antara keduanya. Pandit Lekh Ram mengalami kematian yang tragis dan misterius pada tahun 1897 setelah adanya nubuatan-nubuatan dari Hz.Mirza Ghulam Ahmad.
    Penda’waan Hz.Mirza Ghulam Ahmad & Gelombang Perlawanan
    Pada akhir tahun 1890 Hz.Mirza Ghulam Ahmad menerima wahyu yang menyatakan bahwa Nabi Isa as. telah wafat dan Almasih yang dijanjikan kedatangannya di akhir zaman itu beliau lah orangnya.(Yakni: ” Masih Ibnu Maryam Rasulullah faot hocuka he, aor uske rangg me ho kar wa’dah ke muwafiq tu aya he – [Masih ibnu Maryam rasul Allah, telah wafat. Sesuai dengan janji, engkau datang dengan menyandang warnanya. “( Lihat: Tazkirah , Bhs.Urdu, Al-Syirkatul Islamiyah, Rabwah, 1969, h, 183; Izalah Auham , Mirza Ghulam Ahmad, vol.2, h.561-562; Rohani Khazain , Add.Nazir Ishaat, London, vol. 3, h.402)
    Dan pada awal tahun 1891 beliau menda’wakan diri beliau sebagai Almasih yang dijanjikan atau Masih Mau’ud, dan juga sebagai Imam Mahdi. ( Da’watul Amir , Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, terj.Bhs.Indonesia, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1989, hal.xii)
    Semenjak itu gelombang penentengan semakin marak. Yakni dari kalangan umat Islam sendiri dan juga dari kalangan Kristen. Semenjak itu banyak terjadi perdebatan-perdebatan seputar hidup matinya Nabi Isa. Beberapa perdebatan penting diantaranya adalah sbb ..
    Dari kalangan umat Islam yang menentang justru bekas sahabat beliau yang memberikan dukungan sepenuhnya terhadap karya beliau Barahiin Ahmadiyyah , yaitu Muhammad Hussein Batalwi, seorang tokoh Ahli Hadis terkemuka di India pada masa itu. Sebab Muhammad Hussein Batalwi berakidah bahwasanya Nabi Isa as. masih hidup di langit dan akan turun ke bumi. Perdebatan ini berlangsung di Ludhiana pada bulan Juli 1891.
    Kemudian masih tentang Nabi Isa, berlangsung perdebatan di Delhi pada bulan Oktober 1891 antara Hz.Mirza Ghulam Ahmad as. dengan Muhammad Nazir Hussein dan Abu Muhammad Abdul Haq.
    Dari kalangan Kristen yang tampil adalah Henry Martin Clark, seorang tokoh Kristen yang mendirikan missi kesehatan dari Church Missionary Society di Amritsar pada tahun 1892. Pada bulan April 1893 Hz.Mirza Ghulam Ahmad as. menerima tantangannya untuk mengadakan perdebatan. Perdebatan itu sendiri berlangsung selama 15 hari pada bulan Mei 1893. Dalam perdebatan tsb. Clark dibantu oleh Abdullah Atham, seorang tokoh Kristen yang berasal dari Islam. Inti perdebatan adalah tentang ketuhanan Jesus.
    Pada tahun 1891 Hz.Mirza Ghulam Ahmad menulis buku Izalah Auham dimana beliau memaparkan sebanyak 30 dalil Al-Quran berkenaan dengan telah wafatnya Nabi Isa as ..
    Pada tahun 1898 diperoleh informasi bahwasanya kuburuan Nabi Isa ada di Srinagar, Kashmir, India. Hz.Mirza Ghulam Ahmad mengirimkan expedisi untuk menyelidiki hal itu. Dan pada tahun 1899 beliau menulis buku Masih Hindustan Me (Almasih di India). Di dalam buku ini beliau memaparkan kesaksian-kesaksian Bible bahwa Nabi Isa itu tidak mati di tiang salib, melainkan selamat dari kematian di tiang salib yang terkutuk itu. Dan dari bukti-bukti sejarah Hz.Mirza Ghulam Ahmad memaparkan bahwasanya setelah peristiwa penyaliban itu Nabi Isa pergi mencari domba-domba Bani Israil yang hilang ke kawasan Asia tengah. Mulai dari Syiria, Irak, Iran, Afghanistan, sampai ke India. Dan akhirnya wafat dan dimakamkan di Srinagar, Kashmir, India.
    Pada tahun 1901 Hz.Mirza Ghulam Ahmad memperjelas penda’waan beliau sebagai nabi Zilli (bayangan) dan ummati (selaku umat Nabi Muahammad saw.) yang merupakan berkat mengikuti dan mematuhi sepenuhnya Syariat dan Sunnah Rasulullah saw .. (Lihat: Da’watul Amir , Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, terj.Bhs.Indonesia, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1989, hal.xiii)
    Karya-karya Tulis Hz.Mirza Ghulam Ahmad
    Disamping beliau menghadapi polemik-polemik tsb. dengan berbagai kalangan tokoh agama, Hz.Mirza Ghulam Ahmad as. sangat giat menulis buku-buku. Tercatat sebanyak 88 judul buku yang beliau tulis di dalam beberapa bahasa, antara lain Bhs.Urdu, Arab, dan Farsi. Kumpulan karya tulis beliau ini kini diterbitkan dalam satu set dengan nama Rohani Khazain yang terdiri dari 23 volume.
    Media-media Massa Yg Diterbitkan Oleh Hz.Mirza Ghulam Ahmad
    Selain itu Hz.Mirza Ghulam Ahmad as. di masa hidup beliau juga menerbitkan media-media massa untuk menyebar-luaskan misi pertablighan Islam. Mingguan Al-Hakam (Urdu) mulai terbit sejak tahun 1897. Kemudian Al-Badr mulai terbit sejak tahun 1902, juga dalam Bhs.Urdu. Sedangkan The Review of Religions dalam Bhs.Inggris mulai terbit pada tahun 1902.
    Gerakan Al-Wasiyyat & Kewafatan
    Pada tahun 1905, berdasarkan petunjuk Allah Ta’ala, Hz.Mirza Ghulam Ahmad mencanangkan suatu gerakan yang dinamakan Al-Wasiyyat. Yakni suatu gerakan pengorbanan harta dalam bentuk wasiyat, untuk memajukan dan menyebar-luaskan Islam ke seluruh dunia. Dia membentuk sebuah badan utama yang dinamakan Sadr Anjuman . Yaitu yang akan mengelola segala permasalahan sekular missi tsb .. Dan beliau mewasiatkan tentang akan adanya silsilah Khilafat yang akan menggantikan beliau dan akan memimpin missi tsb ..
    Dan Hz.Mirza Ghulam Ahmad as. wafat di Lahore pada tanggal 26 Mei 1908. Jenazah beliau dibawa ke Qadian dan dimakamkan disana.
    Silsilah Khilafat & Perkembangan Ahmadiyah Di Seluruh Dunia
    Setelah Hz.Mirza Ghulam Ahmad as. wafat, beliau digantikan oleh Khalifatul Masih I, yaitu Hz.Mlv.Hafiz Hakim Nuruddin ra .. Pertablighan Islam dan pengembangan missi Ahmadiyah ke Eropa sudah dimulai pada masa beliau ini.
    Khalifatul Masih I wafat pada tahun 1914 dan digantikan oleh Khalifatul Masih II, yaitu Hz.Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad ra .. Pertablighan Islam dan pengembangan missi Ahmadiyah ke seluruh dunia lebih terorganisir. Pengorganisiran itu ia wujudkan pada tahun 1935 dalam bentuk suatu gerakan yang dikenal dengan nama Tahrik Jadid (Gerakan Baru). Di dalam gerakan ini ia menghimpun dana sukarela dari para anggota dan mengumpulkan energi-energi sukarela yang mewakafkan diri mereka untuk ekspansi Islam ke seluruh dunia. Saat Khalifatul Masih II ini Jemaat Ahmadiyah telah berkembang di Asia, Eropa, Afrika dan Amerika.
    Setelah memimpin selama lebih-kurang 50 tahun, Khalifatul Masih II wafat pada tahun 1965 dan digantikan oleh Khalifatul Masih III, yaitu Hz.Mirza Nasir Ahmad. Beliau wafat pada tahun 1982 dan digantikan oleh Hz.Mirza Tahir Ahmad sebagai Khalifatul Masih IV yang memimpin Jemaat Ahmadiyah di seluruh dunia pada saat sekarang ini.
    Kini Jemaat Ahmadiyah telah tersebar di lebih dari 140 negara di dunia. Program-program penyebaran Islam ke seluruh dunia dan pengkhidmatan kepada umat manusia dalam bentuk penghimbauan kepada Allah Ta’ala ( Da’wah Ilallah ), dijadikan sebagai prioritas utama. Misalnya pengiriman muballigh-muballigh ke manca-negara; penerjemahan Al-Quran dan tafsirnya ke dalam berbagai bahasa (target: 100 bahasa dunia). Pembangunan mesjid-mesjid dan sarana-sarana lainnya. Pengembangan literatur-literatur yang menyinggung berbagai aspek. Pengembangan sarana dakwah Islam melalui satelit dalam program MTA ( Muslim Television Ahmadiyya ) dsb ..
    Ahmadiyah Di Indonesia
    Missi Jemaat Ahmadiyah pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1925. Latar-belakangnya adalah sikap keingin-tahuan beberapa pemuda Indonesia yang berasal dari pesantren / madrasah Thawalib, Padang Panjang, Sumatra Barat.
    Thawalib yang beraliran modern, berbeda dengan institusi-institusi Islam Ortodox pada masa itu. Misalnya, para santrinya tidak hanya mendalami Bhs.Arab maupun Arab Melayu tetapi juga sudah diperkenankan membaca tulisan Latin.
    Beberapa santrinya membaca di dalam sebuah surat-kabar tentang orang Inggris yang masuk Islam di London melalui seorang da’i Islam berasal dari India, Khwaja Kamaluddin. Hal ini sangat menarik perhatian mereka. Dan inilah yang mendorong beberapa santri tsb. untuk mencari tokoh itu. Zaini Dahlan, Abu Bakar Ayyub, dan Ahmad Nuruddin adalah tiga orang santri Thawalib yang berangkat untuk tujuan tsb .. Mereka sampai di Lahore (masa itu masih India, kini masuk wilayah Pakistan) pada tahun 1923.
    Dari Lahore mereka lebih dalam masuk ke Qadian dan berdialog dengan pimpinan Jemaat Ahmadiyah pada saat itu, Khalifatul Masih II ra .. Dan akhirnya mereka bai’at dan belajar di Qadian mendalami Ahmadiyah.
    Atas permohonan mereka kepada Khalifatul Masih II, maka dikirimlah utusan pertama Jemaat Ahmadiyah ke Indonesia pada tahun 1925. Yaitu Hz.Mlv.Rahmat Ali ra ..
    Pertama-tama beliau masuk dari Aceh ke Tapaktuan. Tahun 1926 beliau menuju Padang. Dan tahun 1929 Jemaat Ahmadiyah sudah berdiri di Padang. Pada tahun 1930 beliau menuju Batavia / Jakarta, dan tahun 1932 Jemaat Ahmadiyah telah berdiri di Batavia / Jakarta. Mulai dari itu banyak jemaat / cabang-cabangnya berdiri di Jawa Barat dan daerah lainnya. Saat ini Jemaat Ahmadiyah Indonesia dengan 181 jemaat-lokalnya (cabang) telah berdiri di seluruh provinsi di Indonesia.
    Pusat Jemaat Ahmadiyah Indonesia sejak tahun 1935 di Jakarta. Dan pada tahun 1987 pindah ke Parung, Bogor.
    Penyusun: MI & Ir.Syarif Ahmad Lubis MSc
    Revisi: 1994
    Sumber : http://www.alislam.org/indonesia/latar.html

  2. Kondisi Bai’at masuk kedalam Jemaat Ahmadiyah
    Orang yang bai’at berjanji dengan hati yang jujur bahwa:
    1. Di masa yang akan datang sampai masuk ke dalam kubur senantiasa akan menjauhi syirik.
    2. Akan senantiasa menghindarkan diri dari segala corak bohong, zina, pandangan birahi terhadap bukan muhrim, perbuatan fasik, kejahatan, aniaya, khianat, mengadakan huru-hara, dan memberontak serta tidak akan dikalahkan oleh hawa nafsunya meskipun bagaimana juga dorongan terhadapnya.
    3. Akan senantiasa mendirikan shalat lima waktu semata-mata karena mengikuti perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, dan dengan sekuat tenaga akan senantiasa mendirikan shalat Tahajud, dan mengirim salawat kepada junjungannya Yang Mulia Rasulullah saw dan memohon ampun dari kesalahan dan mohon perlindungan dari dosa ; akan ingat setiap saat kepada nikmat-nikmat Allah, lalu mensyukurinya dengan hati tulus, serta memuji dan menjunjung-Nya dengan hati yang penuh kecintaan.
    4. Tidak akan mendatangkan kesusahan apa pun yang tidak pada tempatnya terhadap makhluk Allah umumnya dan kaum Muslimin khususnya karena dorongan hawa nafsunya, biar dengan lisan atau dengan tangan atau dengan cara apa pun juga.
    5. Akan tetap setia terhadap Allah Ta’ala baik dalam segala keadaan susah ataupun senang, dalam duka atau suka, nikmat atau musibah; pendeknya, akan rela atas keputusan Allah Ta’ala.Dan senantiasa akan bersedia menerima segala kehinaan dan kesulitan di jalan Allah. Tidak akan memalingkan mukanya dari Allah Ta’ala ketika ditimpa suatu musibah, bahkan akan terus melangkah ke muka.
    6. Akan berhenti dari kebiasaan yang buruk dan dari menuruti hawa nafsu, dan benar-benar akan menjunjung tinggi perintah Al-Qur’an Suci di atas dirinya. Firman Allah dan sabda Rasul-Nya itu akan menjadi pedoman baginya dalam tiap langkahnya.
    7.Meninggalkan takabur, sombong; akan hidup dengan merendahkan diri, beradat lemah-lembut, berbudi pekerti yang halus, dan sopan-santun.
    8. Akan menghargai agama, kehormatan agama dan mencintai Islam lebih dari pada jiwanya, hatanya, anak-ananknya, dan dari segala yang dicintainya.
    9. Akan selamanya menaruh belas kasih terhadap makhluk Allah umumnya, dan akan sejauh mungkin mendatangkan manfaat kepada umat manusia dengan kekuatan dan nikmat yang dianugerahkan Allah Ta’ala kepadanya.
    10. Akan mengikat tali persaudaraan dengan hamba ini “Imam Mahdi dan Al-Masih Al-Mau’ud” semata-mata karena Allah dengan pengakuan taat dalam hal makruf (segala hal yang baik) dan akan berdiri di atas perjanjian ini hingga mautnya, dan menjunjung tinggi ikatan perjanjian ini melebihi ikatan duniawi, baik ikatan keluarga, ikatan persahabatan ataupun ikatan kerja.
    http://barahin-ahmadiyah.blogspot.com/2011/03/syarat-syarat-baiat-masuk-kedalam.html

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *