Oleh: Fadhil ZA


Sudah beberapa tahun ini sejak tahun 2004 bangsa Indonesia terus dirudung musibah yang datang beruntun setiap tahun. Mulai dari bencana Gempa dan Tsunami di Aceh yang menelan korban ratusan ribu jiwa. Bencana kecelakaan alat transportasi, Gempa Bengkulu, Gempa Jogja, lumpur Lapindo, Gempa Jawa Barat, dan terakhir pada tanggal 30 September 2009 Gempa Sumatra Barat yang memporak porandakan kota Padang dan Pariaman.


Menyaksikan kondisi masyarakat yang ditimpa bencana gempa di Padang, Pariaman dan sekitarnya sungguh memilukan hati, rumah dan bangunan hancur, sebagian rata dengan tanah. Dalam keadaan tanpa rumah tempat berteduh, mereka terpaksa tidur beratap langit atau ditenda darurat yang tidak memadai untuk berteduh. Penderitaan mereka ditambah pula dengan hujan yang turun terus menerus, listrik mati, aliran air bersih terputus, persediaan makanan terus menipis. Banyak jenazah korban yang tewas belum bisa diangkat dari puing reruntuhan, hingga bau menyengat muncul dimana mana. Kota Padang dan Pariaman bagaikan kota mati.

Mengapa musibah ini terjadi?? Ujian Allah kah ini…..ataukah ini peringatan dari Allah karena manusia telah banyak berbuat dosa? Ada yang berpendapat bahwa ini adalah ujian Allah kepada umatnya, untuk melihat siapa yang tabah, sabar dan teguh imannya. Ada pula yang berpendapat bahwa ini adalah peringatan dari Allah karena manusia telah banyak melakukan maksiat dan melupakan Allah. Mari kita telaah beberapa ayat Qur’an yang mudah2an dapat memberi pencerahan kepada kita, mengapa semua ini terjadi.

Ujian Allah

Sebagian orang yang berpendapat bahwa ini adalah ujian Allah mengacu pada surat Al-Baqarah ayat 155 – 157

155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,

156- (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun”

157- Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al Baqarah 155-157)

Dalam surat Al Baqarah sebagaimana disebutkan diatas Allah mengingatkan, bahwa selama hidup didunia ini Allah pasti akan menguji kita dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, kematian, kekurangan buah buahan dan makanan. Kondisi inilah yang sekarang sedang dialami oleh sebagian besar masyarakat yang berdomisili di Padang, Pariaman, Painan dan daerah sekitarnya. Dampak dari gempa menimbulkan ketakutan, kecemasan, kematian, rusak dan hilangnya harta benda, kelaparan dan kekurangan makanan. Orang yang ber-iman dan yakin pada Allah dituntun untuk bersabar menghadapi semua ini dan mengucapkan “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun” atas semua kejadian yang menimpa itu. Orang yang sabar, tawakkal dan ikhlas menerima semua cobaan itu adalah orang yang mendapat keberkahan dan rahmat yang sempurna dari Allah.

Bencana gempa yang terjadi tersebut tentu tidak memilih antara orang yang soleh maupun tidak, kenyataannya banyak bangunan masjid, madrasah, sekolah, penduduk yang kaya maupun miskin yang terkena bencana ini. Sikap manusia menghadapi musibah inipun beragam ada yang tabah sabar dan ikhlas, namun ada pula yang histyeris, melamun, menyesali diri, menyalahkan alam dan berbagai pihak. Disinilah Allah menguji manusia, dan Allah akan melihat siapa yang tabah dan sabar dan siapa pula yang tidak sabar menghadapi musibah ini. Allah menjanjikan pahala yang besar bagi orang yang ikhlas dan sabar….insya Allah.

Bagi masyarakat yang tidak terkena bencana ini juga merupakan ujian, apakah mereka ber-empati dan terketuk hatinya untuk membantu saudara mereka yang berada dalam kesulitan. Tidak sama antara orang yang duduk berpangku tangan dengan orang yang ikut berusaha untuk meringankan beban saudaranya yang ditimpa bencana. Alhamdulilah sebagaian besar masyarakat Indonesia yang tidak terkena bencana, tidak hanya berpangku tangan mereka segera bergegas membantu saudara mereka yang dalam kesulitan. Bagi yang tidak mampu atau tidak sempat membantu secara fisik maupun material paling tidak membantu dengan do’a agar mereka yang tertimpa musibah diberi ketabahan dan mendapat pertolongan secepatnya.

Peringatan Allah

Di forum internet, facebook dan SMS banyak komentara yang beredar mengkaitkan kejadian gempa yang terjadi pada jam 17.16 itu dengan peringatan Allah dalam Qur’an surat 17 (Al Israak) ayat 16 yang berbunyi sebagai berikut:

Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. (Surat 17 Al Israak, ayat 16)

Apakah ayat ini sesuai dengan kondisi sebagian masyarakat Padang, Pariaman dan sekitarnya yang terkena bencana di ranah Minang yang terkenal religius ini? Wallahu alam, namun sebagai warga Minang marilah kita introsfeksi diri, jangan kita abaikan peringatan Allah yang terdapat dalam surat 17 ayat 16 ini.

Masyarakat Minang dahulu terkenal sebagai masyarakat yang religius. “Adat bersendi sara’, sara’ bersendi kitabullah” adalah semboyan masyarakat Minang yang mengambarkan bahwa orang Minang adalah masyarakat yang beradat dan religius. Dahulu ketika penulis masih kecil sekitar tahun limapuluhan anak laki2 yang sudah baligh tidur disurau, kalau sudah baligh mereka malu tidur dirumah ibunya. Mereka akan diolok-olok oleh teman mereka sebagai anak yang masih menyusu jika tetap tidur dirumah orang tua mereka. Malam hari di Surau mereka mendapat didikan agama dari para guru, mereka belajar membaca Qur’an, pengetahuan agama Islam dan ilmu bela diri (silat), sebagai bekal bagi mereka jika merantau nanti. Surau merupakan tulang punggung pendidikan agama masyarakat Minangkabau dimasa itu.

Dimasa lalu umumnya masyarakat Minang yang pergi merantau sudah dibekali pengetahuan agama yang cukup dari kampung halamannya. Dirantau mereka banyak aktif di masjid dan mushalah karena itulah kebiasaan mereka sejak kecil dikampung halaman mereka . Sekitar tahun tujuhpuluhan saya masih ingat sebagian besar mubaligh di Jakarta adalah orang Minang. Umumnya orang banyak mengenal masyarakat Minang sebagai masyarakat yang religius, dikomplek perumahan, dipasar dikantor mereka selalu aktif di masjid atau mushalah.

Bagaimana keadaan masyarakat Minangkabau saat ini? masihkan semboyan “adat bersendi sara’, sara’ bersendi kitabullah ” dipegang teguh?? Ini yang perlu direnungkan oleh setiap warga Minang di rantau maupun di kampung halaman. Dewasa ini Surau tidak lagi berfungsi seperti sekitar tahun limapuluhan dahulu. Sekarang tidak adalagi anak laki2 yang tidur dan mengaji disurau. Kalau dahulu anak laki-laki yang sudah baligh tidur di surau , mereka merasa malu jika masih tidur dirumah ibunya, sekarang suasana itu sudah tidak ada lagi. Tidak adalagi anak laki2 yang tidur di surau, bahkan mereka malu jika masih tidur disurau karena terkesan seolah anak yang terlantar. Surau sebagai tulang punggung pendidikan agama bagi masyarakat Minang telah ditinggalkan.

Banyak bangunan surau yang hanya tinggal bangunannya saja, tidak terawat dan jarang digunakan shalat berjamaah. Ada surau yang digunakan sholat berjamaah hanya sekali seminggu. Namun demikian masih ada beberap orang yang berusaha memanfaatkan surau ini untuk kegiatan TPA, namun sayang pengelolaanya juga tidak sistimatis. Banyak TPA yang tidak ditangani dengan baik, bahkan guru yang mengajar juga hanya sukarelawan yang pengetahuan Qur’annya juga masih sangat kurang. Saya amati di Sumatra Barat kondisi seperti ini merata dimana mana. Tanpa bekal pengetahuan agama yang memadai pengaruh budaya barat mulai merambah keseluruh pelosok negeri di Minangkabau, banyak remaja yang sudah jauh dari ajaran agama, mereka lebih akrab dengan budaya barat. Ketika saya berjalan dipantai Padang malam hari suasananya sudah mirip dengan pantai Kuta Bali…. naudzubillah.

Ketika pulang ke Silungkang tahun 2005 lalu suasana seperti yang saya ceritakan diataslah yang saya temukan, surau yang sepi, suasana belajar TPA yang terkesan seadanya,pendidikan agama bagi anak remaja tidak jelas, hati saya menangis. Saya sampaikan hal tersebut pada beberapa teman, saya kuatir akan kedatangan azab Allah. Alhamdulillah teman dari LAZ –PKS menyambut keluhan saya, dan sekarang kami sedang bekerja keras mengembalikan fungsi surau menjadi tulang punggung pendidikan agama di negeri Silungkang.

Telah menjadi rahasia umum di Minangkabau bahwa secara perlahan pengaruh adat dan agama di Minangkabau mulai luntur. Peranan ninik mamak dan tokoh agama dimasyarakat sedikit demi sedikit mulai luntur. Pengaruh globalisasi dan budaya barat mulai merambah kepelosok kampung, tanpa ada yang memfilter. Perlahan lahan masyarakat Minang yang ber-adat dan religius mulai beralih menjadi masyarakat Sekuler dan materialistis. Mungkin saja kondisi inilah yang menyebabkan datangnya peringatan Allah bagi Masyarakat Minang di Sumatra Barat sebagaimana termaktub dalam surat 17 ayat 16 diatas. Saya menghimbau dunsanak warga Minang di rantau maupun dikampung halaman, janganlah diabaikan peringatan Allah yang tersurat dalam surat 17 ayat 16 ini, mari kita intropeksi diri. Mari kita perhatikan pendidikan agama bagi para remaja kita yang akan menjadi generasi penerus pada masa yang akan datang.

Saya perhatikan Remaja Minang yang ada di ranah Minang saat ini sangat kering dari tuntunan agama. Pergaulan bebas dan gaya hidup cara barat mulai merasuki remaja Minang di kampung halaman. Sarana Surau yang dahulu merupakan tulang punggung pendidikan agama bagi remaja Minang sebagian besar sudah tidak berfungsi lagi. Para Remaja hanya mengandalkan pelajaran agama yang diberikan disekolah umum hanya 2 jam dalam seminggu. Pengetahuan agama yang sangat minim ini tidak akan mampu menangkal pengaruh gaya hidup barat yang masuk dengan gencar melalui media elektronik. Kondisi ini telah lama menjadi keprihatinan sebagian orang Minang yang peduli, diantaranya seniman Minang Ody Malik dengan lagu yang dibawakannya ” Minangkabau Bukan Kubangan Kabau” beberapa tahun yang lalu sebagaimana dapat disaksikan pada Video berikut ini.

[youtube CNqIUDNMFCY]

Kepedulian warga Minangkabau dirantau terhadap negeri dan kampung halaman masing masing sangat diharapkan. Tanpa bantuan urang rantau tampaknya urang Minang yang ada dikampung halaman tidak mampu mengatasi keadaan ini. Bukan hanya bantuan material yang dibutuhkan tapi juga bantuan tenaga dan pemikiran. Semua ini adalah peringatan dari Allah agar kita introspeksi diri dan berusaha memperbaiki kekeliruan kita, jika peringatan ini diabaikan dikuatirkan bencana yang lebih dahsyat bisa menimpa masyarakat Minang dimasa yang akan datang, perhatikan firman Allah dalam surat Ad Dahr 29-31


29- Sesungguhnya (ayat-ayat) ini adalah suatu peringatan, maka barang siapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya) niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya.
30- Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. 31- Dia memasukkan siapa yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya (surga). Dan bagi orang-orang lalim disediakan-Nya azab yang pedih.

Mudah2an para cerdik pandai , ninik mamak, pemuka adat dan pemuka agama urang awak dikampung halaman maupun dirantau terketuk hatinya untuk memperhatikan peringatan Allah yang ada dalam Qur’an ini. Sumatra Barat berada didaerah jalur gempa, jika kita tidak menghiraukan peringatan ini bukan tidak mungkin satu ketika nanti, Allah datangkan bencana yang lebih besar. Mari kita perbaiki mutu pendidikan agama bagi para remaja dinegeri Minang tercinta, mari kita hidupkan kembali surau surau menjadi pusat pendidikan agama seperti dimasa lalu. Hanya pemahaman agama yang baiklah yang mampu menangkal datangnya paham sekuler dan materialistis yang sekarang mulai menjangkiti masyarakat di ranah Minangkabau Sumatra Barat.

6 thoughts on “GEMPA PADANG-PARIAMAN : UJIANKAH ATAU PERINGATAN ALLAHKAH ?”
  1. ass wr wb

    Apa-apa yang dikatakan oleh Buya FADHIL ZA tersebut diatas benar-benar telah terjadi di Sumatera Barat, masa dulu sekitaran tahun 50-60 surau sangan befungsi untuk mencetak kader ummat untuk berguru mengaji Al-Qur’an, belajar Silat, belajar pitatah petitih, sebelum pergi merantau, jadi pemuda-pemuda di Ranah Minang mempersiapkan bekal untuk menghadapi kehidupan sesuai dengan bakat mereka masing-masing. Makanya itu Orang Minang tersebar di pelosok Nusantara bahkan sampai ke Malaysia, Thailan, bahkan Syehk Ahmad Khatib Imam besar Masjid di Mekkah adalah orang minang.

  2. saya dulu sewaktu kuliah di padang sering datang ke pariaman. telah byk perubahan yg terjadi, pergeseran pemikiran anak muda sudah sangat mengkwatirkan. mereka tidak memiliki jati diri yg kuat untuk agama islam, agama hanya kebanggaan saja, jika ada suatu kelompok mengajak mereka atau mengingatkan shalat dianggap sesuatu yg tak berguna.. bahkan pernah orang yg mengingatkan shalat tersebut di jebak dengan kebaikan mereka memberikan makanan, tapi apa makanan yg mereka berikan kepada saudara mereka itu…nauzubillah minzalik..mereka memasak daging anjing..dan itu diberitahukan setelah orang tersebut selesai makan..orang yg diberikan makan semula berpraduga baik saja ( baik sangka )…maka jika kita dengar daerah tersebut Allah telah memindahkan satu bukit tanah untuk menimbun mereka…Ya Allah ini sungguh sangat memilukan..ini semua kesalahan kita..sudah saatnya kita untuk saling ingat mengingatkan..karena ada satu hadist nabi yg menyatakan, Umat ini seumpama tinggal dalam kapal yg sama dan orang beriman berada dibagian atas sedangkan orang tidak beriman dibagian bawahnya, orang yg tidak beriman mengatakan jika kita perlu cepat ambil air kita lobangkan saja kapal ini dari pada meminta orang diatas, jika orang yg beriman tidak mengingatkan dan menegur orang yg melobangkan kapal ini maka semua penumpang akan tenggelam..

    1. Subhanallah…inilah saatnya bagi kita warga Minangkabau yang ada di Ranah Minang maupun rantau untuk instospeksi diri. Harus ada usaha bahu membahu antara warga Minang yang di kampung halaman dan rantau untuk membenahi masalah Pendidikan agama di Minangkabau yang sekarang sangat menurun dibandingkan dengan puluhan tahun yang lalu.

      Harus ada usaha terpadu dari para cerdik pandai,ninik mamak di Ranah Minang untuk menghidupkan kembali surau2 yang sudah sepi. Atau mungkin kita harus belajar dari saudara kita ditanah Jawa yang menjadikan Pesantren sebagai basis pendidikan Agama bagi Masyarakat.

  3. Ass wr wb.

    Manusia terbagi 2 golongan; Golongan I, suka mencintai kebajikan/menjalani kema’rufan. Golongan II, Manusia suka akan kejelekan, gemar melakukan kemungkaran, maksiat, dosa…. Yaa.. demikianlah lingkungan disekita kita…

    Perlu diingat-ingat !! (SQ.Al-Anfal:25) Dan takutlah kalian terhadap fitnah (musibah,petaka,bencana,siksa) yg benar-benar tidak hanya menimpa orang-orang dhalim di antara kalian secara khusus. Dan ketahuilah bahwanya Allah Maha dahsyat siksa-NYA.

    Subhanallah, sungguh peringatan yang Allah berikan bukanlah tak mungkin terlaksana…sungguh janji Allah sebenarnya janji dan pasti terjadi, musibah pasti akan datang silih berganti, petaka pasti akan menimpa negeri ini di sana sini. Bilaa kemungkaran dilakukan, bila maksiat dibiarkan, bila dosa diacuhkan, bila pelakunya di bela dan diagungkan, bila perbuatannya di dukung dan dikendalikan di sokong beramai-ramai, sehingga dukungan-dukungan megalir bagaikan air bah.

    Lalu bagaimana…… ? yah… memang manusia sulit terlepas dari lupa dan salah, sulit untuk terlepas dari kejelekan dan keburukan… “Kecuali” bagi mereka yang ALLAH Lindungi, mereka yang diberi Rahmat oleh ALLAH, mereka yang senantiasa ingat..! Bertaubat kepada-NYA. Barangkali Taubat NASIONAL seperti Anjuran Almarhun mantan Menteri Agama Alamsyah Ratu Perwiranegara semasa beliau pro aktif dimasanya.

    Wallahu’ Alam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *